Jumat, 14 Oktober 2016

Pangeran Unyeng-unyeng 3 "Misteri Vita (part 1)"

Aku Sebastian Offi. Seorang yang biasa yang bisa punya rasa suka dan juga bisa jatuh cinta. Aku manusia yang normal yang suka kepada wanita bukan kepada pria. Aku juga seorang yang manusia yang bisa kecewa bila cintanya diacuhkan begitu saja. Namun, bukan Offi namanya jika berlarut-larut kecewa hanya gara-gara cinta.
            Kala itu, aku baru saja diterima di SMP. Eh, bukan SMP tapi junior high school 1jetis. Ya, SMP yang gak mau dipanggil SMP. Mentang-mentang bertaraf internasional maunya pakai bahasa Inggris terus. Eh, bukan bertaraf internasional tapi baru “Rintisan”. Padahal kita sebagai warga Indonesia patut menghargai bahasa yang kita miliki sendiri. Memang bahasa Inggris itu penting, tapi bukankah lebih penting bahasa milik sendiri ? Bagaimana jika kita suatu saat ditanya tentang bahasa Indonesia dan kita tidak tau apa-apa tentang bahasa Indonesia ? Memalukan sekali. Para pejuang sumpah pemuda bela-belain untuk memakai bahasa kebangsaan bahasa Indonesia, kita tinggal memakai saja, masih banyak yang mengeluh.
(kembali ke cerita)
            Begitu bangganya orang tuaku ketika aku masuk SMP ini. Walaupun hanya masuk di kelas regular (kelas biasa bukan kelas internasional). Ketika itu aku memasuki MOS (Masa Orientasi Siswa) di hari pertama, terjadi pembagian kelompok, dan aku berada pada kelompok yang tidak ada teman-temanku sebelumnya seperti Kepet, Rojek, Bahtor, ataupun yang lainnya. Lalu aku berkenalan dengan seorang yang bernama Fajar Timur Jaelani. Dia dari kelas bilingual (Kelas Internasional). Lalu aku juga mengenal Fandi, dan Abin, mereka semua dari kelas bilingual. Aku merasa agak minder bergaul dengan mereka karena aku dari kelas biasa.
            Di hari pertama itu terjadi pemilihan ketua kelompok. Tapi, tak ada yang mau menjadi ketua kelompok. Lalu salah satu dari kakak kelas menunjuk salah seorang cewek namanya Novia. Tapi, ketika disuruh maju dia tidak bisa berkata apa-apa lalu turunlah lagi dia. Kemudian kakak kelas kemudian memutuskan untuk menanyakan apakah ada yang pernah menjadi ketua kelas di SD dulu. Lalu, aku pun kaget. Aku tidak mau menjadi ketua lagi, capek dan begitu tidak asik harus berurusan dengan kakak kelas yang jutek itu. Alhasil, aku tidak mengacungkan tanganku, walaupun aku tau aku berbohong, tapi memang aku benar-benar tidak mau menjadi ketua kelas lagi. Lalu, kulihat hanya 2 orang yang mengacungkan tangan yaitu Fajar, dan Vita. Kemudian mereka maju, dan sedikit memberikan kata-kata. Dan dipilihlah Vita sebagai seorang ketua. Walaupun dia cewek dia cukup tegas dan berani. (tidak sepertiku wkwk). Semenjak itu, aku memperhatikan dia, mungkinkah dia berasal dari kelas bilingual atau kelas regular. Hari demi hari akhirnya MOS pun usai dan ditutup dengan pentas seni dari setiap kelompok MOS.
            Di hari penutupan MOS, diumumkan anggota kelas. Aku masuk kelas 7C, aku satu kelas bersama Bahtor dan juga Lukman. Lalu Kepet berada di kelas 7E, dan Rojek di kelas 7D bersama Robi (Kuntet). Aku merasa senang karena aku mempunyai teman yang sudah ku kenal dan rumahnya tidak jauh dari rumahku.
