SMP N 1 Jetis, sekolahku yang
kucinta, tapi hanya saat bahagia, selebihnya biasa saja. SMP yang terlalu
banyak mendulang prestasi dan ingin terus meningkatkan prestasinya hingga
murid-muridnya yang menjadi korban lantaran peraturan-peraturan yang terlalu
banyak untuk di taati. Peraturan-peraturan yang mengikat seperti ini tentunya
sangat mengganggu kebebasan murid-murid nakal sepertiku dan teman-temanku.
Namun, tidak nakal namanya kalau tidak berani menantang peraturan-peraturan
itu.
Kekhawatiran pada diriku sudah ada
sejak aku mendapatkan 3 poin pertamaku. Apakah aku akan menambah poin-poin
tersebut? atau akan menguranginya? (Kalo berkurang enggak deh kayaknya.
Hehehehe ). Saat itu aku iseng-iseng membuka laci meja guruku, dan kutemukan
secarik kertas berupa peraturan mengenai poin-poin pelanggaran. Dan tertera di
tulisan tersebut bahwa,
1.
Murid yang mendapatkan 10 poin
pelanggaran akan mendapatkan surat peringatan.
2.
Murid yang mendapatkan 20 poin
pelanggaran akan mendapatkan skorsing selama 2 minggu.
3.
Murid yang mendapatkan 30 poin
pelanggaran akan di kembalikan kepada orang tua / wali murid.
Aku berasa seperti senam jantung. Deg.
Deg. Deg…. Tinggal 7 poin lagi aku akan mendapatkan surat peringatan, padahal
aku baru saja masuk SMP, bagaimana kalau dikeluarkan? bingung rasanya hatiku.
Tapi setelah aku cermati lagi ternyata peraturan itu adalah peraturan lama
yaitu peraturan tahun lalu. Dan nampaknya peraturan tahun ini telah berganti.
Tapi jelasnya aku tidak tahu peraturan yang baru seperti apa.
SMP ku ini sangat terkenal. Terkenal
dengan berbagai macam aspek. Contohnya saja, SMP ku ini terkenal mahal. Ya,
jika dibandingkan dengan SMP lain SMP ku ini termasuk pada golongan mahal.
Bahkan suatu ketika sempat terjadi demo. Masyarakat sekitar SMP dan para wali
menuntut sekolah untuk lebih murah. Tetapi, justru sebaliknya. Setiap semester
biaya SPP semakin naik dengan kebijakan-kebijakan yang baru yang cenderung
kurang efektif. Misalnya saja dengan pemberian gallon disetiap kelas. Setiap
siswa wajib membayar uang tambahan Rp. 10.000,- setiap bulan. Padahal di tahun
tersebut harga 1 gallon Rp. 9.000,-. Dan itu diasumsikan bahwa setiap hari
ganti gallon, faktanya gallon baru diganti setelah 1-2 minggu. Bahkan ketika
habis pun terkadang belum juga diganti.
Selain itu SMP ku ini terkenal dengan
keketatannya dalam mengatur siswanya. Mereka menindak tegas siswa yang
melanggar peraturan baik sengaja maupun tidak disengaja. Aku mendengar ada
beberapa kakak kelas yang sudah terkena skorsing bahkan sudah ada yang
dilekuarkan. Bahkan ada beberapa siswa yang tidak kuat sekolah disini dan
akhirnya pindah ke sekolah lain.
Dibalik kekurangan-kekurangan yang
lainnya, SMP ku ini mempunyai prestasi yang cukup membanggakan. Pernah menembus
babak final OSN tingkat Nasional walaupun belum menjadi juara. Di setiap hari
senin ketika upacara, pasti ada saja pengumuman perlombaan yang dimenangkan
oleh siswa. Herannya, aku tidak pernah masuk daftar siswa yang berprestasi
menjuarai lomba.
Karena banyaknya prestasi tersebut, SMP ku
ini diberi label Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Karena label
tersebut, di SMP ku ini diwajibkan memakai bahasa Inggris di hari-hari
tertentu, biasanya kamis dan jum’at. Bahkan setiap minggu sekali kami harus
menemui wali kelas kami untuk menyetorkan vocab
yang telah di baca.
***
Hari itu adalah hari jum’at. Biasanya,
pada hari ini semua bapak/ibu guru mengadakan kegiatan olahraga pagi bersama,
sehingga jam masuk sekolah mundur menjadi pukul 07.30. Kebijakan ini membuat
murid-murid menjadi tidak takut terlambat apalagi murid yang rumahnya jauh
seperti aku dan teman-temanku. Apalagi kalau telat, ada hukuman tersendiri.
Yaitu mengelilingi lapangan upacara sebanyak 5 kali. Bayangkan saja lapangan
seluas itu dan harus mengelilingi sebanyak 5 kali ditambah malu dilihat semua
murid, karena posisi lapangan yang ada ditengah. Belum lagi poin yang di dapat.
Ribet sekali, padahal hanya telat.
Kala itu aku sudah bersiap pukul 06.30.
Walaupun ada jam longgar, tetapi aku tidak mau bersantai, karena aku belum
mengerjakan PR bahasa inggris. Biasanya, tidak terlalu lama aku menunggu, Rojek
datang menghampiriku, tapi kali ini tidak. 10 menit ku menunggu, belum terlihat
batang hidungnya. 15 menit aku menunggu, aku pikir akan naik motor kali ini.
Tepat pukul 07.00 Rojek datang dengan sepeda buntunya.
“Gilaaaa,, udah jam 7 Jek, kita bakal
telat!” Aku khawatir.
“Tenang aja Mon, hari ini kan kita masuk
siang “ Rojek berargumen.
“Ya kalo siang, kalo pagi? Mati kita.”
“Enggak kalo mati, paling ya disuruh
lari-larian.”
“Kampreeettt…. Yaudah ayo gas “
Dengan tenaga sepenuhnya aku mengayuh
sepeda ini dengan kekuatan penuh sambil berharap kami tidak terlambat. Kulihat
dijalanan sudah sepi tidak ada lagi siswa yang berangkat sekolah. Hanya ada aku
dan Rojek. Aku semakin khawatir. Tidak sampai 15 menit aku sudah mencapai
samping sekolahku. Ku lihat Supri (kakak kelasku) sudah melakukan olahraga.
“Mas, udah masuk to?” Tanyaku
“Udah… dari tadi!” Jawabnya sambil ngos-ngosan.
“Modyaaaarrrrr….. yaudah mas, duluan yaa!
“ Aku langsung menuju parkiran.
“Yooooiii !! “ Jawabnya
Perasaan takut, khawatir dan bingung
menyelimuti diriku.
“Gimana ini Jek ? “
“Yaudah, ayo kita ke ruang BP aja minta
blangko terlambat.”
Lalu aku menuju ke ruang BP. Kaget sekali
setiba di depan pintu, aku melihat ibu kepala sekolah.
“ Maaf bu, kami terlambat, kami tidak tahu
jadwal.” Kami beralasan.
“ Sspeak
English please” kata Ibu kepala sekolah.
Modyaaaaarrrrr……. Hari ini adalah English day. Semua warga sekolah harus
memakai bahasa inggris tanpa terkecuali, termasuk pak sam. Kamipun gelagapan.
“Mmmmm….. bahasa inggrisnya telat apa
mon?” Rojek berbisik.
“late
Jek “ aku membalasnya saat di depan Kepala sekolah.
“Late,
Mom. Sorry “ Jawab Rojek sekenanya.
“Why
you come late?” Beliau bertanya lagi
“Mmmmmm…..” Kami berdua geleng-geleng,
tidak tahu harus berbuat apa.
“O.k
no problem, come here ! please write your name and sign it ! “ Seru beliau.
Kami tidak mengerti apa yang dikatakan
Kepala sekolah, tapi kami mengikuti beliau menuju ruang BP.
“Come
on! “ Seru beliau lagi
“Bagaimana bu?” Jawabku yang tidak
mengerti sekali.
“Write
your name and sign it!” Beliau mengulanginya lagi dan memperagakan
bagaimana tanda tangan. Baru setelah itu kami paham.
“ O.k
, welldone. Go away and enter your class !”
Kami tidak mengerti apa kata beliau, tapi
kami langsung pergi meninggalkan ruang BP dengan membawa kertas blangko tanda
bahwa telah melanggar peraturan. Untung saja hari ini aku dan Rojek tidak
disuruh mengelilingi lapangan. Pasti bakal memalukan. Tapi tidak untung juga
karena harus berhadapan dengan kepala sekolah langsung dan memakai bahasa
inggris.
Ternyata, tidak sedikit yang terlambat
hari ini. Banyak murid dari kelas lain terlambat. Bahkan Mrs. Erita (guru bahasa
inggris) mengakatan kalau memang hari ini berbeda dari jadwal biasanya. Entah
kenapa hal teknis seperti bisa terjadi. Dan ini sangat merugikanku karena sudah
menambah poinku menjadi 7. Murid nakal seprti aku dan teman-temanku harus
ekstra waspada karena sudah termonitori oleh beberapa guru. Dan jika kami
melakukan sedikit kesalahan saja, bisa berabe urusannya. Dengan adanya kejadian
ini kami bisa mengambil kesimpulan, belajarlah bahasa inggris supaya tidak
gerogi jika ditanya kepala sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar