“
Tuhan, aku berdo’ake padaMu. Dekatkanlah jodohku padaku Ya Tuhan.”
Itulah do’a yang selalu kupanjatkan
ketika aku berdo’a. Do’a itu selalu teringat ketika aku dekat dengan seseorang.
Pertanyaannya apakah itu adalah jodohku ? atau hanya cobaan bagiku ?. Terkadang
aku tidak bisa membedakannya. Tapi, aku juga tidak terlalu menghiraukannya.
Bagiku kuliah dan kegiatan organisasikulah yang lebih utama.
Suatu ketika ada perlombaan olahraga
antar himpunan mahasiswa se-fakultas. Salah satunya adalah himpunan mahasiswa
yang aku ikuti. Yaitu HMP D3 FT UNS (Himpunan Mahasiswa Prodi Diploma 3
Fakultas Teknik) yang biasa disebut HMP.
Ya, aku adalah mahasiswa teknik. Mahasiswa
yang terkenal dengan pakaian rapi, dan sopan. Walaupun terkadang banyak baju
mahasiswa yang kusut dan kotor karena habis praktikum. Kini aku duduk di
semester 3. Mahasiswa semester 3 yang masih belum sempat merasakan pusingnya
menggarap TA (Tugas Akhir) dan KP (Kerja Praktek). Tapi, aku kini disibukkan
dengan kegiatan organisasi yang begitu padat, setelah acara satu selesai mulai
acara yang lainnya. Hal seperti itu yang membuat capek dan terkadang ingin
berhenti, namun itu bukanlah pilihan, aku harus terus maju dan mendapat yang
terbaik.
Perlombaan itu ada beberapa cabang.
Cabangnya yaitu, futsal, basket, volley, tenis meja, dan, tarik tambang. Ketika
itu Mas Dony bertanya siapa aja yang mau mewakili HMP.
“Guys, nih ada lomba siapa yang mau
ikut ?” Kata mas Dony.
“Aku mas ikut futsa sama timku.”
Kata Kris.
“Oke
futsal yang main timnya Kris. Oh ya untuk yang volley yang main timku aja ya ?”
Sahut Mas Dony.
“Siap
lah mas.” Kata Anto.
“Basketnya
siapa nih ? “ Tanyaku
“Timnya
Baim Aja, mereka bagus mainnya.” Kata Kris.
“Oke,
ntar kasih tauke Baim ya.” Kata Mas Dony
“Tarik
tambangnya ikut gak nih ?” Tanya Anto.
“Gak
usah aja, jadwalnya bentrok itu.” Kata Mas Dony.
“Oke.”
“La
yang tenis meja siapa ini ?” Tanya Mas Dony.
“Aku
aja mas, aku bisa kok.” Kataku.
“Tapi
ini harus ganda campuran loh.” Kata Mas Dony.
“Waduh
ceweknya siapa ya ?” Pikirku.
“Shelvy
aja, dia bisa kayaknya.” Kata Kris.
“Yang
bener ?” Tanyaku.
“Iya
bener, dia dulu pernah main ping pong di lomba jurusan.” Kata Kris.
“Yaudah
Shelvy aja yang main sama Sony aja kalo gitu.” Kata Mas Dony.
“Yaudah
oke mas siap.” Kataku.
Akhirnya aku yang mewakili lomba tenis
meja bersama Shelvy. Shelvy adalah teman satu jurusan tapi beda kelas denganku.
Dia juga ikut HMP bersamaku. Shelvy itu orangnya agak pendiam, tapi juga suka
bercanda. Dia cantik, dan sempat dekat denganku walaupun cuma sekadar teman.
Bahkan teman-teman ku sering mengejekku dengan dia hal itu yang membuatku
sedikit menjauh darinya. Aku merasa tidak enak dengannya. Terkadang aku melihat
dengannya begitu enak bercanda dengan orang lain, tapi sekarang dia juga
sedikit menjauh dariku dan ketika dekatpun jarang mengobrol.
Tiga minggu sebelum pertandingan aku
berlatih tenis meja dengannya dan ditemani dengan teman-temanya mas Dony.
Setiap hari Selasa dan Rabu kami berlatih bersama. Selama latihan itupun
sikapnya begitu dingin kepadaku tapi sikapnya berubah kepada orang lain.
Hari itu adalah hari ulang tahunku dan
satu hari sebelum pertandingan. Aku berangkat latihan tenis meja di tempat
biasa. Keadaan waktu itu awan gelap disertai angin kencang. Mungkin akan hujan
pikirku. Sesampainya disana kulihat hanya Shelvy duduk sendiri disana. Aku
turun dari motorku melepas helmku dan berjalan duduk disampingnya tetapi
sedikit jauh. Tak ada sepatah katapun terucap dari mulut kami berdua. Tak
beberapa lama kemudian petir menyambar Duuuuaaaaarrr.
Hujan mulai turun dan membasahi genting. Hujan kali ini benar-benar deras
dan disertai angin, membuat aku takut. Lebih dari 15 menit kami berada disitu
dan tak ada sepatah katapun yang terucap. Hingga akhirnya aku mulai bertanya.
“Shel, Mas Dony gimana ? datang gak ?”
Tanyaku kaku.
“Nggak tau aku Son.” Jawabnya singkat.
“Kamu hubungi gimana ?” Tanyaku lagi.
“Katanya mau kesini tadi.” Jawabnya
ketus.
Lalu aku kembali diam. Mungkin mas
Dony terjebak hujan jadi mungkin dia menunggu reda baru kesini. Aku sudah biasa
bicara dengannya dan hanya dib alas dengan kata-kata ketus seperti itu. 30
menit berlalu tanpa kata-kata dan hujan masih deras saja. Kulihat jam
menunjukan pukul 16.00.. Sudah sore nih pikirku. Sia-sia saja kalo aku disini
hanya diam saja. Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya bermain tenis
meja duluan.
“Shel yuk main tenis meja duluan,
daripada disini sia-sia.” Ajakku.
“Nggak nunggu mas Dony aja ?”
Tanyanya
“Kalo nunggu mas Dony, pasti lama
dan ini juga udah sore kan.” Jawabku.
“Yaudah deh, yuk.” Jawabnya
Tidak tau kenapa hatiku sedikit
senang. Bukan karena berdua-duan disini. Tapi, karena kulihat sikapnya sudah
gak kaya biasanya lagi. Waktu itu aku main hanya berdua. Ketika bermain sedikit
aku bercandain, membuang bolanya agak jauh, dan me-smash dia dengan agak keras, dengan ku iringi senyuman-senyuman
yang mengejek, dan dia tertawa. Disitu rasanya sangat bahagia. Kalau saja bisa,
aku gak ingin beranjak dari waktu itu.
Hampir 1,5 jam kami bermain.
Keringatpun menetes tetes demi tetes. Kulihat senyumnya begitu manis. Sambil
menyelengkapkan kerudungnya terlihat kecantikannya yang alami. Hujan yang
begitu deras tadi lama-lama menjadi rintik-rintik kecil. Percakapan kecilpun
kami mulai.
“Fiiuuuh capek Shel.” Kataku.
“Salahmu, siapa suruh ketawa terus
?” Jawabnya.
“Hahaha… Habisnya kamu lucu sih kalo
kena smash .”
“Eeeeeuuuuuhhh.”
“Eh, Shel kenapa sih kok kamu jutek
banget sama aku ?” Tanyaku.
“Jutek ? Enggak jutek aku, biasa
aja.” Jawab Shelvy
“Gak usah bohong shel, aku tau kok
kamu itu bersikap aneh kepadaku.”
“Aneh gimana sih ?”
“Ya kamu itu enak aja bergaul sama
orang lain, tapi ketika sama aku kamu itu jadi dingin. Kamu kenapa ? ada
masalah denganku ? Juju aja Shel.”
“Oke Aku jujur.”
“Naaah gitu dong.”
“Kamu itu orangnya baik, care sama yang lain. Aku juga sering
denger temen-temenmu ngejekin kamu sama aku. Dan akupun juga diejek kaya gitu.
Mungkin sudah satu tahun aku kenal kamu, tapi aku gak mengerti masa lalumu,
kamu itu misterius Son. Aku Cuma gak mau ada orang lain yang terluka ketika
denger kata-kata sperti itu.”
“Maksud kamu apa Shel ?”
“Aku udah jujur itu semua ke kamu
Son.”
“Oke, Aku beritahu kekamu. Menurutku
semua temen itu sama Shel. Aku gak deket banget sama siapapun. Dan aku juga gak
punya pacar. Mantan pacarpun itu juga udah 2 tahun aku gak kontak-kontak an.
Jadi kalo ada sesuatu yang mengganjal di hati kamu, kamu gak usah khawatir
Shel. Gak ada yang ngelarang kamu untuk melakukan hal-hal seperti itu. Aku
lebih senang kamu bersikap biasa daripada kamu bersikap jutek seperti ini.”
“Oh jadi kaya gitu ya Son, aku minta
maaf ya sudah salah paham sama kamu.”
“Iya Shel, aku juga minta maaf kalo
ada salah sama kamu. Kamu janji ya jangan bersikap seperti ini lagi ?”
“Iya aku janji Son.”
Setelah percakapan itu selesai kamu
pulang ke rumah masing-masing.
Esoknya ketika perlombaan kami
datang dengan kepercayaan diri yang tinggi. Chemistry sudah terbentuk dari diri
kami masing-masing. Satu per satu lawan kami kalahkan. Hingga Akhirnya partai
final. Disitu kekompakan kami diuji. Dengan lawan yang berat dan supporter yang
heboh, membuat nyali kami sedikit goyah.
“Ayo Shel semangat ! Kita pasti bisa
!” Gertakku
“Iya Son siap !” Jawabnya
Pertandingan dimulai. Kami
berkejar-kejaran skor. Pertarungan begitu sengit hingga penonton bersorak
sorai. Set pertama selesai dimenangkan oleh lawan. Set kedua dimulai keadaan
tidak jauh beda masih sengit. Set kedua berhasil kami menangkan. Set ketiga
kami kalah. Set ke empat menjadi set penentu. Ketika itu aku mendapat peluang
dan aku smash dengan keras, sayang sekali smash ku keluar dari meja. Akhirnya
pertandingan dimenangkan oleh lawan.
Semenjak Saat itu kami semakin
dekat. Tetapi kami tidak pacaran, hanya sebatas teman. Keadaan seperti itu
bertahan hingga Semester 6. Semester dimana kami akan diwisuda. Pada hari
wisuda, aku datang dan menghapiri Shelvy dengan membawa bunga.
“Shel, aku mau ngomong jujur sama
kamu.” Kataku.
“Ngomong apa Son ?” Tannya Shelvy.
“Aku sudah lama suka sama kamu,
semenjak kita saling kenal, aku sudah merasa nyaman sama kamu. Selama 3 tahun
disini aku merasa betah, merasa semangat karena aku merasa kamu selalu ada buat
aku dan membuatku semangat. Kamu mau membangun masa depan bersamaku ?”
Keadaan yang semula riuh ramai
dengan wisudwan yang lain dan oranglain yang sibuk dengan kegiatannya kini
terasa hening. Aku merasa hanya ada aku dan Shelvy disana. Dengan mata
berkaca-kaca dan dengan senyumnya yang manis dia berkata.
“Aku siap membangun masa depan
bersamamu Son.”
Setelah 3 tahun dari wisuda aku menikah
dengan Shelvy. Do’a yang dulu aku panjatkan “
Tuhan, aku berdo’ake padaMu. Dekatkanlah jodohku padaku Ya Tuhan.”.
Dikabulkan oleh Tuhan dengan cara yang unik. Karena semua adalah rahasia, kita
gak tau mana sebenarnya yang akan terjadi selanjutnya, yang perlu kita lakukan
adalah terus berusaha dan berdo’a.