Sabtu, 01 Agustus 2020

Pangeran Unyeng-unyeng 3 Antara Salah dan Tidak Benar


            SMP N 1 Jetis, sekolahku yang kucinta, tapi hanya saat bahagia, selebihnya biasa saja. SMP yang terlalu banyak mendulang prestasi dan ingin terus meningkatkan prestasinya hingga murid-muridnya yang menjadi korban lantaran peraturan-peraturan yang terlalu banyak untuk di taati. Peraturan-peraturan yang mengikat seperti ini tentunya sangat mengganggu kebebasan murid-murid nakal sepertiku dan teman-temanku. Namun, tidak nakal namanya kalau tidak berani menantang peraturan-peraturan itu.
            Kekhawatiran pada diriku sudah ada sejak aku mendapatkan 3 poin pertamaku. Apakah aku akan menambah poin-poin tersebut? atau akan menguranginya? (Kalo berkurang enggak deh kayaknya. Hehehehe ). Saat itu aku iseng-iseng membuka laci meja guruku, dan kutemukan secarik kertas berupa peraturan mengenai poin-poin pelanggaran. Dan tertera di tulisan tersebut bahwa,
1.     Murid yang mendapatkan 10 poin pelanggaran akan mendapatkan surat peringatan.
2.     Murid yang mendapatkan 20 poin pelanggaran akan mendapatkan skorsing selama 2 minggu.
3.     Murid yang mendapatkan 30 poin pelanggaran akan di kembalikan kepada orang tua / wali murid.
Aku berasa seperti senam jantung. Deg. Deg. Deg…. Tinggal 7 poin lagi aku akan mendapatkan surat peringatan, padahal aku baru saja masuk SMP, bagaimana kalau dikeluarkan? bingung rasanya hatiku. Tapi setelah aku cermati lagi ternyata peraturan itu adalah peraturan lama yaitu peraturan tahun lalu. Dan nampaknya peraturan tahun ini telah berganti. Tapi jelasnya aku tidak tahu peraturan yang baru seperti apa.
SMP ku ini sangat terkenal. Terkenal dengan berbagai macam aspek. Contohnya saja, SMP ku ini terkenal mahal. Ya, jika dibandingkan dengan SMP lain SMP ku ini termasuk pada golongan mahal. Bahkan suatu ketika sempat terjadi demo. Masyarakat sekitar SMP dan para wali menuntut sekolah untuk lebih murah. Tetapi, justru sebaliknya. Setiap semester biaya SPP semakin naik dengan kebijakan-kebijakan yang baru yang cenderung kurang efektif. Misalnya saja dengan pemberian gallon disetiap kelas. Setiap siswa wajib membayar uang tambahan Rp. 10.000,- setiap bulan. Padahal di tahun tersebut harga 1 gallon Rp. 9.000,-. Dan itu diasumsikan bahwa setiap hari ganti gallon, faktanya gallon baru diganti setelah 1-2 minggu. Bahkan ketika habis pun terkadang belum juga diganti.
Selain itu SMP ku ini terkenal dengan keketatannya dalam mengatur siswanya. Mereka menindak tegas siswa yang melanggar peraturan baik sengaja maupun tidak disengaja. Aku mendengar ada beberapa kakak kelas yang sudah terkena skorsing bahkan sudah ada yang dilekuarkan. Bahkan ada beberapa siswa yang tidak kuat sekolah disini dan akhirnya pindah ke sekolah lain.
Dibalik kekurangan-kekurangan yang lainnya, SMP ku ini mempunyai prestasi yang cukup membanggakan. Pernah menembus babak final OSN tingkat Nasional walaupun belum menjadi juara. Di setiap hari senin ketika upacara, pasti ada saja pengumuman perlombaan yang dimenangkan oleh siswa. Herannya, aku tidak pernah masuk daftar siswa yang berprestasi menjuarai lomba.
Karena banyaknya prestasi tersebut, SMP ku ini diberi label Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Karena label tersebut, di SMP ku ini diwajibkan memakai bahasa Inggris di hari-hari tertentu, biasanya kamis dan jum’at. Bahkan setiap minggu sekali kami harus menemui wali kelas kami untuk menyetorkan vocab yang telah di baca.
***
Hari itu adalah hari jum’at. Biasanya, pada hari ini semua bapak/ibu guru mengadakan kegiatan olahraga pagi bersama, sehingga jam masuk sekolah mundur menjadi pukul 07.30. Kebijakan ini membuat murid-murid menjadi tidak takut terlambat apalagi murid yang rumahnya jauh seperti aku dan teman-temanku. Apalagi kalau telat, ada hukuman tersendiri. Yaitu mengelilingi lapangan upacara sebanyak 5 kali. Bayangkan saja lapangan seluas itu dan harus mengelilingi sebanyak 5 kali ditambah malu dilihat semua murid, karena posisi lapangan yang ada ditengah. Belum lagi poin yang di dapat. Ribet sekali, padahal hanya telat.
Kala itu aku sudah bersiap pukul 06.30. Walaupun ada jam longgar, tetapi aku tidak mau bersantai, karena aku belum mengerjakan PR bahasa inggris. Biasanya, tidak terlalu lama aku menunggu, Rojek datang menghampiriku, tapi kali ini tidak. 10 menit ku menunggu, belum terlihat batang hidungnya. 15 menit aku menunggu, aku pikir akan naik motor kali ini. Tepat pukul 07.00 Rojek datang dengan sepeda buntunya.
“Gilaaaa,, udah jam 7 Jek, kita bakal telat!” Aku khawatir.
“Tenang aja Mon, hari ini kan kita masuk siang “ Rojek berargumen.
“Ya kalo siang, kalo pagi? Mati kita.”
“Enggak kalo mati, paling ya disuruh lari-larian.”
“Kampreeettt…. Yaudah ayo gas “
Dengan tenaga sepenuhnya aku mengayuh sepeda ini dengan kekuatan penuh sambil berharap kami tidak terlambat. Kulihat dijalanan sudah sepi tidak ada lagi siswa yang berangkat sekolah. Hanya ada aku dan Rojek. Aku semakin khawatir. Tidak sampai 15 menit aku sudah mencapai samping sekolahku. Ku lihat Supri (kakak kelasku) sudah melakukan olahraga.
“Mas, udah masuk to?” Tanyaku
“Udah… dari tadi!” Jawabnya sambil ngos-ngosan.
“Modyaaaarrrrr….. yaudah mas, duluan yaa! “ Aku langsung menuju parkiran.
“Yooooiii !! “ Jawabnya
Perasaan takut, khawatir dan bingung menyelimuti diriku.
“Gimana ini Jek ? “
“Yaudah, ayo kita ke ruang BP aja minta blangko terlambat.”
Lalu aku menuju ke ruang BP. Kaget sekali setiba di depan pintu, aku melihat ibu kepala sekolah.
“ Maaf bu, kami terlambat, kami tidak tahu jadwal.” Kami beralasan.
“ Sspeak English please” kata Ibu kepala sekolah.
Modyaaaaarrrrr……. Hari ini adalah English day. Semua warga sekolah harus memakai bahasa inggris tanpa terkecuali, termasuk pak sam. Kamipun gelagapan.
“Mmmmm….. bahasa inggrisnya telat apa mon?” Rojek berbisik.
late Jek “ aku membalasnya saat di depan Kepala sekolah.
Late, Mom. Sorry “ Jawab Rojek sekenanya.
Why you come late?” Beliau bertanya lagi
“Mmmmmm…..” Kami berdua geleng-geleng, tidak tahu harus berbuat apa.
O.k no problem, come here ! please write your name and sign it ! “ Seru beliau.
Kami tidak mengerti apa yang dikatakan Kepala sekolah, tapi kami mengikuti beliau menuju ruang BP.
Come on! “ Seru beliau lagi
“Bagaimana bu?” Jawabku yang tidak mengerti sekali.
Write your name and sign it!” Beliau mengulanginya lagi dan memperagakan bagaimana tanda tangan. Baru setelah itu kami paham.
O.k , welldone. Go away and enter your class !”
Kami tidak mengerti apa kata beliau, tapi kami langsung pergi meninggalkan ruang BP dengan membawa kertas blangko tanda bahwa telah melanggar peraturan. Untung saja hari ini aku dan Rojek tidak disuruh mengelilingi lapangan. Pasti bakal memalukan. Tapi tidak untung juga karena harus berhadapan dengan kepala sekolah langsung dan memakai bahasa inggris.
Ternyata, tidak sedikit yang terlambat hari ini. Banyak murid dari kelas lain terlambat. Bahkan Mrs. Erita (guru bahasa inggris) mengakatan kalau memang hari ini berbeda dari jadwal biasanya. Entah kenapa hal teknis seperti bisa terjadi. Dan ini sangat merugikanku karena sudah menambah poinku menjadi 7. Murid nakal seprti aku dan teman-temanku harus ekstra waspada karena sudah termonitori oleh beberapa guru. Dan jika kami melakukan sedikit kesalahan saja, bisa berabe urusannya. Dengan adanya kejadian ini kami bisa mengambil kesimpulan, belajarlah bahasa inggris supaya tidak gerogi jika ditanya kepala sekolah.

0 komentar: