Namaku
Hirman Setiawan. Bukan seorang priyayi bukan juga seorang musisi. Bukan juga
saudagar kaya yang punya banyak lencana atau jendral muda yang punya banyak
senjata. Hirman Setiawan hanyalah manusia biasa yang katanya punya seribu keunikan, keanehan, dan berbagai macam
kejadian yang imposible. Bukan
kejadian mistis, tapi kejadian miris dan ironis, bahkan terlihat sadis.
Begitulah hidupku.
Masuk
SMP, aku begitu antusias menyambut suasana baru yang akan kurasakan di SMP. SMP
N 1 Jetis. Salah satu SMP terfavorit di daerahku. Sebenarnya aku tidak berniat
masuk SMP itu. Tapi, bapakku lah yang mendaftarkanku di situ, akupun tak bisa
berbuat apa-apa. Sebenernya aku lebih ingin mengikuti teman-temanku yang
sekolah di SMP lain. Setelah mendaftar aku menunggu satu minggu untuk menunggu
pengumuman. Hari pengumuanpun tiba, hari itu aku justru pergi main PS (Play
station) bersama kawanku. Bapakku sendiri yang melihat pengumuman itu. Aku
tidak terlalu bersemangat, namun akan kecewa jugajika tidak masuk SMP itu.
Setelah pulang dari main PS, aku dimarahi habis-habisan oleh bapakku. Untung
katanya. Untung aku lolos seleksi masuk SMP itu. Jika tidak, katanya aku tidak
dapat sekolah karena sekolah-sekolah sudah tutup pendaftarannya.
Di
SMP, aku hanya bersama satu orang dari tetanggaku namanya Rozi. Tapi aku lebih
sering memanggilnya Rojek. Ada juga
beberapa temanku yang akhirnya aku kenal namanya Nafif (kepet), Bachtiar (Tiar/Bahtor/Semok)”semok
karena bokongnya (pantatnya) sangat besar dan sangat semok”. Ketika kelas
satu kami sering berangkat bersama menggunakan kendaraan super ekslusif. Sepeda
ontel. Ya, itulah satu-satunya kendaraan yang bisa kami tumpangi. Walaupun
jarak yang kami tempuh cukup jauh sekitar 7 km, tapi semangat kami tidak pernah
luntur. (Sebenarnya sih capek banget gaes).
Pertemananku
dengan mereka membuat diriku kembali ke masa lalu. Mitos unyeng-unyeng 3 kembali lagi. Aku menjadi siswa yang cukup terkenal
nakal. Padahal, ketika kelas 1, aku takut untuk berbuat sesuatu, takut
kenapa-kenapa. Namun, baru kelas satu aku sudah membuat kesalahan. Di sekolahku
ini mewajibkan ketika sholat Juma’at wajib di masjid sekolah. Suatu ketika hari
Jum’at, aku mendapat bujukan setan Bahtor
untuk tidak sholat Jum’at di sekolah, melainkan di masjid luar sekolah, katanya
selesainya lebih cepet dan deket warung makan jadi habis selesai sholat
langsung makan. Dengan argument yang dilontarkan Bahtor aku pun menuruti saja
bujukannya.
Beberapat
menit setelah sholat Jum’at selesai, aku menuju warung makan di deket masjid.
15 menit kami disana dan muncullah Astana (ketua osis). Aku mulai merasa gak
enak. Wah kayaknya mau ketahuan nih gak Jum’atan di sekolah. Wah rupanya, dia
tidak bertanya apapun, akupun melanjutkan makanku. Lalu tiba-tiba muncullah
sifat Bahtor yang sok kenal. Dia menyapa Astana, dan mulailah perbincangan.
“As,
tumben makan disini ?” Tanya Bahtor sok kenal.
“Kantin
tutup.” Jawabnya cuek.
“Habis
ini ada latihan pramuka ya ?” Tanyanya lagi.
“Iya,
kaya biasa.”
“Untung
aku tadi gak sholat Jum’at di sekolah, jadi bisa istirahat duluan, kamu tadi
sholat Jum’at dimana ?” Tanyanya lagi tanpa ada rasa aneh.
Dheeegggg…..
Jantungku mulai berdebar.
“Ya
di sekolah, kan wajib sholat Jum’at di sekolah, kamu emang sholat Jum’at dimana
?” Tanya Astana menginterogasi.
“Hehehe,
aku tadi sholat Jum’at di masjid itu.” Jawabnya sambil cengengesan.
“Waaaaah….
Jelas nih, laporin ke pak Katono aja ih. (Guru paling killer yang ditakuti di
semua kelas.)”
“Yaelah
cuma sekali aja As,” Bahtor mengeles.
“Tetep
aja, melanggar namanya, siapa nama kamu ? Oh, Bachtiar, sama siapa kamu ?”
Tanyanya menyelidik, seketika dia melihatku.
“Sama
Hirman As.” Jawabnya santai.
“Ehhh,
nggak kamu aja yang sholat Jum’at disana jangan bawa-bawa aku.” Aku mengelak.
“Oh,
siapa nama kamu ? “ Sambil menengok melihat nama dadaku.
Aku
menutupi nama dadaku, tapi telat, dia telah menyadari namaku.
“Oh,
Hirman.”
Beberapa
kali Bahtor memelas meminta Astana supaya tidak melaporkan tindakannya itu ke
Pak Katono. Tapi Astana telah bersikukuh untuk melaporkan masalah ini kepada
Pak Katono. Bujukan gagal. Alhasil kami berdua pergi dari warung makan”Bu Jono”
dengan wajah lesu, muram, dan kurang semangat. Berpikir apa yang akan kami
hadapi nanti. Seorang monster berbentuk manusia yang berprofesi sebagai guru.
Aaaahhhh. Begitu berat hari ini.
Sebelum
latihan pramuka dimulai, aku dan Bahtor di panggil menuju ruang BP. Pak Katono
yang galaknya yang seremnya udah kaya monster sudah siap siaga berdiri di
tempatnya. Lalu melontarkan pertanyaan kepada kami.
“Kenapa
kalian gak sholat Jum’a di sekolah.?” Tanyanya dengan cuek
“Tidak
apa-apa pak, pengen cepet selesai aja.” Jawab Bahtor ngeles.
“Kalo
mau cepet selesai, mending gak usah sholat, terus jadi cewek aja giamana ?”
Nada bicaranya tidak terlalu tinggi dan cenderung mengece kami. Aku hanya diam,
Bahtor pun juga diam. Lalu pak Katono pergi entah kemana tanpa berkata apa-apa.
Apakah aku lolos ? Apakah memang ini hari kebeuntunganku ? aku sudah siap untuk
bergembira. Mungkin nampaknya pak Katono lagi berbaik hati sehingga tidak
memarahi kami. Namun, sebelum kami beranjak dari ruang BP, muncullah Pak
Purnomo, guru Agama Islam betubuh tinggi besar tiba-tiba menghadang kami dan
memberikan 2 pucuk lembaran kertas yang masing-masing diberikan kepada kami.
Disitulah tertera poin pelanggaran yang kami langgar. Dan itulah koleksi poin
pertama yang aku dapatkan pertama kali di SMP. Akankah bertambah dan semakin
bertambah ? ataukah justru berkurang ? We
will know after this.
TO BE CONTINUE
0 komentar:
Posting Komentar