Namaku Hirman Setiawan. Orang bilang, di
dalam diriku terdapat seribu keunikan yang membuatku berbeda. Entah apa
keunikan tersebut aku juga kurang tahu. Tapi keunikan tersebut lebih mengarah
ke aneh kata banyak orang. Tapi, ketika mereka ngomong kaya gitu, langsung aja
aku balas “Aku itu beda”. So, itu lah pembelaanku terhadap bully an temen-temen yang kadang kurang ajar itu mulutnya.
Entah
apa dasar mereka mengatakan aku aneh. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah,
kuliah atau pergi entah kemana, aku selalu bercermin dulu deh, dan perasaanku
biasa saja, gak ada yang aneh pada diriku. Atau memang hanya perasaanku saja ?
Atau ada cabe yang nempel di gigiku ? Ah, masa tiap hari ada cabe nempel di
gigi?
Sebenernya
aku sendiri juga merasa aneh pada diriku sendiri. (Yah akhirnya mengakui dirinya sendiri aneh) Bukan begitu sih, lebih
tepatnya, aku merasa sejak kecil bahwa aku itu adalah seorang pemeran utama
disetiap laga. Ciiiyyyeee PD banget.
Ya, memang kenyataannya aku selalu berpikir demikian, entah apakah orang lain
juga berpikir bahwa dia adalah pemeran utama juga atau hanya aku saja? Belum
pernah aku bertanya pada orang lain. Tapi, faktanya aku adalah orang yang
pemalu, jadi kalo dibilang PD (percaya diri) menurutku sangat jauh dari PD. Kata
temen-temen aku kurang confident.
Entah
darimana aku berpikir bahwa aku adalah pemeran utama. Mungkin karena pengaruh
lingkungan sejak kecil sehingga membuatku seperti ini. Ya, kalau dikata aku
memiliki seribu keunikan, bolehlah boleh, tapi kalo keanehan janganlah.
Sejak
kecil, bahkan sejak lahir aku memiliki keunikan yang luar biasa. Keunikan apa
saja ya? Yang pertama, aku lahir memiliki 3 unyeng-unyeng (pusaran yang ada di rambut). Kata orang, kalo anak
punya 3 unyeng-unyeng anak itu bakal nakal. Lebih anehnya lagi, unyeng-unyengku yang satu berada di depan.
Aku juga heran kenapa ada unyeng-unyeng disitu. Mungkin ini gara-gara karma dari
bapakku. Dulu, ketika aku masih di kandungan ibuku, bapakku datang menjenguk
temannya yang melahirkan, dilihatnya bayinya itu, nah bayi itu punya unyeng-unyeng yang berada di depan. Lalu
bapakku bilang “Wah gantengnya anak ini punya unyeng-unyeng di depan hehehe.” Katanya dengan bercanda. Eh,
ternyata karma pun tiba menimpa anaknya sendiri. Alhasil akupun jadi korban. Punya
unyeng-unyeng 3 dan satu berada di
depan pula.
Kata
orang-orang di desaku, anak yang punya unyeng-unyeng
3 itu bakal jadi anak nakal. Dan mitos itupun terjadi. Semenjak aku lahir,
orang tuaku bukannya senang justru dibuat kebingungan gara-gara aku. Ya, sejak
aku dilahirkan aku menangis tiada henti setiap malam selama satu minggu. Entah aku
tidak tau kebenaran itu. Yang jelas, tetanggaku, kakekku, dan orang tuaku
selalu bercerita seperti itu. Setelah aku memasuki masa balita, mitos itu tetap
menghantuiku, aku menjadi anak yang nakal. Kalo aku minta sesuatu, apapun itu
harus dituruti, jika tidak aku akan mengamuk, dan menangis tiada henti. Hingga barang-barang
yang berada di toko ibukku aku hancurkan gara-gara permintaanku tak diturutin. Masa
balita yang hebat dalam diriku yang membuat satu desa tak ada yang tak kenal
diriku. Semua orang tau dan kenal dengan kenakalanku, dan aku mejadi topic perbincangan
ibu-ibu setiap pagi.
Kenakalan
dan mitos unyeng-unyeng 3 menjadi
keunikanku semasa balita. Kemudian semasa TK, keunikan kembali muncul pada
diriku dan keunikan ini menjadi keunikanku sepanjang masa. Ya, aku masuk TK,
suatu ketika aku naik kelas dan tinggal menunggu setahun lagi, aku akan lulus
TK dan masuk SD. Namun, besoknya setelah aku dinaikkan kelas, tiba-tiba aku di
turunkan kelas lagi. Waktu itu aku tidak mengerti apa-apa dan menjalani saja. Mungkin
para pembaca, aku agak bodoh hingga aku diturunkan lagi, namun jangan salah. Ibuku
lah yang menyuruh ibu guru menurunkan kelas, bukan karena aku terlalu bodoh
atau bagaimana. Tetapi kejadian ini karena pengalaman orang tuaku yang
menyekolahkan kakakku terlalu muda yang membuat dia kurang efisien. Alhasil akibat
dari kejadian itu aku menjadi murid yang paling tua sejak TK, SD, SMP, SMA,
bahkan kuliah. Aku menjadi orang yang paling tua diantara teman-temanku.
Oh
ya, kembali lagi, kenapa sih aku selalu berpikir bahwa aku adalah pemeran utama? Lingkunganlah yang bertanggungjawab atas ini semua. Karena aku adalah orang
yang paling tua diantara teman-temanku, aku menjadi agak berani. Semasa TK,
hampir setiap minggu aku membuat temanku menangis. Mengerjainya, membuat
keributan di sekolah, membuat orang tuaku bingung, bahkan aku pernah menandatangani
buku raport yang seharusnya ditandatangani oleh orang tuaku. Selain itu, aku
selalu menjadi ketua kelas di setiap semester di sekolah. Teman-temanku selalu
menunjukku menjadi ketua kelas, katanya aku yang paling tua dan selalu dapat
rangking. (tanda bahwa aku gak bodoh banget wkwkwk). Gara-gara itu, aku merasa
diriku selalu menjadi peran utama di dalam kehidupan ini.
Ketika
aku masuk SD, aku tidak nakal karena aku berada dalam satu sekolah bersama
bapakku. Bapakku adalah seorang guru SD. Aku takut jika aku membuat onar, akan
mempermalukan bapakku dan takut juga dihukum bapakku disekolah. Akhirnya masa
SD terlewati dengan tidak teralu nakal. Kemudian aku masuk SMP, dan disinilah
puncak kenakalan dan keunikan terjadi.
TO
BE CONTINUE….