            Di hari pertama masuk SMP, aku mulai mengenal beberapa teman. Ada Wiyan, Rizwaan (Wanabud), Hafizh, Dwiky, Tutut, dan yang aku kaget aku satu kelas dengan Vita. Aku merasa senang sekali ketika tau dia satu kelas dengan aku. Perbincangan-perbincangan mulai ada diantara kami. Dan kami mulai mengenal satu sama lain sampai akhirnya aku dapat nomor HPnya. Tapi, apa daya aku tidak ada nyali untuk sms dia duluan. Hari demi hari aku memutuskan untuk me sms dia. Tapi rasa takut, was-was, dan gelisah muncul di diriku.
            “Vit, kamu ke sekolah apa nggak sore nanti ? Offi Bls.” Begitu sms ku.
            “Ya, semua harus dtg, soalnya kita harus buat majalah dinding.” Balasnya
            Begitu senang hatiku begitu melihat balasan smsnya. Lalu aku cepat-cepat membalasnya.
            “O.k Vit, kamu berangkat jam brp?”
            “Sending Failed……”
“Sending Failed……”
“Sending Failed……”
“Sending Failed……”
4 kali aku mengirim sms ke Vita namun tidak bisa terkirim. Sinyalnya bagus apa yang salah ?? Lalu aku coba cek pulsa. Dan ternyata pulsaku habis. Pusing bukan main ketika itu. Yang sebelumnya merasa bahagia karena smsnya dib alas, kemudian berubah seketika ketika melihat pulsa habis. Lalu aku bergegas melihat dompet dan alamaaaak, hanya ada sarang laba-laba, tak ada seekor uang pun disana. Akhinya aku menggalau ria tidak dapat membalas smsnya Vita.
Jam 16.00, aku berangkat menuju sekolah. Sesampainya disana aku melihat teman-teman sudah ramai. Lalu langsung saja aku ikut berkerumun disana. Mereka sibuk mendesain majalah dinding yang akan dipasang. Kulihat Vita ikut mendesain majalah dinding itu.
“Desain udah mantap nih, tingal ngisi tulisan-tulisan.” Kata Hafizh (Ketua kelas)
“Mau di kasih tulisan apa aja ya ?” Dwiky (Wakil ketua kelas)
“Di kasih artikel-artikel gitu aja” Wiyan (Bendahara kelas)
“Boleh tuh boleh.” Offi (Bukan siapa-siapa hanya mencari muka kepada Vita)
“Gimana kalo dikasih puisi ? “ Vita member usul.
“Boleh juga tuh, aku aja yang buat vit, aku bisa bikin puisi kok.” Aku menawarkan diri.
“Oke man, kalo gitu sekalian diketik dan di print ya.” Sahutnya.
Modyaaaarrrr. Aku gak bisa bikin puisi dan aku gak bisa ngeprint, mau ngeprint dimana, dan begitu bodohnya aku, aku tidak bisa mengetik bahkan belum pernah megang computer. Mau mengeles, tapi udah terlanjur menawarkan diri, begitu malunya aku jika merak tau. Yang niatnya pengen cari muka di depan Vita supaya dia terkesan, malah berantakan jika Vita tau yang sebenernya. Lalu muncullah Lukman sebagai penolong. Aku ajak dia untuk mengetik di computer, adan ngeprint di warnet terdekat. Maklum jaman dulu computer masih jarang dan tempat ngeprint hanya satu-dua yang ada. Kemudian aku menemukan sebuah warnet yang lengkap dengan tempat print. Aku masuk disana minta tolong Lukman mengajariku mengetik. Untung dia dapat tugas mencari artikel jadi aku bisa sekalian ngeles sekalian belajar.
Aku pikir-pikir tak ada ide untuk membuat puisi. Sampai Lukman hampur selesai dengan tugas mencari artikelnya aku belum juga menemukan ide untuk membuat puisi. Setelah berpikir keras dan tanpa hasil, aku memutuskan untuk mencari puisi di HP ku. Mungkin ada beberapa kata-kata yang bisa aku sisipkan menjadi puisi. Akhirnya aku menemukan sebuah puisi yang bisa ku beri judul “Kenangan Indah Saat Bersamamu”. Ku ketik lalu aku print. Dan kuserahkan pada Vita. Vita membacanya lalu kulihat dia sedikit tersenyum kepadaku. Dan aku sangat senang dan bahagia melihat senyumnya.
Bersambung….

Sabtu, 01 Oktober 2016

Pangeran Unyeng-unyeng 3 “Poin Pertama”


            Namaku Hirman Setiawan. Bukan seorang priyayi bukan juga seorang musisi. Bukan juga saudagar kaya yang punya banyak lencana atau jendral muda yang punya banyak senjata. Hirman Setiawan hanyalah manusia biasa yang katanya punya seribu keunikan, keanehan, dan berbagai macam kejadian yang imposible. Bukan kejadian mistis, tapi kejadian miris dan ironis, bahkan terlihat sadis. Begitulah hidupku.
            Masuk SMP, aku begitu antusias menyambut suasana baru yang akan kurasakan di SMP. SMP N 1 Jetis. Salah satu SMP terfavorit di daerahku. Sebenarnya aku tidak berniat masuk SMP itu. Tapi, bapakku lah yang mendaftarkanku di situ, akupun tak bisa berbuat apa-apa. Sebenernya aku lebih ingin mengikuti teman-temanku yang sekolah di SMP lain. Setelah mendaftar aku menunggu satu minggu untuk menunggu pengumuman. Hari pengumuanpun tiba, hari itu aku justru pergi main PS (Play station) bersama kawanku. Bapakku sendiri yang melihat pengumuman itu. Aku tidak terlalu bersemangat, namun akan kecewa jugajika tidak masuk SMP itu. Setelah pulang dari main PS, aku dimarahi habis-habisan oleh bapakku. Untung katanya. Untung aku lolos seleksi masuk SMP itu. Jika tidak, katanya aku tidak dapat sekolah karena sekolah-sekolah sudah tutup pendaftarannya.
            Di SMP, aku hanya bersama satu orang dari tetanggaku namanya Rozi. Tapi aku lebih sering memanggilnya Rojek. Ada juga beberapa temanku yang akhirnya aku kenal namanya Nafif (kepet), Bachtiar (Tiar/Bahtor/Semok)”semok karena bokongnya (pantatnya) sangat besar dan sangat semok”. Ketika kelas satu kami sering berangkat bersama menggunakan kendaraan super ekslusif. Sepeda ontel. Ya, itulah satu-satunya kendaraan yang bisa kami tumpangi. Walaupun jarak yang kami tempuh cukup jauh sekitar 7 km, tapi semangat kami tidak pernah luntur. (Sebenarnya sih capek banget gaes).
            Pertemananku dengan mereka membuat diriku kembali ke masa lalu. Mitos unyeng-unyeng 3 kembali lagi. Aku menjadi siswa yang cukup terkenal nakal. Padahal, ketika kelas 1, aku takut untuk berbuat sesuatu, takut kenapa-kenapa. Namun, baru kelas satu aku sudah membuat kesalahan. Di sekolahku ini mewajibkan ketika sholat Juma’at wajib di masjid sekolah. Suatu ketika hari Jum’at, aku mendapat bujukan setan Bahtor untuk tidak sholat Jum’at di sekolah, melainkan di masjid luar sekolah, katanya selesainya lebih cepet dan deket warung makan jadi habis selesai sholat langsung makan. Dengan argument yang dilontarkan Bahtor aku pun menuruti saja bujukannya.
            Beberapat menit setelah sholat Jum’at selesai, aku menuju warung makan di deket masjid. 15 menit kami disana dan muncullah Astana (ketua osis). Aku mulai merasa gak enak. Wah kayaknya mau ketahuan nih gak Jum’atan di sekolah. Wah rupanya, dia tidak bertanya apapun, akupun melanjutkan makanku. Lalu tiba-tiba muncullah sifat Bahtor yang sok kenal. Dia menyapa Astana, dan mulailah perbincangan.
            “As, tumben makan disini ?” Tanya Bahtor sok kenal.
            “Kantin tutup.” Jawabnya cuek.
            “Habis ini ada latihan pramuka ya ?” Tanyanya lagi.
            “Iya, kaya biasa.”
            “Untung aku tadi gak sholat Jum’at di sekolah, jadi bisa istirahat duluan, kamu tadi sholat Jum’at dimana ?” Tanyanya lagi tanpa ada rasa aneh.
            Dheeegggg….. Jantungku mulai berdebar.
            “Ya di sekolah, kan wajib sholat Jum’at di sekolah, kamu emang sholat Jum’at dimana ?” Tanya Astana menginterogasi.
            “Hehehe, aku tadi sholat Jum’at di masjid itu.” Jawabnya sambil cengengesan.
            “Waaaaah…. Jelas nih, laporin ke pak Katono aja ih. (Guru paling killer yang ditakuti di semua kelas.)”
            “Yaelah cuma sekali aja As,” Bahtor mengeles.
            “Tetep aja, melanggar namanya, siapa nama kamu ? Oh, Bachtiar, sama siapa kamu ?” Tanyanya menyelidik, seketika dia melihatku.
            “Sama Hirman As.” Jawabnya santai.
            “Ehhh, nggak kamu aja yang sholat Jum’at disana jangan bawa-bawa aku.” Aku mengelak.
            “Oh, siapa nama kamu ? “ Sambil menengok melihat nama dadaku.
            Aku menutupi nama dadaku, tapi telat, dia telah menyadari namaku.
            “Oh, Hirman.”
            Beberapa kali Bahtor memelas meminta Astana supaya tidak melaporkan tindakannya itu ke Pak Katono. Tapi Astana telah bersikukuh untuk melaporkan masalah ini kepada Pak Katono. Bujukan gagal. Alhasil kami berdua pergi dari warung makan”Bu Jono” dengan wajah lesu, muram, dan kurang semangat. Berpikir apa yang akan kami hadapi nanti. Seorang monster berbentuk manusia yang berprofesi sebagai guru. Aaaahhhh. Begitu berat hari ini.
            Sebelum latihan pramuka dimulai, aku dan Bahtor di panggil menuju ruang BP. Pak Katono yang galaknya yang seremnya udah kaya monster sudah siap siaga berdiri di tempatnya. Lalu melontarkan pertanyaan kepada kami.
            “Kenapa kalian gak sholat Jum’a di sekolah.?” Tanyanya dengan cuek
            “Tidak apa-apa pak, pengen cepet selesai aja.” Jawab Bahtor ngeles.
            “Kalo mau cepet selesai, mending gak usah sholat, terus jadi cewek aja giamana ?” Nada bicaranya tidak terlalu tinggi dan cenderung mengece kami. Aku hanya diam, Bahtor pun juga diam. Lalu pak Katono pergi entah kemana tanpa berkata apa-apa. Apakah aku lolos ? Apakah memang ini hari kebeuntunganku ? aku sudah siap untuk bergembira. Mungkin nampaknya pak Katono lagi berbaik hati sehingga tidak memarahi kami. Namun, sebelum kami beranjak dari ruang BP, muncullah Pak Purnomo, guru Agama Islam betubuh tinggi besar tiba-tiba menghadang kami dan memberikan 2 pucuk lembaran kertas yang masing-masing diberikan kepada kami. Disitulah tertera poin pelanggaran yang kami langgar. Dan itulah koleksi poin pertama yang aku dapatkan pertama kali di SMP. Akankah bertambah dan semakin bertambah ? ataukah justru berkurang ? We will know after this.
            TO BE CONTINUE