Sabtu, 01 Oktober 2016

Pangeran Unyeng-unyeng 3 “Poin Pertama”


            Namaku Hirman Setiawan. Bukan seorang priyayi bukan juga seorang musisi. Bukan juga saudagar kaya yang punya banyak lencana atau jendral muda yang punya banyak senjata. Hirman Setiawan hanyalah manusia biasa yang katanya punya seribu keunikan, keanehan, dan berbagai macam kejadian yang imposible. Bukan kejadian mistis, tapi kejadian miris dan ironis, bahkan terlihat sadis. Begitulah hidupku.
            Masuk SMP, aku begitu antusias menyambut suasana baru yang akan kurasakan di SMP. SMP N 1 Jetis. Salah satu SMP terfavorit di daerahku. Sebenarnya aku tidak berniat masuk SMP itu. Tapi, bapakku lah yang mendaftarkanku di situ, akupun tak bisa berbuat apa-apa. Sebenernya aku lebih ingin mengikuti teman-temanku yang sekolah di SMP lain. Setelah mendaftar aku menunggu satu minggu untuk menunggu pengumuman. Hari pengumuanpun tiba, hari itu aku justru pergi main PS (Play station) bersama kawanku. Bapakku sendiri yang melihat pengumuman itu. Aku tidak terlalu bersemangat, namun akan kecewa jugajika tidak masuk SMP itu. Setelah pulang dari main PS, aku dimarahi habis-habisan oleh bapakku. Untung katanya. Untung aku lolos seleksi masuk SMP itu. Jika tidak, katanya aku tidak dapat sekolah karena sekolah-sekolah sudah tutup pendaftarannya.
            Di SMP, aku hanya bersama satu orang dari tetanggaku namanya Rozi. Tapi aku lebih sering memanggilnya Rojek. Ada juga beberapa temanku yang akhirnya aku kenal namanya Nafif (kepet), Bachtiar (Tiar/Bahtor/Semok)”semok karena bokongnya (pantatnya) sangat besar dan sangat semok”. Ketika kelas satu kami sering berangkat bersama menggunakan kendaraan super ekslusif. Sepeda ontel. Ya, itulah satu-satunya kendaraan yang bisa kami tumpangi. Walaupun jarak yang kami tempuh cukup jauh sekitar 7 km, tapi semangat kami tidak pernah luntur. (Sebenarnya sih capek banget gaes).
            Pertemananku dengan mereka membuat diriku kembali ke masa lalu. Mitos unyeng-unyeng 3 kembali lagi. Aku menjadi siswa yang cukup terkenal nakal. Padahal, ketika kelas 1, aku takut untuk berbuat sesuatu, takut kenapa-kenapa. Namun, baru kelas satu aku sudah membuat kesalahan. Di sekolahku ini mewajibkan ketika sholat Juma’at wajib di masjid sekolah. Suatu ketika hari Jum’at, aku mendapat bujukan setan Bahtor untuk tidak sholat Jum’at di sekolah, melainkan di masjid luar sekolah, katanya selesainya lebih cepet dan deket warung makan jadi habis selesai sholat langsung makan. Dengan argument yang dilontarkan Bahtor aku pun menuruti saja bujukannya.
            Beberapat menit setelah sholat Jum’at selesai, aku menuju warung makan di deket masjid. 15 menit kami disana dan muncullah Astana (ketua osis). Aku mulai merasa gak enak. Wah kayaknya mau ketahuan nih gak Jum’atan di sekolah. Wah rupanya, dia tidak bertanya apapun, akupun melanjutkan makanku. Lalu tiba-tiba muncullah sifat Bahtor yang sok kenal. Dia menyapa Astana, dan mulailah perbincangan.
            “As, tumben makan disini ?” Tanya Bahtor sok kenal.
            “Kantin tutup.” Jawabnya cuek.
            “Habis ini ada latihan pramuka ya ?” Tanyanya lagi.
            “Iya, kaya biasa.”
            “Untung aku tadi gak sholat Jum’at di sekolah, jadi bisa istirahat duluan, kamu tadi sholat Jum’at dimana ?” Tanyanya lagi tanpa ada rasa aneh.
            Dheeegggg….. Jantungku mulai berdebar.
            “Ya di sekolah, kan wajib sholat Jum’at di sekolah, kamu emang sholat Jum’at dimana ?” Tanya Astana menginterogasi.
            “Hehehe, aku tadi sholat Jum’at di masjid itu.” Jawabnya sambil cengengesan.
            “Waaaaah…. Jelas nih, laporin ke pak Katono aja ih. (Guru paling killer yang ditakuti di semua kelas.)”
            “Yaelah cuma sekali aja As,” Bahtor mengeles.
            “Tetep aja, melanggar namanya, siapa nama kamu ? Oh, Bachtiar, sama siapa kamu ?” Tanyanya menyelidik, seketika dia melihatku.
            “Sama Hirman As.” Jawabnya santai.
            “Ehhh, nggak kamu aja yang sholat Jum’at disana jangan bawa-bawa aku.” Aku mengelak.
            “Oh, siapa nama kamu ? “ Sambil menengok melihat nama dadaku.
            Aku menutupi nama dadaku, tapi telat, dia telah menyadari namaku.
            “Oh, Hirman.”
            Beberapa kali Bahtor memelas meminta Astana supaya tidak melaporkan tindakannya itu ke Pak Katono. Tapi Astana telah bersikukuh untuk melaporkan masalah ini kepada Pak Katono. Bujukan gagal. Alhasil kami berdua pergi dari warung makan”Bu Jono” dengan wajah lesu, muram, dan kurang semangat. Berpikir apa yang akan kami hadapi nanti. Seorang monster berbentuk manusia yang berprofesi sebagai guru. Aaaahhhh. Begitu berat hari ini.
            Sebelum latihan pramuka dimulai, aku dan Bahtor di panggil menuju ruang BP. Pak Katono yang galaknya yang seremnya udah kaya monster sudah siap siaga berdiri di tempatnya. Lalu melontarkan pertanyaan kepada kami.
            “Kenapa kalian gak sholat Jum’a di sekolah.?” Tanyanya dengan cuek
            “Tidak apa-apa pak, pengen cepet selesai aja.” Jawab Bahtor ngeles.
            “Kalo mau cepet selesai, mending gak usah sholat, terus jadi cewek aja giamana ?” Nada bicaranya tidak terlalu tinggi dan cenderung mengece kami. Aku hanya diam, Bahtor pun juga diam. Lalu pak Katono pergi entah kemana tanpa berkata apa-apa. Apakah aku lolos ? Apakah memang ini hari kebeuntunganku ? aku sudah siap untuk bergembira. Mungkin nampaknya pak Katono lagi berbaik hati sehingga tidak memarahi kami. Namun, sebelum kami beranjak dari ruang BP, muncullah Pak Purnomo, guru Agama Islam betubuh tinggi besar tiba-tiba menghadang kami dan memberikan 2 pucuk lembaran kertas yang masing-masing diberikan kepada kami. Disitulah tertera poin pelanggaran yang kami langgar. Dan itulah koleksi poin pertama yang aku dapatkan pertama kali di SMP. Akankah bertambah dan semakin bertambah ? ataukah justru berkurang ? We will know after this.
            TO BE CONTINUE

0 komentar: