Minggu, 20 Desember 2015

CINTA DAN WAKTU


Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada cinta, kesedihan, kekayaan, kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai mengehempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangan kebingungan, sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki cinta.
Tak lama cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu " Kekayaan ! Kekayaan ! Tolong aku !" Teriak Cinta. "Aduh ! Maaf, Cinta  !" Kata kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini."
Lalu kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan ! Tolong aku !" Teriak Cinta. Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan ! Bawalah aku bersamamu !" Teriak Cinta. "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini." Sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta. "Maaf Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja." Kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta ! Mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu. "Oh, orang tua tadu ? Dia adalah Waktu." Kata orang tua itu. "Tapi mengapa ia menyelamatkanku ? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku." Tanya Cinta heran. "Sebab" kata irang itu, "hanya Waktu lah yang tau berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu."

Sabtu, 05 Desember 2015

Do’a Ku dan Jodohku


“ Tuhan, aku berdo’ake padaMu. Dekatkanlah jodohku padaku Ya Tuhan.”

Itulah do’a yang selalu kupanjatkan ketika aku berdo’a. Do’a itu selalu teringat ketika aku dekat dengan seseorang. Pertanyaannya apakah itu adalah jodohku ? atau hanya cobaan bagiku ?. Terkadang aku tidak bisa membedakannya. Tapi, aku juga tidak terlalu menghiraukannya. Bagiku kuliah dan kegiatan organisasikulah yang lebih utama.

            Suatu ketika ada perlombaan olahraga antar himpunan mahasiswa se-fakultas. Salah satunya adalah himpunan mahasiswa yang aku ikuti. Yaitu HMP D3 FT UNS (Himpunan Mahasiswa Prodi Diploma 3 Fakultas Teknik) yang biasa disebut HMP.

            Ya, aku adalah mahasiswa teknik. Mahasiswa yang terkenal dengan pakaian rapi, dan sopan. Walaupun terkadang banyak baju mahasiswa yang kusut dan kotor karena habis praktikum. Kini aku duduk di semester 3. Mahasiswa semester 3 yang masih belum sempat merasakan pusingnya menggarap TA (Tugas Akhir) dan KP (Kerja Praktek). Tapi, aku kini disibukkan dengan kegiatan organisasi yang begitu padat, setelah acara satu selesai mulai acara yang lainnya. Hal seperti itu yang membuat capek dan terkadang ingin berhenti, namun itu bukanlah pilihan, aku harus terus maju dan mendapat yang terbaik.

            Perlombaan itu ada beberapa cabang. Cabangnya yaitu, futsal, basket, volley, tenis meja, dan, tarik tambang. Ketika itu Mas Dony bertanya siapa aja yang mau mewakili HMP.

            “Guys, nih ada lomba siapa yang mau ikut ?” Kata mas Dony.
            “Aku mas ikut futsa sama timku.” Kata Kris.
“Oke futsal yang main timnya Kris. Oh ya untuk yang volley yang main timku aja ya ?” Sahut Mas Dony.
“Siap lah mas.” Kata Anto.
“Basketnya siapa nih ? “ Tanyaku
“Timnya Baim Aja, mereka bagus mainnya.” Kata Kris.
“Oke, ntar kasih tauke Baim ya.” Kata Mas Dony
“Tarik tambangnya ikut gak nih ?” Tanya Anto.
“Gak usah aja, jadwalnya bentrok itu.” Kata Mas Dony.
“Oke.”
“La yang tenis meja siapa ini ?” Tanya Mas Dony.
“Aku aja mas, aku bisa kok.” Kataku.
“Tapi ini harus ganda campuran loh.” Kata Mas Dony.
“Waduh ceweknya siapa ya ?” Pikirku.
“Shelvy aja, dia bisa kayaknya.” Kata Kris.
“Yang bener ?” Tanyaku.
“Iya bener, dia dulu pernah main ping pong di lomba jurusan.” Kata Kris.
“Yaudah Shelvy aja yang main sama Sony aja kalo gitu.” Kata Mas Dony.
“Yaudah oke mas siap.” Kataku.

 

Akhirnya aku yang mewakili lomba tenis meja bersama Shelvy. Shelvy adalah teman satu jurusan tapi beda kelas denganku. Dia juga ikut HMP bersamaku. Shelvy itu orangnya agak pendiam, tapi juga suka bercanda. Dia cantik, dan sempat dekat denganku walaupun cuma sekadar teman. Bahkan teman-teman ku sering mengejekku dengan dia hal itu yang membuatku sedikit menjauh darinya. Aku merasa tidak enak dengannya. Terkadang aku melihat dengannya begitu enak bercanda dengan orang lain, tapi sekarang dia juga sedikit menjauh dariku dan ketika dekatpun jarang mengobrol.

Tiga minggu sebelum pertandingan aku berlatih tenis meja dengannya dan ditemani dengan teman-temanya mas Dony. Setiap hari Selasa dan Rabu kami berlatih bersama. Selama latihan itupun sikapnya begitu dingin kepadaku tapi sikapnya berubah kepada orang lain.

Hari itu adalah hari ulang tahunku dan satu hari sebelum pertandingan. Aku berangkat latihan tenis meja di tempat biasa. Keadaan waktu itu awan gelap disertai angin kencang. Mungkin akan hujan pikirku. Sesampainya disana kulihat hanya Shelvy duduk sendiri disana. Aku turun dari motorku melepas helmku dan berjalan duduk disampingnya tetapi sedikit jauh. Tak ada sepatah katapun terucap dari mulut kami berdua. Tak beberapa lama kemudian petir menyambar Duuuuaaaaarrr. Hujan mulai turun dan membasahi genting. Hujan kali ini benar-benar deras dan disertai angin, membuat aku takut. Lebih dari 15 menit kami berada disitu dan tak ada sepatah katapun yang terucap. Hingga akhirnya aku mulai bertanya.

“Shel, Mas Dony gimana ? datang gak ?” Tanyaku kaku.
“Nggak tau aku Son.” Jawabnya singkat.
“Kamu hubungi gimana ?” Tanyaku lagi.
“Katanya mau kesini tadi.” Jawabnya ketus.

            Lalu aku kembali diam. Mungkin mas Dony terjebak hujan jadi mungkin dia menunggu reda baru kesini. Aku sudah biasa bicara dengannya dan hanya dib alas dengan kata-kata ketus seperti itu. 30 menit berlalu tanpa kata-kata dan hujan masih deras saja. Kulihat jam menunjukan pukul 16.00.. Sudah sore nih pikirku. Sia-sia saja kalo aku disini hanya diam saja. Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya bermain tenis meja duluan.

            “Shel yuk main tenis meja duluan, daripada disini sia-sia.” Ajakku.
            “Nggak nunggu mas Dony aja ?” Tanyanya
            “Kalo nunggu mas Dony, pasti lama dan ini juga udah sore kan.” Jawabku.
            “Yaudah deh, yuk.” Jawabnya

            Tidak tau kenapa hatiku sedikit senang. Bukan karena berdua-duan disini. Tapi, karena kulihat sikapnya sudah gak kaya biasanya lagi. Waktu itu aku main hanya berdua. Ketika bermain sedikit aku bercandain, membuang bolanya agak jauh, dan me-smash dia dengan agak keras, dengan ku iringi senyuman-senyuman yang mengejek, dan dia tertawa. Disitu rasanya sangat bahagia. Kalau saja bisa, aku gak ingin beranjak dari waktu itu.

            Hampir 1,5 jam kami bermain. Keringatpun menetes tetes demi tetes. Kulihat senyumnya begitu manis. Sambil menyelengkapkan kerudungnya terlihat kecantikannya yang alami. Hujan yang begitu deras tadi lama-lama menjadi rintik-rintik kecil. Percakapan kecilpun kami mulai.

            “Fiiuuuh capek Shel.” Kataku.
            “Salahmu, siapa suruh ketawa terus ?” Jawabnya.
            “Hahaha… Habisnya kamu lucu sih kalo kena smash .”
            “Eeeeeuuuuuhhh.”
            “Eh, Shel kenapa sih kok kamu jutek banget sama aku ?” Tanyaku.
            “Jutek ? Enggak jutek aku, biasa aja.” Jawab Shelvy
            “Gak usah bohong shel, aku tau kok kamu itu bersikap aneh kepadaku.”
            “Aneh gimana sih ?”
            “Ya kamu itu enak aja bergaul sama orang lain, tapi ketika sama aku kamu itu jadi dingin. Kamu kenapa ? ada masalah denganku ? Juju aja Shel.”
            “Oke Aku jujur.”
            “Naaah gitu dong.”
            “Kamu itu orangnya baik, care sama yang lain. Aku juga sering denger temen-temenmu ngejekin kamu sama aku. Dan akupun juga diejek kaya gitu. Mungkin sudah satu tahun aku kenal kamu, tapi aku gak mengerti masa lalumu, kamu itu misterius Son. Aku Cuma gak mau ada orang lain yang terluka ketika denger kata-kata sperti itu.”
            “Maksud kamu apa Shel ?”
            “Aku udah jujur itu semua ke kamu Son.”
            “Oke, Aku beritahu kekamu. Menurutku semua temen itu sama Shel. Aku gak deket banget sama siapapun. Dan aku juga gak punya pacar. Mantan pacarpun itu juga udah 2 tahun aku gak kontak-kontak an. Jadi kalo ada sesuatu yang mengganjal di hati kamu, kamu gak usah khawatir Shel. Gak ada yang ngelarang kamu untuk melakukan hal-hal seperti itu. Aku lebih senang kamu bersikap biasa daripada kamu bersikap jutek seperti ini.”
            “Oh jadi kaya gitu ya Son, aku minta maaf ya sudah salah paham sama kamu.”
            “Iya Shel, aku juga minta maaf kalo ada salah sama kamu. Kamu janji ya jangan bersikap seperti ini lagi ?”
            “Iya aku janji Son.”

            Setelah percakapan itu selesai kamu pulang ke rumah masing-masing.

            Esoknya ketika perlombaan kami datang dengan kepercayaan diri yang tinggi. Chemistry sudah terbentuk dari diri kami masing-masing. Satu per satu lawan kami kalahkan. Hingga Akhirnya partai final. Disitu kekompakan kami diuji. Dengan lawan yang berat dan supporter yang heboh, membuat nyali kami sedikit goyah.

            “Ayo Shel semangat ! Kita pasti bisa !” Gertakku
            “Iya Son siap !” Jawabnya

            Pertandingan dimulai. Kami berkejar-kejaran skor. Pertarungan begitu sengit hingga penonton bersorak sorai. Set pertama selesai dimenangkan oleh lawan. Set kedua dimulai keadaan tidak jauh beda masih sengit. Set kedua berhasil kami menangkan. Set ketiga kami kalah. Set ke empat menjadi set penentu. Ketika itu aku mendapat peluang dan aku smash  dengan keras, sayang sekali smash ku keluar dari meja. Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh lawan.

            Semenjak Saat itu kami semakin dekat. Tetapi kami tidak pacaran, hanya sebatas teman. Keadaan seperti itu bertahan hingga Semester 6. Semester dimana kami akan diwisuda. Pada hari wisuda, aku datang dan menghapiri Shelvy dengan membawa bunga.

            “Shel, aku mau ngomong jujur sama kamu.” Kataku.
            “Ngomong apa Son ?” Tannya Shelvy.
            “Aku sudah lama suka sama kamu, semenjak kita saling kenal, aku sudah merasa nyaman sama kamu. Selama 3 tahun disini aku merasa betah, merasa semangat karena aku merasa kamu selalu ada buat aku dan membuatku semangat. Kamu mau membangun masa depan bersamaku ?”
            Keadaan yang semula riuh ramai dengan wisudwan yang lain dan oranglain yang sibuk dengan kegiatannya kini terasa hening. Aku merasa hanya ada aku dan Shelvy disana. Dengan mata berkaca-kaca dan dengan senyumnya yang manis dia berkata.

            “Aku siap membangun masa depan bersamamu Son.”

Setelah 3 tahun dari wisuda aku menikah dengan Shelvy. Do’a yang dulu aku panjatkan “ Tuhan, aku berdo’ake padaMu. Dekatkanlah jodohku padaku Ya Tuhan.”. Dikabulkan oleh Tuhan dengan cara yang unik. Karena semua adalah rahasia, kita gak tau mana sebenarnya yang akan terjadi selanjutnya, yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha dan berdo’a.

Sabtu, 07 November 2015

RECIPROCATING SCREEN


RECIPROCATING SCREEN














Disusun oleh :
HESTU BAGUS PANUNTUN                   I8314024
HIRMAN SETIAWAN                                I8314025
ILHAM AKBAR JAMALULAIL              I8314026
ISNANIA INDRIANI                                  I8314028


PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

I.       Pengayakan
Pengayakan merupakan metode pemisahan dan klasifikasi partikel sematamata hanya berdasarkan ukurannya. Untuk pengayakan menggunakan ayakan ukuran tunggal, dikenal dua macam produk yaitu: (a). Undersize atau fine, yaitu produk yang lolos lubang ayakan, dan (b). Oversize atau tails, yaitu produk yang tertahan oleh ayakan. Untuk pengayakan menggunakan dua jenis ayakan, akan diperoleh dua tiga macam ukuran produk, yaitu: (a). Undersize; (b). On-size, dan (c). Pelaporan Hasil Analisis Ayakan Adakalanya, untuk mengetahui rentang ukuran partikel padatan serta jumlah/massa dari masing-masing kelompok ukuran, diambil sejumlah sampel dan diayak menggunakan satu set ayakan standar. Pada umumnya, hasil analisa ayak dilaporkan dalam bentuk histogram atau kurva distribusi frekuensi antara fraksi massa versus ukuran rata-rata partikel. Seringkali, data analisa ayak digambarkan dalam kurva distribusi kumulatif (baik kumulatif undersize ataupun oversize). Pada umumnya, ordinat dari kurva (yaitu ukuran rata-rata partikel) dinyatakan dalam skala logaritmik. Hal ini disebabkan perubahan ukuran partikel (misalnya hasil crushing) pada umumnya tidak linier (mengikuti deret hitung) tetapi kelipatan (mengikuti deret ukur). Penggambaran distribusi frekuensi dalam bentuk kurva fraksi massa vs ukuran partikel seringkali misleading, karena rentang ukuran partikel antara 2 ayakan standar (Tyler mesh) tidaklah sama, karena mengikuti deret ukur. Yang seringkali dipakai, dan juga sesuai dengan pengertian statistik tentang distribusi frekuensi, adalah dengan menggantikan fraksi massa dengan fraksi massa per atu satuan ukuran partikel, sehingga sumbu vertikal dari kurva distribusi dinyatakan dalam: fraksi_massa/(Di-Di+1), dimana Di = aperture ayakan ke-i, Di+1 = aperture ayakan dibawahnya (aperture lebih kecil). Kurva distribusi seringkali tidak hanya dinyatakan dalam fraksi massa, tetapi juga dalam bentuk fraksi jumlah dan fraksi luas permukaan. Fraksi jumlah didefinisikan sebagai rasio jumlah partikel ukuran tertentu terhadap jumlah total partikel yang ada. Fraksi luas permukaan sebagai rasio total luas permukaan partikel ukuran tertentu terhadap luas permukaan total dari partikel yang ada. Kurva distribusi seringkali digambarkan juga dalam bentuk diagram batang (bar-chart).
II.    Reciprocating Screen
Reciprocating screen = Ayakan dinamis dengan gerakan menggoyang, pukulan yang panjang (20-200 Hz). Digunakan untuk pemindahan dengan pemisahan ukuran. Separasi ini biasa digunakan untuk :
• Material yang halus
• Material yang kering
• Ukuran kecil (light) yaitu sekitar 10 sampai 20 µm, dan terkadang sampai 40 µm.
Reciprocating Screens terdiri dari sebuah : Gyratory horizontal yang bergerak pada ujung umpan dari screen yang tegak lurus dengan bantuan dari poros yang berputar secara tidak teratur. Perputaran poros tersebut sebesar 1000 rev/min. Gerakan memutar pada ujung feed dengan cepat menebarkan material-material melintang ke seluruh lebar dari permukaan Screen. Gerakan memutar ini juga menyusun material-material tersebut berdasarkan perbedaan mesh. Selama material-material tersebut melewati permukaan dari screen, akan terjadi pereduksiaan jumlah pada ujung pemberhentian (ujung alat). Reduksi ini membantu memisahkan material-material yang diistilahkan ‘near mesh particles’.
Sudut kemiringan ayakan antara 16o sampai 30o terhadap sumbu horizontal. Ayakan pada umumnya berbentuk persegi panjang dengan ukuran (1.5 x 4 ft) sampai (5 x 14 ft). Kecepatan girasi dan amplitudonya biasanya dapat diatur sesuai kebutuhan. Kecepatan girasi dapat mencapai 600 sampai 1800 rpm.
Gambar dibawah adalah contoh gyrating screen yang digerakkan vertikal dan yang digerakkan horisontal (reciprocating screen).









Reciprocating screen merupakan jenis ayakan girasi dengan sudut kemiringan lebih kecil (sekitar 5o). Mesin diputar-getarkan pada sumbu mendatarnya. Adakalanya diantara dua dek ayakan diisi bola-bola karet untuk meningkatkan efisiensi pengayakan, sekaligus membersihkan aperture ayakan dari padatan-padatan yang menyumbat.

Kamis, 03 September 2015

Keputusan


            “Lex, makasih ya atas selama ini, aku gak pernah menyesal mencintaimu, aku gak pernah menyesal pernah mennyayangimu, biarlah ini menjadi kenangan kita, kini pergilah, kejarlah cita-citamu jangan sampai aku menjadi penghalangnya dan carilah wanita yang baik, yang akan membuatmu bahagia, sekali lagi terimakasih lex.”
            Masih teringat jelas kata-kata terkahir yang diucapkan Nisa kepadaku. Sama sekali tak pernah aku mengira kisah cintaku dengan Nisa akan berakhir seperti ini. Diputusan dengan alasan yang tidak jelas. Begitu banyak pertanyaan yang muncul dibenakku, tapi tak satupun yang dapat kusampaikan padanya.
            Kejadian ini sangat memukul hatiku, galau, sepanjang hari melamun tidak jelas. Terlihat tatapan kosong yang terlihat dari mataku. Kesana kemari tanpa arah dan tujuan yang jelas. Seperti seseorang yang benar-benar kehilangan jalan, tak tau harus kemana dan tak tau kepada siapa harus bertanya. Yang kulihat sekarang hanya kehampaan, kosong, semua hilang sirna tak terbekas dalam diri ini. Hanya rasa sakit, sakit hati hati yang kurasakan.
            Apakah ini resiko Cinta ? Rasa sakit hati yang tak terhingga. Bukankah cinta itu indah ? Bukankah cinta yang membawa kebahagian ? Atau hanya sebuah kata-kata saja ? Entahlah, aku tidak tahu.
            Disini, di tanah rantau aku hanya sendiri. Tak banyak orang yang aku kenal, hanya beberapa teman kos dan teman kuliah yang aku belum tau karakternya. Selagi menunggu kegiatan kuliah, aku hanya merenung tak banyak kegiatan yang aku lakukan. Bangun tidur, nonton tv, tidur lagi, nonton tv, dan tidur lagi. Dan berusaha beradaptasi dengan lingkungan yang baru dengan orang yang baru.
            Di suatu malam yang dingin di musim kemarau, aku sendiri, berdiri di halaman depan kosku hanya ditemani beberapa bintang yang berkelap kelip menghiasi gelapnya langit. Aku sudah bosan dengan kegalauan ini, apa yang harus aku lakukan supaya terbebas dari kegalauan ini ? pertanyaan ini beberapa kali muncul dalam benakku. Namun, tak satupun jawaban yang terlintas dalam diri ini. Setelah beberapa puntung  rokok habis, sebuah jawaban terlintas di dalam otakku.
            “Minumlah minuman keras ! maka kamu tidak galau lagi !” Kata dalam diriku.
            “Apakah benar ? apakah dengan itu aku bisa terbebas dari kegalauan ini ?” Tanya diriku yang lain.
            “Benar, kamu akan terbang, melayang, beban mu akan hilang” Jawab diriku.
            “Tapi, bukankah minum minuman keras itu berdosa ?” Tanya diriku yang lain lagi.
            “Dosa ??? Apa perdulinya dosa ? yang penting kamu sudah tidak galau lagi !” Jawab diriku.
            “Baiklah, aku akan mencari minuman keras supaya aku dapat terhindar dari kegalauan ini.”
            Itulah keputusan diriku yang memilih minuman keras supaya aku terhindar dari kegalauan ini dan tak memperdulikan betapa besar dosa yang akan aku tanggung nantinya.
            Setelah aku habiskan puntung rokok yang terakhir aku bergegas untuk mencari penjual minuman keras. Ketika itu hari sudah larut sekitar pukul 23.30. Aku tak tahu harus mencari. Kulihat supermarket-supermarket sudah tutup, yang biasanya buka 24 jam sekarang tutup juga. Akhirnya aku putuskan untuk berhenti di sebuah angkringan yang tidak terlalu ramai.
            “Pak, susu jahe setunggal !” Aku memesan kepada bapak yang berjualan.
            “Di bungkus nopo di unjuk mriki mas ?” Tanya bapaknya.
            “Unjuk mriki pak.” Jawabku.
            Lalu aku menuju tempat duduk lesehan yang hanya bercahayakan lampu jalanan yang remang-remang. Disana aku hanya diam tertunduk nampak lesu dan tak bertenaga. Tiba-tiba seorang kakek tua menghampiri ku dan berkata.
            “Boleh duduk sini dek ?” Tanya bapaknya.
            “Oh, silahkan pak, monggo.” Sahutku.
            Aku terheran-heran kenapa kakek ini mau duduk disini, padahal masih banyak tempat duduk yang lain. Bukannya tidak mau berbagi tempat dengannya, cuma aneh saja menurutku. Kemudian kakek itu bertanya kepadaku.
            “Sendiri aja dek ?”
            “Iya pak, lagi nyari udara segar.” Jawabku, dengan memanggilnya pak, tidak enak juga memanggilnya kakek karena belum cukup tua juga untuk disebut kakek.
            “Lagi, ada masalah ya dek ?” Tanya bapaknya.
            “Haha.. enggak pak” Jawabku dengan bohong. Pikirku dalam hati bagaimana dia tau kalo aku sedang ada masalah.
            “Gapapa dek kalo kamu gak mau jujur, bapak sudah tau kalo kamu lagi punya masalah. Ya biasa sekarang anak muda banyak yang galau…”
            Dia terdiam sejenak menghela nafas. Aku hanya diam memerhatikan perkataannya.
            “Begitu banyak anak muda yang galau karena cinta, dan ketika mereka galau mereka akan menuruti segala egonya, segala kemarahanya. Tak peduli dengan akibat yang ditimbulkan setelah hari esok.
            “Mereka akan menyesali keputusannya ketika tua nanti. Mungkin mereka sekarang belum sadar, tetapi ketika tua nanti pasti mereka akan menyadari kesalahannya.” Perkataannya berhenti sampai disitu. Lalu akupun mencoba untuk berkata jujur dengan pak tua tersebut.
            “Iya pak, sebenarnya aku lagi galau karena putus cinta pak.” Kataku lirih.
            “Aku berniat minum minuman keras untuk menghilangkan kegalauan ini pak, namun sebelum aku menuntaskan keinginanku ini, ternyata toko-toko sudah tutup, jadi aku belum jadi untuk minum minuman keras itu pak.” Lanjutku.
            “Alahmdullilah nak, kamu belum terlambat. Urungkanlah niatmu itu nak. Tidak akan bermanfaat barang seperti itu, hanya akan menambah kegalauanmu.” Kata pak tua.
            “Kalau kamu bersikeras untuk melakukan hal itu, maka kamu hanya akan sepertiku yang tak mampu membenduk ego ku ketika muda dulu.
            “Dulu aku juga seperti kamu galau, dan tidak tau harus kemana aku mencurahkan isi hatiku, dan akhirnya barang itulah yang aku pilih. Kini setiap detik dalam hidupku hanya ku habiskan untuk menyesali perbuatanku itu nak.” Lanjut pak tua.
            “Iya pak aku sudah mengurungkan niat itu pak, sudah aku buang jauh-jauh dari otakku pak.” Jawabku.
            “Lalu apa yang harusnya aku lakukan pak ?” Tanyaku.
            “Aku tau kau adalah orang perantau yang jauh dari rumah. Sekarang dia yang dulu kau cintai juga sudah jauh disana. Lupakanlah dia nak, jadikanlah pelajaran dalam hidupmu. Jangan kau sia-sia kan masa mudamu hanya untuk kegalauan seperti ini. Kini kau berada di sini, tutuplah buku yang dulu, dan buatlah cerita yang baru di sebuah buku yang baru. Jangan kau takut untuk melangkah kedepan, jika kau tak mampu untuk melangkahkan kakimu, maka kau akan terjebak selamanya disitu dan tak akan beranjak. Hanya ada kegalauan dalam hidupmu. Kini kau di tempat yang baru, dengan orang yang baru, dengan suasana yang baru. Dengan itu cipatakanlah mimpi-mimpi disini bersama orang-orang yang mendukungmu.”
            “Iya pak, sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan. Terimakasih pak.” Begitu kataku sebelum aku meninggalkan pak tua.
            Begitu malam itu aku habiskan, kini aku mengerti apa artinya pengalaman, apa pentingnya pelajaran hidup. Kini aku mencoba untuk belajar dari pengalaman. Sekarang keputusanku adalah membuka lembaran baru, dengan orang yang baru dan dengan suasana baru. Ketika kita akan menempati tempat yang baru kita juga harus siap untuk meninggalkan yang lama.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Perpisahan Termanis


            Hari itu aku sangat bahagia karena kini aku telah menjadi mahasiswa. Setelah berjuang keras menghadapi ujian dandan akhirnya lolos. Begitu membanggakan mendapat hasil yang kita peroleh dari usaha kita sendiri. Setelah hari pengumuman itu aku bergegas untuk mempersiapkan kepindahanku ke Surakarta. Ya, salah satu universitas negeri favorit yang ada disana. Sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku untuk jauh dari orang tua, karena semenjak dulu aku belum pernah hidup jauh dengan orang tua. Tak terpikirkan juga meninggalkan kampong halaman yang telah menjadi saksi bisu perjalanan hidupku. Teman-teman dan sahabat-sahabat yang setia yang selalu ada disampingku untuk menghadapi segala halangan dan rintangan, serta Nisa pacarku yang selalu mendukungku, selalu menyemangatiku, kini aku akan meninggalkan mereka semua demi meraih mimpi dan cita-citaku.
            Hari itu langit membiru dan tampak terik matahari menyinari tanpa henti, terasa sedikit panas dari biasanya. Memang musim ini adalah musim kemarau sudah dua bulan tidak turun hujan. Mungkin ini yang disebut el-nino. Renacanaku hari ini adalah berkumpul dengan keluarga menikmati hari-hari terkahir sebelum keberangkatanku ke tanah rantau.
            “Dek, ayo mancing ?” Tanyaku ke adikku
            Di rumahku ada sebuah kolam lele budidaya milik ayahku, kebetulan ikan lelenya sudah agak besar sehingga bisa untuk dimakan. Aku sendiri sering memancing lele dikolam ayahku, biasanya ketika tidak ada lauk aku dan adikku memancingnya untuk dimasak sedangkan hari ini hanya sekadar untuk seru-seruan walaupaun akhirnya dimasak juga. Dengan menganggukkan kepalanya bertanda bahwa adikku setuju untuk memancing. Akupun menyiapkan peralatan untuk memancing.
            Kuhabiskan waktu siang ini sampai sore untuk memancing lele. Beberapa lele telah kudapat dan kuserahkan pada ibukku untuk dimasak. Cukup sudah tugasku untuk memancing. Walaupun malamnya aku tidak akan makan dirumah, karena ada janji dengan Nisa pergi keluar.
            Kini jam dinding menunjukkan pukul 16.00 WIB, saatnya aku bergegas menuju ke rumah Nisa. Tak lupa sebelum kerumahnya aku sudah berdandan rapi dan wangi, karena hari ini adalah hari dimana aku akan berjauhan dengannya dalam waktu yang lama. Sesampainya dirumahnya kulihat dia sudah siap untuk berangkat. Kupandangi dia, kurasa dia lebih cantik dari sebelumnya, lebih anggun, terasa semakin berat untuk pergi jauh darinya.
            Aku merasa hari ini memang berbeda dengan hari-hari sebelumnya tak banyak kata yang berucap dari bibir manisnya. Hanya sedikit tersenyum dan diam kembali. Sesampainya di tempat makan, kami pesan makanan kesukaan masing-masing dari kami. Sambil menunggu pesanan datang aku mencoba untuk membuka pembicaraan.
            “Nis, kenapa kok kamu diam gak kaya biasanya ?” tanyaku.
            “Aku gapapa kok lex.” Jawabnya
            “Beneran kamu gapapa ?” tanyaku lagi.
            “Iya beneran kok lex.”
Kemudian suasana kembali membisu. Aku tidak mengerti apa yang terjadi, apa mungkin dia marah karena aku besok akan pergi jauh darinya, atauada masalah lain. Tak terasa makanan yang kami pesan akhirnya datang. Kami pun makan dan tak banyak bicara. Setelah makan seleasai aku kembali bertanya kepadanya.
            “Nis, kamu marah sama aku ?”
            “Nggak lex.” Jawabnya singkat.
            “Lalu kenapa kamu diam ? tidak biasanya kamu begini. Apa aku punya salah sama kamu “
            “Nggak kok lex, kamu gak salah apa-apa.”
            “Nis, aku besok mau pergi jauh, dan kemungkinan kita ketemu lagi masih sangat lama. Ayolah ngomong biar aku tau.
            “Nis, aku sayang kamu, aku gak mau jauh sama kamu, aku pengen sama kamu terus nis.” Kataku.
Nisa tetap terdiam sambil merunduk, tiba-tiba tetes demi tetes air matanya jatuh membasahi pipinya.
“Alex…” Suaranya pelan
“ Aku tau lex kamu sayang banget sama aku, aku juga tau kamu gak mau jauh dari aku. Tapi….” Suaranya terhenti
“Tapi kenapa nis ?” Tanyaku
“Pergilah lex, carilah wanita yang baik yang bisa membuatmu bahagia.” Katanya pelan.
“Kamu ini ngomong apasih nis ? Aku udah temukan wanita yang baik yang bisa membuatku bahagia, itu kamu nis.”
“Mau gimana lag ilex ? Mana bisa aku membuatmu bahagia ? aku hanya akan menyusahkanmu.”
“Nis, apapun kamu, aku tetap sayang sama kamu, aku gak bisa nis mencari yang lai, kamu lah yang terbaik buat aku.”
“Sudahlah lex, cukup sampai disini saja…”
“Maksud kamu apa nis ?”
“Sudah cukup sampai disini cerita kita.”
“Kita udah lebi dari 3 tahun pacaran nis, dan kamu mutusin aku cuma masalah begini?” Tanyaku dengan keras.
“Maaf lex.”
“Apa kamu udah gak sayang lagi sama aku ?”
Kemudian Nisa kembali terdiam, nampak dia tak mampu menjawabnya.
“Iya lex, maaf aku udah gak sayang lagi sama kamu, carilah wanita yang lebih dari aku lex, carilah wanita yang bisa membuatmu bahagia.”
Aku tak percaya dengan semua yang telah dikatanya, setelah sekian lama cinta ini berlayar, dan akhirnya dia sudah tidak sayang lagi denganku. Serasa waktu di seluruh dunia berhenti. Terasa kerlingan air mataku akan segera berjatuhan, terasa pedih, terasa sakit dada ini, ku coba untuk menahan air mata itu namun aku tak bisa, begitu derasnya air mata ini jatuh.
“Apa maksud semua ini nis ? apakah kamu udah punya laki-laki lain ?”
Di tersenyum menghapus air mataku dan mencium keningku, dan berkata.
“Lex, makasih ya atas selama ini, aku gak pernah menyesal mencintaimu, aku gak pernah menyesal pernah mennyayangimu, biarlah ini menjadi kenangan kita, kini pergilah, kejarlah cita-citamu jangan sampai aku menjadi penghalangnya dan carilah wanita yang baik, yang akan membuatmu bahagia, sekali lagi terimakasih lex.”