Minggu, 20 Desember 2015

CINTA DAN WAKTU


Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada cinta, kesedihan, kekayaan, kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai mengehempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangan kebingungan, sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki cinta.
Tak lama cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu " Kekayaan ! Kekayaan ! Tolong aku !" Teriak Cinta. "Aduh ! Maaf, Cinta  !" Kata kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini."
Lalu kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan ! Tolong aku !" Teriak Cinta. Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan ! Bawalah aku bersamamu !" Teriak Cinta. "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini." Sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta. "Maaf Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja." Kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta ! Mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu. "Oh, orang tua tadu ? Dia adalah Waktu." Kata orang tua itu. "Tapi mengapa ia menyelamatkanku ? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku." Tanya Cinta heran. "Sebab" kata irang itu, "hanya Waktu lah yang tau berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu."

Sabtu, 05 Desember 2015

Do’a Ku dan Jodohku


“ Tuhan, aku berdo’ake padaMu. Dekatkanlah jodohku padaku Ya Tuhan.”

Itulah do’a yang selalu kupanjatkan ketika aku berdo’a. Do’a itu selalu teringat ketika aku dekat dengan seseorang. Pertanyaannya apakah itu adalah jodohku ? atau hanya cobaan bagiku ?. Terkadang aku tidak bisa membedakannya. Tapi, aku juga tidak terlalu menghiraukannya. Bagiku kuliah dan kegiatan organisasikulah yang lebih utama.

            Suatu ketika ada perlombaan olahraga antar himpunan mahasiswa se-fakultas. Salah satunya adalah himpunan mahasiswa yang aku ikuti. Yaitu HMP D3 FT UNS (Himpunan Mahasiswa Prodi Diploma 3 Fakultas Teknik) yang biasa disebut HMP.

            Ya, aku adalah mahasiswa teknik. Mahasiswa yang terkenal dengan pakaian rapi, dan sopan. Walaupun terkadang banyak baju mahasiswa yang kusut dan kotor karena habis praktikum. Kini aku duduk di semester 3. Mahasiswa semester 3 yang masih belum sempat merasakan pusingnya menggarap TA (Tugas Akhir) dan KP (Kerja Praktek). Tapi, aku kini disibukkan dengan kegiatan organisasi yang begitu padat, setelah acara satu selesai mulai acara yang lainnya. Hal seperti itu yang membuat capek dan terkadang ingin berhenti, namun itu bukanlah pilihan, aku harus terus maju dan mendapat yang terbaik.

            Perlombaan itu ada beberapa cabang. Cabangnya yaitu, futsal, basket, volley, tenis meja, dan, tarik tambang. Ketika itu Mas Dony bertanya siapa aja yang mau mewakili HMP.

            “Guys, nih ada lomba siapa yang mau ikut ?” Kata mas Dony.
            “Aku mas ikut futsa sama timku.” Kata Kris.
“Oke futsal yang main timnya Kris. Oh ya untuk yang volley yang main timku aja ya ?” Sahut Mas Dony.
“Siap lah mas.” Kata Anto.
“Basketnya siapa nih ? “ Tanyaku
“Timnya Baim Aja, mereka bagus mainnya.” Kata Kris.
“Oke, ntar kasih tauke Baim ya.” Kata Mas Dony
“Tarik tambangnya ikut gak nih ?” Tanya Anto.
“Gak usah aja, jadwalnya bentrok itu.” Kata Mas Dony.
“Oke.”
“La yang tenis meja siapa ini ?” Tanya Mas Dony.
“Aku aja mas, aku bisa kok.” Kataku.
“Tapi ini harus ganda campuran loh.” Kata Mas Dony.
“Waduh ceweknya siapa ya ?” Pikirku.
“Shelvy aja, dia bisa kayaknya.” Kata Kris.
“Yang bener ?” Tanyaku.
“Iya bener, dia dulu pernah main ping pong di lomba jurusan.” Kata Kris.
“Yaudah Shelvy aja yang main sama Sony aja kalo gitu.” Kata Mas Dony.
“Yaudah oke mas siap.” Kataku.

 

Akhirnya aku yang mewakili lomba tenis meja bersama Shelvy. Shelvy adalah teman satu jurusan tapi beda kelas denganku. Dia juga ikut HMP bersamaku. Shelvy itu orangnya agak pendiam, tapi juga suka bercanda. Dia cantik, dan sempat dekat denganku walaupun cuma sekadar teman. Bahkan teman-teman ku sering mengejekku dengan dia hal itu yang membuatku sedikit menjauh darinya. Aku merasa tidak enak dengannya. Terkadang aku melihat dengannya begitu enak bercanda dengan orang lain, tapi sekarang dia juga sedikit menjauh dariku dan ketika dekatpun jarang mengobrol.

Tiga minggu sebelum pertandingan aku berlatih tenis meja dengannya dan ditemani dengan teman-temanya mas Dony. Setiap hari Selasa dan Rabu kami berlatih bersama. Selama latihan itupun sikapnya begitu dingin kepadaku tapi sikapnya berubah kepada orang lain.

Hari itu adalah hari ulang tahunku dan satu hari sebelum pertandingan. Aku berangkat latihan tenis meja di tempat biasa. Keadaan waktu itu awan gelap disertai angin kencang. Mungkin akan hujan pikirku. Sesampainya disana kulihat hanya Shelvy duduk sendiri disana. Aku turun dari motorku melepas helmku dan berjalan duduk disampingnya tetapi sedikit jauh. Tak ada sepatah katapun terucap dari mulut kami berdua. Tak beberapa lama kemudian petir menyambar Duuuuaaaaarrr. Hujan mulai turun dan membasahi genting. Hujan kali ini benar-benar deras dan disertai angin, membuat aku takut. Lebih dari 15 menit kami berada disitu dan tak ada sepatah katapun yang terucap. Hingga akhirnya aku mulai bertanya.

“Shel, Mas Dony gimana ? datang gak ?” Tanyaku kaku.
“Nggak tau aku Son.” Jawabnya singkat.
“Kamu hubungi gimana ?” Tanyaku lagi.
“Katanya mau kesini tadi.” Jawabnya ketus.

            Lalu aku kembali diam. Mungkin mas Dony terjebak hujan jadi mungkin dia menunggu reda baru kesini. Aku sudah biasa bicara dengannya dan hanya dib alas dengan kata-kata ketus seperti itu. 30 menit berlalu tanpa kata-kata dan hujan masih deras saja. Kulihat jam menunjukan pukul 16.00.. Sudah sore nih pikirku. Sia-sia saja kalo aku disini hanya diam saja. Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya bermain tenis meja duluan.

            “Shel yuk main tenis meja duluan, daripada disini sia-sia.” Ajakku.
            “Nggak nunggu mas Dony aja ?” Tanyanya
            “Kalo nunggu mas Dony, pasti lama dan ini juga udah sore kan.” Jawabku.
            “Yaudah deh, yuk.” Jawabnya

            Tidak tau kenapa hatiku sedikit senang. Bukan karena berdua-duan disini. Tapi, karena kulihat sikapnya sudah gak kaya biasanya lagi. Waktu itu aku main hanya berdua. Ketika bermain sedikit aku bercandain, membuang bolanya agak jauh, dan me-smash dia dengan agak keras, dengan ku iringi senyuman-senyuman yang mengejek, dan dia tertawa. Disitu rasanya sangat bahagia. Kalau saja bisa, aku gak ingin beranjak dari waktu itu.

            Hampir 1,5 jam kami bermain. Keringatpun menetes tetes demi tetes. Kulihat senyumnya begitu manis. Sambil menyelengkapkan kerudungnya terlihat kecantikannya yang alami. Hujan yang begitu deras tadi lama-lama menjadi rintik-rintik kecil. Percakapan kecilpun kami mulai.

            “Fiiuuuh capek Shel.” Kataku.
            “Salahmu, siapa suruh ketawa terus ?” Jawabnya.
            “Hahaha… Habisnya kamu lucu sih kalo kena smash .”
            “Eeeeeuuuuuhhh.”
            “Eh, Shel kenapa sih kok kamu jutek banget sama aku ?” Tanyaku.
            “Jutek ? Enggak jutek aku, biasa aja.” Jawab Shelvy
            “Gak usah bohong shel, aku tau kok kamu itu bersikap aneh kepadaku.”
            “Aneh gimana sih ?”
            “Ya kamu itu enak aja bergaul sama orang lain, tapi ketika sama aku kamu itu jadi dingin. Kamu kenapa ? ada masalah denganku ? Juju aja Shel.”
            “Oke Aku jujur.”
            “Naaah gitu dong.”
            “Kamu itu orangnya baik, care sama yang lain. Aku juga sering denger temen-temenmu ngejekin kamu sama aku. Dan akupun juga diejek kaya gitu. Mungkin sudah satu tahun aku kenal kamu, tapi aku gak mengerti masa lalumu, kamu itu misterius Son. Aku Cuma gak mau ada orang lain yang terluka ketika denger kata-kata sperti itu.”
            “Maksud kamu apa Shel ?”
            “Aku udah jujur itu semua ke kamu Son.”
            “Oke, Aku beritahu kekamu. Menurutku semua temen itu sama Shel. Aku gak deket banget sama siapapun. Dan aku juga gak punya pacar. Mantan pacarpun itu juga udah 2 tahun aku gak kontak-kontak an. Jadi kalo ada sesuatu yang mengganjal di hati kamu, kamu gak usah khawatir Shel. Gak ada yang ngelarang kamu untuk melakukan hal-hal seperti itu. Aku lebih senang kamu bersikap biasa daripada kamu bersikap jutek seperti ini.”
            “Oh jadi kaya gitu ya Son, aku minta maaf ya sudah salah paham sama kamu.”
            “Iya Shel, aku juga minta maaf kalo ada salah sama kamu. Kamu janji ya jangan bersikap seperti ini lagi ?”
            “Iya aku janji Son.”

            Setelah percakapan itu selesai kamu pulang ke rumah masing-masing.

            Esoknya ketika perlombaan kami datang dengan kepercayaan diri yang tinggi. Chemistry sudah terbentuk dari diri kami masing-masing. Satu per satu lawan kami kalahkan. Hingga Akhirnya partai final. Disitu kekompakan kami diuji. Dengan lawan yang berat dan supporter yang heboh, membuat nyali kami sedikit goyah.

            “Ayo Shel semangat ! Kita pasti bisa !” Gertakku
            “Iya Son siap !” Jawabnya

            Pertandingan dimulai. Kami berkejar-kejaran skor. Pertarungan begitu sengit hingga penonton bersorak sorai. Set pertama selesai dimenangkan oleh lawan. Set kedua dimulai keadaan tidak jauh beda masih sengit. Set kedua berhasil kami menangkan. Set ketiga kami kalah. Set ke empat menjadi set penentu. Ketika itu aku mendapat peluang dan aku smash  dengan keras, sayang sekali smash ku keluar dari meja. Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh lawan.

            Semenjak Saat itu kami semakin dekat. Tetapi kami tidak pacaran, hanya sebatas teman. Keadaan seperti itu bertahan hingga Semester 6. Semester dimana kami akan diwisuda. Pada hari wisuda, aku datang dan menghapiri Shelvy dengan membawa bunga.

            “Shel, aku mau ngomong jujur sama kamu.” Kataku.
            “Ngomong apa Son ?” Tannya Shelvy.
            “Aku sudah lama suka sama kamu, semenjak kita saling kenal, aku sudah merasa nyaman sama kamu. Selama 3 tahun disini aku merasa betah, merasa semangat karena aku merasa kamu selalu ada buat aku dan membuatku semangat. Kamu mau membangun masa depan bersamaku ?”
            Keadaan yang semula riuh ramai dengan wisudwan yang lain dan oranglain yang sibuk dengan kegiatannya kini terasa hening. Aku merasa hanya ada aku dan Shelvy disana. Dengan mata berkaca-kaca dan dengan senyumnya yang manis dia berkata.

            “Aku siap membangun masa depan bersamamu Son.”

Setelah 3 tahun dari wisuda aku menikah dengan Shelvy. Do’a yang dulu aku panjatkan “ Tuhan, aku berdo’ake padaMu. Dekatkanlah jodohku padaku Ya Tuhan.”. Dikabulkan oleh Tuhan dengan cara yang unik. Karena semua adalah rahasia, kita gak tau mana sebenarnya yang akan terjadi selanjutnya, yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha dan berdo’a.