Senin, 11 Mei 2020

PANGERAN UNYENG UNYENG 3 FIGHTING

            Studio band yang hancur karena Rojek, munculnya Dwiky sebagai drummer handal membuatku tambah kacau. Kami masih ragu apabila kembali ke studio band yang dulu, kami juga gak mau latihan di studio band yang pelatihnya galak, disisi lain kami haru latihan band untuk mempersiapkan diri tampil di acara ulang tahun sekolah. Munculnya Dwiky menjadi angin segar bagi grup band kami, yang bisa saja merekrut dia sebagai pennggantiku, dan karena dia memiliki studio band sendiri di rumah, sehingga akan memberikan solusi terbaik untuk grupku, namun bukan untukku.

            Jika keputusan itu diambil oleh teman-temanku, maka pupus sudah impianku menjadi populer dan terkenal. Aku takkan bisa tampil di pentas ulang tahun sekolah. Aku juga tak mampu menunjukkan kepada Vita bahwa aku telah move on darinya.

            Disisi lain sudah ada pembicaraan antara Rojek dan Bahtor mengenai permasalahan ini. Dan mereka menjelaskannya padaku kala itu di sore hari pulang sekolah. Awalnya kita sama-sama diam, dan Bahtor memulai pembicaraan.

            “Mon, kita gak bisa begini terus” Katanya

            “Ya, aku tau Tor,” Jawabku

            “Lalu kita akan diam saja begini ?” Lanjut Rojek

            “Ya habis kita mau gimana lagi ?!” Jawabku tinggi

            “Kita rekrut Dwiky !” Sahut Bahtor

            “Lalu ?! Kamu seenaknya sendiri mau nendang aku keluar ?!” Aku

            “Mon ! Aku mau terkenal !! Mau di kenal disekolah !!” Bantah Rojek

            “Kamu rela ngorbanin aku ?!”

            …………………..

            “Kamu rela ?! ngorbanin persahabatan kita hanya demi kepopuleran ?” Tanyaku

            “Tunggu, kamu juga ingin populer kan ?” Tanya Bahtor padaku

            “Iya, itu tujuan awal kita !” Jawabku

            “Yasudah, sekarang, yang mungkin terjadi adalah aku dan Rojek yang bisa melakukannya, kamu harus mengalah Mon !” Lanjut Bahtor

            “Kalian yakin ? Ini adalah keputusan yang terbaik untuk grup kita ?” Tanyaku kepada mereka.

            Kami saling memandang, dan dari raut wajah mereka, aku mengerti apa yang mereka inginkan. Aku bukanlah solusi dari masalah ini. Dwiky lah solusinya.

            “Okelah kalo begitu yang kalian inginkan, semoga kalian mendapat apa yang kalian inginkan.” Lanjutku sembari meninggalkan mereka.

            Kegalauan karena dicampakkan oleh Vita belum 100% sembuh dan sekarang teman-temanku meninggalkanku untuk mencapai kepopuleran. Tanpa aku. Aku bersedih. 1 minggu, aku dan grupku tidak berkumpul, dan tanpa pembahasan sama sekali. Semuanya hambar. Nikmatnya dunia ini serasa sirna entah kemana.

            Kurasa hidupku tak ada gunanya lagi. Gagal dalam percintaan, gagal dalam meraih mimpi, dan gagal dalam persahabatan. Apalagi yang akan aku banggakan ? Apalagi yang aku tuju ? Hampa dan kosong. Aku kacau.

            Kulihat sore itu teman-temanku bersama Dwiky berlatih band. Asik. Sepertinya mereka menikmati semua itu tanpa aku. Ya, aku dilupakan begitu saja. Memangnya siapa aku ? Jika aku ada, mungkin akan menghambat mereka. Mungkin mereka gak sebahagia ini. Dan ini adalah jalanku. Sendiri tanpa sahabat dan cinta.

            Hari-hariku terasa hambar. Aku masih dalam keadaan kacau. Namun, disore pulang sekolah, tiba-tiba Rojek dan Bahtor tiba-tiba menghampiriku di samping gerbang sekolah.

            “Mon…..” Panggil Rojek

            ….. aku hanya diam tak menjawabnya. Kulihat Bahtor disamping Rojek.

            “Mon, aku pikir keputusan yang kemarin adalah kesalahan besar.” Bahtor melanjutkan

            “Kita tak bisa sendiri-sendiri. Kita adalah satu. Jika memang kamu pergi, kami juga akan ikut pergi. Jika diantara kami ingin menjadi populer, maka yang lainnya juga ikut. Sekarang aku sudah gak peduli mengenai populer itu apa. Aku tak peduli terkenal itu apa. Yang paling penting bagiku sekarang adalah memiliki sahabat seperti kalian. Maaf Mon, aku kemarin membuat kesalahan. Aku harap kamu bisa menerima kami lagi. Jika akhirnya memang kita tak bisa tampil di pentas ulang tahun sekolah, aku siap. Asalkan memiliki sahabat seperti kalian.” Kata Rojek.

            Aku terdiam. Tak kusangka 2 begundal itu mengatakan hal yang sangat menyentuh bagiku. Mataku sudah tak kuasa menahan 2 tetes air. Jatuhlah air itu ke pipiku. Langsung ku usap supaya mereka tidak melihatnya. Lalu aku tersenyum.

            “Jancuuuk emang koe Jek ! Hahaha !” Candaku

            “Asuuuuu !! Ra usah nangis koe cuk !” Jawab Bahtor

            “Sopo sing nangis ? Kelilipen iki cuk !” Sahutku

            “Matamu sipit ngono opo iso kelilipen ? Hahahaha” Tanggap Rojek

            Lalu kami tertawa bersama. Keadaan persahabatan kami kembali normal. Kami pulang bersama dengan mengayuh sepeda kami masing-masing. Sepanjang perjalanan kami bercanda ria. Seakan tidak ada masalah sebelumnya. Kami bebas, kami tanpa beban. Walaupun tantangan kedepan tetap ada. Kami harus siap dengan apa yang terjadi. Sahabat takkan pernah bisa dikorbankan walau dengan hal apapun, karena sahabat bukanlah aset bukan juga barang, tapi sahabat adalah jiwamu.

TO BE CONTINUED….


0 komentar: