Kamis, 01 Desember 2016

Ketahui 11 tanda pasangan bukanlah jodoh anda


Jika saat ini Anda berada di dalam sebuah hubungan dan selalu bertanya-tanya apakah pasangan yang sekarang jodoh Anda atau bukan, mungkin beberapa tanda di bawah ini dapat membantu.
Awal hubungan memang selalu menjadi hal yang menyenangkan untuk dijalani, percakapan yang seru, menghabiskan waktu bersama, dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Namun, seiring berjalannya waktu, Anda bertanya pada diri sendiri apakah si dia jodoh, terutama jika hubungan telah berlangsung lama.
Dilansir dari bustle.com, Rabu (30/11/2016), berikut ini adalah beberapa tanda yang dapat membantu Ana menunjukkan bahwa pasangan sekarang bukanlah jodoh Anda.
1. Ia tidak dapat membaca pikiran Anda
Sebenarnya membaca pikiran orang lain hampir tidak mungkin dan tidak pernah terjadi di dunia nyata. Namun, menurut beberapa artikel, ketika bertemu jodoh, Anda akan langsung mengetahuinya begitu saja, dan rasanya seperti keajaiban. Ketika Anda dan pasangan selalu berbeda pendapat, berusaha menyatukannya, namun tidak pernah berhasil, ini bisa menjadi tanda kalian tidak ditakdirkan bersama.
2. Tidak ada chemistry
Tentu saja, untuk mengetahui apakah pasangan adalah
 jodoh Anda, harus ada semacamchemistry yang dirasakan. Apakah Anda masih menikmati masa-masa bersamanya? Atau bahkan ciuman dengannya terasa hambar? Anda sendiri yang bisa memutuskan.
3. Ia tidak pernah memuji Anda
Seorang pasangan seharusnya membuat Anda merasa luar biasa tentang diri sendiri dan melakukannya sesering mungkin. Jika Anda menemukan hal sebaliknya, pasangan yang tidak pernah memuji atau bahkan membuat Anda merasa sedih setiap saat, Anda tahu hubungan tersebut akan berakhir seperti apa.
4. Anda terus menerus merasa disalahkan
Bahkan di hari-hari yang baik, Anda merasa takut, entah takut mengungkapkan selera, karena berbeda. Jodoh seharusnya membiarkan Anda menjadi diri sendiri versi terbaik, tanpa menghakimi.
5. Ia sering melupakan Anda
Jodoh seharusnya sangat terobsesi dengan keberadaan Anda, ingin terus menerus melihat, dan mendengar Anda. Namun, jika yang terjadi adalah sebaliknya, ia sering melupakan ketika Anda tidak berada di sekitarnya, ia mungkin memang bukanlah jodoh Anda.
6. Anda terus mengetik ulang pesan untuknya
Ketika berkomunikasi dengannya, Anda merasa harus terus menerus memeriksa apakah ada kesalahan atau tidak. Ini jelas menunjukkan Anda tidak merasa nyaman dan tentu saja tidak ingin merasakannya seumur hidup, bukan?
7. Anda harus terus menerus membenarkan perbuatannya
Ketika pasangan melakukan kesalahan, Anda memiliki keharusan untuk menjelaskan kepada semua orang bahwa bukan itu yang dimaksudnya, atau bahwa ia sebenarnya adalah pribadi yang baik. Ia melakukannya secara sadar dan semua orang bisa menilainya sendiri.
8. Ia tidak berusaha untuk Anda
Tidak ada sebuah hubungan yang mudah untuk dijalani, semua memiliki kesulitannya masing-masing. Yang menjadi fokus adalah berapa besar usaha Anda untuk mempertahankan hubungan tersebut.
Jika merasa hanya Anda yang berjuang, sedangkan ia pergi sesuka hati, akhiri hubungan tersebut. Anda pantas mendapatkan sesuatu yang lebih baik untuk dijalani.
9. Ia tidak tertarik dengan Anda
Ini mungkin terdengar klise, namun pasangan seharusnya akan selalu bersemangat ketika melihat Anda di mana pun.
10. Ia tidak tertarik dengan masa depan bersama Anda
Ya, ia selalu ragu-ragu ketika pembicaraan mengarah pada masa depan, seperti pernikahan. Jodoh seharusnya sangat bersemangat ketika membicarakannya dengan Anda.
11. Anda tidak merasa aman
Perasaan aman mungkin menjadi takaran hubungan tersebut bahagia atau tidak. Jika selalu merasa khawatir dan gelisah, Anda tahu sedang berada di dalam hubungan yang tidak tepat.

Jumat, 14 Oktober 2016

Pangeran Unyeng-unyeng 3 "Misteri Vita (part 1)"

Aku Sebastian Offi. Seorang yang biasa yang bisa punya rasa suka dan juga bisa jatuh cinta. Aku manusia yang normal yang suka kepada wanita bukan kepada pria. Aku juga seorang yang manusia yang bisa kecewa bila cintanya diacuhkan begitu saja. Namun, bukan Offi namanya jika berlarut-larut kecewa hanya gara-gara cinta.
            Kala itu, aku baru saja diterima di SMP. Eh, bukan SMP tapi junior high school 1jetis. Ya, SMP yang gak mau dipanggil SMP. Mentang-mentang bertaraf internasional maunya pakai bahasa Inggris terus. Eh, bukan bertaraf internasional tapi baru “Rintisan”. Padahal kita sebagai warga Indonesia patut menghargai bahasa yang kita miliki sendiri. Memang bahasa Inggris itu penting, tapi bukankah lebih penting bahasa milik sendiri ? Bagaimana jika kita suatu saat ditanya tentang bahasa Indonesia dan kita tidak tau apa-apa tentang bahasa Indonesia ? Memalukan sekali. Para pejuang sumpah pemuda bela-belain untuk memakai bahasa kebangsaan bahasa Indonesia, kita tinggal memakai saja, masih banyak yang mengeluh.
(kembali ke cerita)
            Begitu bangganya orang tuaku ketika aku masuk SMP ini. Walaupun hanya masuk di kelas regular (kelas biasa bukan kelas internasional). Ketika itu aku memasuki MOS (Masa Orientasi Siswa) di hari pertama, terjadi pembagian kelompok, dan aku berada pada kelompok yang tidak ada teman-temanku sebelumnya seperti Kepet, Rojek, Bahtor, ataupun yang lainnya. Lalu aku berkenalan dengan seorang yang bernama Fajar Timur Jaelani. Dia dari kelas bilingual (Kelas Internasional). Lalu aku juga mengenal Fandi, dan Abin, mereka semua dari kelas bilingual. Aku merasa agak minder bergaul dengan mereka karena aku dari kelas biasa.
            Di hari pertama itu terjadi pemilihan ketua kelompok. Tapi, tak ada yang mau menjadi ketua kelompok. Lalu salah satu dari kakak kelas menunjuk salah seorang cewek namanya Novia. Tapi, ketika disuruh maju dia tidak bisa berkata apa-apa lalu turunlah lagi dia. Kemudian kakak kelas kemudian memutuskan untuk menanyakan apakah ada yang pernah menjadi ketua kelas di SD dulu. Lalu, aku pun kaget. Aku tidak mau menjadi ketua lagi, capek dan begitu tidak asik harus berurusan dengan kakak kelas yang jutek itu. Alhasil, aku tidak mengacungkan tanganku, walaupun aku tau aku berbohong, tapi memang aku benar-benar tidak mau menjadi ketua kelas lagi. Lalu, kulihat hanya 2 orang yang mengacungkan tangan yaitu Fajar, dan Vita. Kemudian mereka maju, dan sedikit memberikan kata-kata. Dan dipilihlah Vita sebagai seorang ketua. Walaupun dia cewek dia cukup tegas dan berani. (tidak sepertiku wkwk). Semenjak itu, aku memperhatikan dia, mungkinkah dia berasal dari kelas bilingual atau kelas regular. Hari demi hari akhirnya MOS pun usai dan ditutup dengan pentas seni dari setiap kelompok MOS.
            Di hari penutupan MOS, diumumkan anggota kelas. Aku masuk kelas 7C, aku satu kelas bersama Bahtor dan juga Lukman. Lalu Kepet berada di kelas 7E, dan Rojek di kelas 7D bersama Robi (Kuntet). Aku merasa senang karena aku mempunyai teman yang sudah ku kenal dan rumahnya tidak jauh dari rumahku.
            Di hari pertama masuk SMP, aku mulai mengenal beberapa teman. Ada Wiyan, Rizwaan (Wanabud), Hafizh, Dwiky, Tutut, dan yang aku kaget aku satu kelas dengan Vita. Aku merasa senang sekali ketika tau dia satu kelas dengan aku. Perbincangan-perbincangan mulai ada diantara kami. Dan kami mulai mengenal satu sama lain sampai akhirnya aku dapat nomor HPnya. Tapi, apa daya aku tidak ada nyali untuk sms dia duluan. Hari demi hari aku memutuskan untuk me sms dia. Tapi rasa takut, was-was, dan gelisah muncul di diriku.
            “Vit, kamu ke sekolah apa nggak sore nanti ? Offi Bls.” Begitu sms ku.
            “Ya, semua harus dtg, soalnya kita harus buat majalah dinding.” Balasnya
            Begitu senang hatiku begitu melihat balasan smsnya. Lalu aku cepat-cepat membalasnya.
            “O.k Vit, kamu berangkat jam brp?”
            “Sending Failed……”
“Sending Failed……”
“Sending Failed……”
“Sending Failed……”
4 kali aku mengirim sms ke Vita namun tidak bisa terkirim. Sinyalnya bagus apa yang salah ?? Lalu aku coba cek pulsa. Dan ternyata pulsaku habis. Pusing bukan main ketika itu. Yang sebelumnya merasa bahagia karena smsnya dib alas, kemudian berubah seketika ketika melihat pulsa habis. Lalu aku bergegas melihat dompet dan alamaaaak, hanya ada sarang laba-laba, tak ada seekor uang pun disana. Akhinya aku menggalau ria tidak dapat membalas smsnya Vita.
Jam 16.00, aku berangkat menuju sekolah. Sesampainya disana aku melihat teman-teman sudah ramai. Lalu langsung saja aku ikut berkerumun disana. Mereka sibuk mendesain majalah dinding yang akan dipasang. Kulihat Vita ikut mendesain majalah dinding itu.
“Desain udah mantap nih, tingal ngisi tulisan-tulisan.” Kata Hafizh (Ketua kelas)
“Mau di kasih tulisan apa aja ya ?” Dwiky (Wakil ketua kelas)
“Di kasih artikel-artikel gitu aja” Wiyan (Bendahara kelas)
“Boleh tuh boleh.” Offi (Bukan siapa-siapa hanya mencari muka kepada Vita)
“Gimana kalo dikasih puisi ? “ Vita member usul.
“Boleh juga tuh, aku aja yang buat vit, aku bisa bikin puisi kok.” Aku menawarkan diri.
“Oke man, kalo gitu sekalian diketik dan di print ya.” Sahutnya.
Modyaaaarrrr. Aku gak bisa bikin puisi dan aku gak bisa ngeprint, mau ngeprint dimana, dan begitu bodohnya aku, aku tidak bisa mengetik bahkan belum pernah megang computer. Mau mengeles, tapi udah terlanjur menawarkan diri, begitu malunya aku jika merak tau. Yang niatnya pengen cari muka di depan Vita supaya dia terkesan, malah berantakan jika Vita tau yang sebenernya. Lalu muncullah Lukman sebagai penolong. Aku ajak dia untuk mengetik di computer, adan ngeprint di warnet terdekat. Maklum jaman dulu computer masih jarang dan tempat ngeprint hanya satu-dua yang ada. Kemudian aku menemukan sebuah warnet yang lengkap dengan tempat print. Aku masuk disana minta tolong Lukman mengajariku mengetik. Untung dia dapat tugas mencari artikel jadi aku bisa sekalian ngeles sekalian belajar.
Aku pikir-pikir tak ada ide untuk membuat puisi. Sampai Lukman hampur selesai dengan tugas mencari artikelnya aku belum juga menemukan ide untuk membuat puisi. Setelah berpikir keras dan tanpa hasil, aku memutuskan untuk mencari puisi di HP ku. Mungkin ada beberapa kata-kata yang bisa aku sisipkan menjadi puisi. Akhirnya aku menemukan sebuah puisi yang bisa ku beri judul “Kenangan Indah Saat Bersamamu”. Ku ketik lalu aku print. Dan kuserahkan pada Vita. Vita membacanya lalu kulihat dia sedikit tersenyum kepadaku. Dan aku sangat senang dan bahagia melihat senyumnya.
Bersambung….

Sabtu, 01 Oktober 2016

Pangeran Unyeng-unyeng 3 “Poin Pertama”


            Namaku Hirman Setiawan. Bukan seorang priyayi bukan juga seorang musisi. Bukan juga saudagar kaya yang punya banyak lencana atau jendral muda yang punya banyak senjata. Hirman Setiawan hanyalah manusia biasa yang katanya punya seribu keunikan, keanehan, dan berbagai macam kejadian yang imposible. Bukan kejadian mistis, tapi kejadian miris dan ironis, bahkan terlihat sadis. Begitulah hidupku.
            Masuk SMP, aku begitu antusias menyambut suasana baru yang akan kurasakan di SMP. SMP N 1 Jetis. Salah satu SMP terfavorit di daerahku. Sebenarnya aku tidak berniat masuk SMP itu. Tapi, bapakku lah yang mendaftarkanku di situ, akupun tak bisa berbuat apa-apa. Sebenernya aku lebih ingin mengikuti teman-temanku yang sekolah di SMP lain. Setelah mendaftar aku menunggu satu minggu untuk menunggu pengumuman. Hari pengumuanpun tiba, hari itu aku justru pergi main PS (Play station) bersama kawanku. Bapakku sendiri yang melihat pengumuman itu. Aku tidak terlalu bersemangat, namun akan kecewa jugajika tidak masuk SMP itu. Setelah pulang dari main PS, aku dimarahi habis-habisan oleh bapakku. Untung katanya. Untung aku lolos seleksi masuk SMP itu. Jika tidak, katanya aku tidak dapat sekolah karena sekolah-sekolah sudah tutup pendaftarannya.
            Di SMP, aku hanya bersama satu orang dari tetanggaku namanya Rozi. Tapi aku lebih sering memanggilnya Rojek. Ada juga beberapa temanku yang akhirnya aku kenal namanya Nafif (kepet), Bachtiar (Tiar/Bahtor/Semok)”semok karena bokongnya (pantatnya) sangat besar dan sangat semok”. Ketika kelas satu kami sering berangkat bersama menggunakan kendaraan super ekslusif. Sepeda ontel. Ya, itulah satu-satunya kendaraan yang bisa kami tumpangi. Walaupun jarak yang kami tempuh cukup jauh sekitar 7 km, tapi semangat kami tidak pernah luntur. (Sebenarnya sih capek banget gaes).
            Pertemananku dengan mereka membuat diriku kembali ke masa lalu. Mitos unyeng-unyeng 3 kembali lagi. Aku menjadi siswa yang cukup terkenal nakal. Padahal, ketika kelas 1, aku takut untuk berbuat sesuatu, takut kenapa-kenapa. Namun, baru kelas satu aku sudah membuat kesalahan. Di sekolahku ini mewajibkan ketika sholat Juma’at wajib di masjid sekolah. Suatu ketika hari Jum’at, aku mendapat bujukan setan Bahtor untuk tidak sholat Jum’at di sekolah, melainkan di masjid luar sekolah, katanya selesainya lebih cepet dan deket warung makan jadi habis selesai sholat langsung makan. Dengan argument yang dilontarkan Bahtor aku pun menuruti saja bujukannya.
            Beberapat menit setelah sholat Jum’at selesai, aku menuju warung makan di deket masjid. 15 menit kami disana dan muncullah Astana (ketua osis). Aku mulai merasa gak enak. Wah kayaknya mau ketahuan nih gak Jum’atan di sekolah. Wah rupanya, dia tidak bertanya apapun, akupun melanjutkan makanku. Lalu tiba-tiba muncullah sifat Bahtor yang sok kenal. Dia menyapa Astana, dan mulailah perbincangan.
            “As, tumben makan disini ?” Tanya Bahtor sok kenal.
            “Kantin tutup.” Jawabnya cuek.
            “Habis ini ada latihan pramuka ya ?” Tanyanya lagi.
            “Iya, kaya biasa.”
            “Untung aku tadi gak sholat Jum’at di sekolah, jadi bisa istirahat duluan, kamu tadi sholat Jum’at dimana ?” Tanyanya lagi tanpa ada rasa aneh.
            Dheeegggg….. Jantungku mulai berdebar.
            “Ya di sekolah, kan wajib sholat Jum’at di sekolah, kamu emang sholat Jum’at dimana ?” Tanya Astana menginterogasi.
            “Hehehe, aku tadi sholat Jum’at di masjid itu.” Jawabnya sambil cengengesan.
            “Waaaaah…. Jelas nih, laporin ke pak Katono aja ih. (Guru paling killer yang ditakuti di semua kelas.)”
            “Yaelah cuma sekali aja As,” Bahtor mengeles.
            “Tetep aja, melanggar namanya, siapa nama kamu ? Oh, Bachtiar, sama siapa kamu ?” Tanyanya menyelidik, seketika dia melihatku.
            “Sama Hirman As.” Jawabnya santai.
            “Ehhh, nggak kamu aja yang sholat Jum’at disana jangan bawa-bawa aku.” Aku mengelak.
            “Oh, siapa nama kamu ? “ Sambil menengok melihat nama dadaku.
            Aku menutupi nama dadaku, tapi telat, dia telah menyadari namaku.
            “Oh, Hirman.”
            Beberapa kali Bahtor memelas meminta Astana supaya tidak melaporkan tindakannya itu ke Pak Katono. Tapi Astana telah bersikukuh untuk melaporkan masalah ini kepada Pak Katono. Bujukan gagal. Alhasil kami berdua pergi dari warung makan”Bu Jono” dengan wajah lesu, muram, dan kurang semangat. Berpikir apa yang akan kami hadapi nanti. Seorang monster berbentuk manusia yang berprofesi sebagai guru. Aaaahhhh. Begitu berat hari ini.
            Sebelum latihan pramuka dimulai, aku dan Bahtor di panggil menuju ruang BP. Pak Katono yang galaknya yang seremnya udah kaya monster sudah siap siaga berdiri di tempatnya. Lalu melontarkan pertanyaan kepada kami.
            “Kenapa kalian gak sholat Jum’a di sekolah.?” Tanyanya dengan cuek
            “Tidak apa-apa pak, pengen cepet selesai aja.” Jawab Bahtor ngeles.
            “Kalo mau cepet selesai, mending gak usah sholat, terus jadi cewek aja giamana ?” Nada bicaranya tidak terlalu tinggi dan cenderung mengece kami. Aku hanya diam, Bahtor pun juga diam. Lalu pak Katono pergi entah kemana tanpa berkata apa-apa. Apakah aku lolos ? Apakah memang ini hari kebeuntunganku ? aku sudah siap untuk bergembira. Mungkin nampaknya pak Katono lagi berbaik hati sehingga tidak memarahi kami. Namun, sebelum kami beranjak dari ruang BP, muncullah Pak Purnomo, guru Agama Islam betubuh tinggi besar tiba-tiba menghadang kami dan memberikan 2 pucuk lembaran kertas yang masing-masing diberikan kepada kami. Disitulah tertera poin pelanggaran yang kami langgar. Dan itulah koleksi poin pertama yang aku dapatkan pertama kali di SMP. Akankah bertambah dan semakin bertambah ? ataukah justru berkurang ? We will know after this.
            TO BE CONTINUE

Minggu, 25 September 2016

PANGERAN UNYENG-UNYENG 3 PART 1


Namaku Hirman Setiawan. Orang bilang, di dalam diriku terdapat seribu keunikan yang membuatku berbeda. Entah apa keunikan tersebut aku juga kurang tahu. Tapi keunikan tersebut lebih mengarah ke aneh kata banyak orang. Tapi, ketika mereka ngomong kaya gitu, langsung aja aku balas “Aku itu beda”. So, itu lah pembelaanku terhadap bully an temen-temen yang kadang kurang ajar itu mulutnya.
            Entah apa dasar mereka mengatakan aku aneh. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, kuliah atau pergi entah kemana, aku selalu bercermin dulu deh, dan perasaanku biasa saja, gak ada yang aneh pada diriku. Atau memang hanya perasaanku saja ? Atau ada cabe yang nempel di gigiku ? Ah, masa tiap hari ada cabe nempel di gigi?
            Sebenernya aku sendiri juga merasa aneh pada diriku sendiri. (Yah akhirnya mengakui dirinya sendiri aneh) Bukan begitu sih, lebih tepatnya, aku merasa sejak kecil bahwa aku itu adalah seorang pemeran utama disetiap laga. Ciiiyyyeee PD banget. Ya, memang kenyataannya aku selalu berpikir demikian, entah apakah orang lain juga berpikir bahwa dia adalah pemeran utama juga atau hanya aku saja? Belum pernah aku bertanya pada orang lain. Tapi, faktanya aku adalah orang yang pemalu, jadi kalo dibilang PD (percaya diri) menurutku sangat jauh dari PD. Kata temen-temen aku kurang confident.
            Entah darimana aku berpikir bahwa aku adalah pemeran utama. Mungkin karena pengaruh lingkungan sejak kecil sehingga membuatku seperti ini. Ya, kalau dikata aku memiliki seribu keunikan, bolehlah boleh, tapi kalo keanehan janganlah.
            Sejak kecil, bahkan sejak lahir aku memiliki keunikan yang luar biasa. Keunikan apa saja ya? Yang pertama, aku lahir memiliki 3 unyeng-unyeng (pusaran yang ada di rambut). Kata orang, kalo anak punya 3 unyeng-unyeng  anak itu bakal nakal. Lebih anehnya lagi, unyeng-unyengku yang satu berada di depan. Aku juga heran kenapa ada unyeng-unyeng  disitu. Mungkin ini gara-gara karma dari bapakku. Dulu, ketika aku masih di kandungan ibuku, bapakku datang menjenguk temannya yang melahirkan, dilihatnya bayinya itu, nah bayi itu punya unyeng-unyeng yang berada di depan. Lalu bapakku bilang “Wah gantengnya anak ini punya unyeng-unyeng di depan hehehe.” Katanya dengan bercanda. Eh, ternyata karma pun tiba menimpa anaknya sendiri. Alhasil akupun jadi korban. Punya unyeng-unyeng 3 dan satu berada di depan pula.
            Kata orang-orang di desaku, anak yang punya unyeng-unyeng 3 itu bakal jadi anak nakal. Dan mitos itupun terjadi. Semenjak aku lahir, orang tuaku bukannya senang justru dibuat kebingungan gara-gara aku. Ya, sejak aku dilahirkan aku menangis tiada henti setiap malam selama satu minggu. Entah aku tidak tau kebenaran itu. Yang jelas, tetanggaku, kakekku, dan orang tuaku selalu bercerita seperti itu. Setelah aku memasuki masa balita, mitos itu tetap menghantuiku, aku menjadi anak yang nakal. Kalo aku minta sesuatu, apapun itu harus dituruti, jika tidak aku akan mengamuk, dan menangis tiada henti. Hingga barang-barang yang berada di toko ibukku aku hancurkan gara-gara permintaanku tak diturutin. Masa balita yang hebat dalam diriku yang membuat satu desa tak ada yang tak kenal diriku. Semua orang tau dan kenal dengan kenakalanku, dan aku mejadi topic perbincangan ibu-ibu setiap pagi.
            Kenakalan dan mitos unyeng-unyeng 3 menjadi keunikanku semasa balita. Kemudian semasa TK, keunikan kembali muncul pada diriku dan keunikan ini menjadi keunikanku sepanjang masa. Ya, aku masuk TK, suatu ketika aku naik kelas dan tinggal menunggu setahun lagi, aku akan lulus TK dan masuk SD. Namun, besoknya setelah aku dinaikkan kelas, tiba-tiba aku di turunkan kelas lagi. Waktu itu aku tidak mengerti apa-apa dan menjalani saja. Mungkin para pembaca, aku agak bodoh hingga aku diturunkan lagi, namun jangan salah. Ibuku lah yang menyuruh ibu guru menurunkan kelas, bukan karena aku terlalu bodoh atau bagaimana. Tetapi kejadian ini karena pengalaman orang tuaku yang menyekolahkan kakakku terlalu muda yang membuat dia kurang efisien. Alhasil akibat dari kejadian itu aku menjadi murid yang paling tua sejak TK, SD, SMP, SMA, bahkan kuliah. Aku menjadi orang yang paling tua diantara teman-temanku.
            Oh ya, kembali lagi, kenapa sih aku selalu berpikir bahwa aku adalah pemeran utama? Lingkunganlah yang bertanggungjawab atas ini semua. Karena aku adalah orang yang paling tua diantara teman-temanku, aku menjadi agak berani. Semasa TK, hampir setiap minggu aku membuat temanku menangis. Mengerjainya, membuat keributan di sekolah, membuat orang tuaku bingung, bahkan aku pernah menandatangani buku raport yang seharusnya ditandatangani oleh orang tuaku. Selain itu, aku selalu menjadi ketua kelas di setiap semester di sekolah. Teman-temanku selalu menunjukku menjadi ketua kelas, katanya aku yang paling tua dan selalu dapat rangking. (tanda bahwa aku gak bodoh banget wkwkwk). Gara-gara itu, aku merasa diriku selalu menjadi peran utama di dalam kehidupan ini.
            Ketika aku masuk SD, aku tidak nakal karena aku berada dalam satu sekolah bersama bapakku. Bapakku adalah seorang guru SD. Aku takut jika aku membuat onar, akan mempermalukan bapakku dan takut juga dihukum bapakku disekolah. Akhirnya masa SD terlewati dengan tidak teralu nakal. Kemudian aku masuk SMP, dan disinilah puncak kenakalan dan keunikan terjadi.
            TO BE CONTINUE….

Kamis, 22 September 2016

Sebuah Nama Sebuah Cerita


Halooo ! kenalin nama gue Hirman Setiawan. Eh ralat, namaku Hirman Setiawan. Ya sebenarnya aku gak terlalu suka sama logat loe gue, itu bukan karena gak ada alasan. Alasan pertama sudah jelas lah ya, aku bukan orang Jakarta atau betawi wkwk. Alasan yang kedua, lidahku terasa aneh aja kalo ngucapin loe gue. So, mending pake aku kamu aja ya, biar lebih nasionalis gitu hehe.
            Udah tau kan siapa nama ku, jadi nanti pas dicerita gak perlu tanya-tanya siapa aku. Okey. Sebenarnya namaku itu gak seperti biasanya. Maksudnya gimana tuh gak kaya biasanya ? Spesial ? Istimewa ? Aku rasa nggak deh. Jadi begini, dulu ketika aku lahir, bapakku memberiku nama Herman Setiawan bukan Hirman Setiawan. Tapi entah kenapa di akta kelahiranku tertulis Hirman Setiawan. Lalu, sebenarnya namaku itu pemberian siapa ya ? Bapakku ? atau malah tukang ketik akta kelahiran ? Hal it uterus berputar di otakku sampai sekarang. Gak penting amat wkwkwk.
            Namun, dengan salah ketik nama itu, membuat hidupku menjadi agak sulit. Orang tua ku bersikeras manggil namaku Herman bukan Hirman, alhasil akupun menganggap namaku Herman bukan Hirman. Hal it uterus berlanjut sampai aku kelas 6 SD. Hingga pada akhirnya bapakku sadar, di akta kelahiranku bernama Hirman. Akupun jadi sedikit susah, untuk ujian nasional nama yang terlulis harus sama dengan akta kelahiran jika tidak, maka nilai tidak akan keluar yang artinya tidak lulus. Ya masa ? aku gak lulus SD Cuma gara-gara salah nulis nama ? kan gak lucu juga ? Akhirnya dengan susah payah, akupun berusaha keras supaya aku membiasakan diriku menulis nama Hirman bukan Herman.
            Ujian nasionalpun dimulai dan aku sukses menuliskan namaku Hirman Setiawan bukan Herman Setiawan. Walaupun orang sekitar rumahku dan sekeluargaku masih memanggilku dengan Herman.  Aku berhasil lulus ujian nasional SD tanpa salah nama, itu adalah suatu kebanggaan tersendiri yang pernah kurasakan.
            Perihal nama, tidak begitu saja lepas dari diriku. Masalah nama ini terus saja berlanjut hingga dewasa. Beberapa aku lalui dengan baik, tapi beberapa justru menimbulkan polemic yang mendalam. Seperti halnya namaku yang berubah dari ibu kantin smp ku. Saat itu smp adalah saat-saat paling nakal, paling konyol paling gila dihidupku. Yah, salah satunya panggilan konyol yang dinobatkan ibu kantin smp ku. Namanya “Mbak Tengah” memang sih bukan nama aslinya, tapi aku menjulukinya seperti itu karena mbak Tengah ini posisi kantinnya berada paling tengah, jadi aku panggil aja mbak tengah. Eh, temen-temen semuanya jadi manggil mbak tengah. Sampai sekarang akupun gak pernah tau siapa nama mbak tengah itu hehe.
            Kembali lagi soal namaku, mbak tengah inilah satu-satunya yang manggil aku dengan sebutan yang berbeda. Kalau temen-temen sih biasa manggil aku “kremon” car abaca “mon” nya seperti “moon”(bulan) bukan “mon” (temon). Nah panggilan temen-temen kaya gitu, Cuma itu biasa sih, diplesetkan dari nama asli. Tapi, mbak tengah ini beda. Sejak pertama kesana, dan dia tanya namaku.
            “Eh, kamu namanya siapa ?” Tanya mbak tengah.
            “Hirman mbak.” Jawabku
            “Owalah, rumah kamu mana ?” tanyanya lagi.
            “Bungkal mbak, sana mbak selatan sana.”
            “Oooh, jauh ya rumahmu, ke sekolah naik apa ?”
            “Biasalah mbak, naik sepeda ontel”
            “Emang kamu kuat ? Badanmu kecil kaya gitu ?” Tanya mbak tengah ragu
(Memang postur tubuhku relative kecil daripada teman-temanku.)
            “Yaelah mbak jangan menilai dari fisiknya, tapi dari hatinya. Jangankan Bungkal sini mbak, ke Sawoo (salah satu kecamatan yang berada di gunung) aja aku kuat mbak.” Jawabku dengan sombong
            “Hehehe, bercanda min bercanda.” Jawabnya sambil ketawa kecil.
            “Min ?? Min siapa mbak ?” Tanyaku heran karena hanya ada aku disana
            “Namamu tadi Hermin kan ?” sambil garuk-garuk kepala.
            “Yaelah mbak, Hirman mbak, bukan Hermin.” Jawabku kesel.
            “Loh beda to ? yowes pokoknya itulah, susah bener namamu.”
            Sejak saat itu ketika aku ke kantin mbak Tengah, aku gak pernah dipanggil Hirman atau Herman, tapi malah Hermin. Ya ampun jadi kaya banci gitu namaku, sedih banget. Untungnya sih, temen-temenku gak manggil itu, masih aman lah bukan dikira banci.
            Hampir tiga tahun nama Hermin melekat padaku, tapi mbak Tengah saja sih. Masuk SMA, aku berharap gak berubah lah nama ini. Biarlah Hirman saja ya atau mentok-mentok Herman gapapa lah tapi jangan Hermin, malu gaes. Akhirnya selama SMA nama ku gak berubah, dan aku sangat bersyukur nama Hirman masih tetap sama.
            Setelah lulus SMA, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Aku kuliah di salah satu universitas negeri di kota Surakarta. Di sana lingkungannya nyaman, orangnya ramah-ramah. Tapi, entah gimana aku di takdirkan mendapat kos-kosan dimana kos-kosan ini isinya orang batak. Jadi ya sama aja lingkungannya ramah kalo temen-temen sekosan orang batak yang notabennya nadanya tinggi-tinggi banget. Sebenarnya sih bukan orang batak aja sih, ada juga yang jawa, tapi mayoritas mereka di kamar atas, sedangan orang batak ini banyak yang berada di bawah, dan entah kebetulan atau gimana aku kebagian kamar yang di bawah.
            Suatu ketika, aku berkenalan dengan salah satu orang batak ini, tapi orangnya berbeda dengan orang batak yang lainnya dia lumayan kalem. Dia asli orang medan kuliah di sini. Namanya Daniel. Bacanya tetep dieja ya DANIEL bukan DANIL. Gak tau kenapa tuh pengennya kaya gitu.
            “Haloo bang.” Sapa ku ke bang Daniel.
            “Halooo, kamu yang di kamar no 27 itu ya ?” Tanya bang Daniel.
            “Iya bang, Aku Hirman.” Sahutku.
            “Oh, aku Daniel.” Jawabnya.
            “Oh bang Danil ?” aku memastikan namanya.
            “Bukan Danil, tapi Daniel.” Jawabnya
            “Oh, Daniel, oke bang.”
            “Kamu tadi siapa ? Herman ?” Tanyanya memastikan.
(Wah ini, muncul perasaan gak enak nih, bakalan berubah lagi ini nama kayaknya)
            “Bukan bang, Hirman, pake i.” Tuturku.
            “Owalah Hermin ?” Sahutnya enteng.
            “Hirman bang, Hirman.” Jelasku lagi.
            “Yaa sama aja kali kenapa lah kau ini, katanya pakai I punya ? macam mana kau ini ?” Sahutnya dengan logat bataknya yang keras.
            Kampret emang ini orang, namanya sendiri ejaanya salah aja marah-marah, giliran nama orang lain aja di sama-samain. Entah sihir dari mana, semua orang batak yang ada di kamar bawah nggak ada yang gak panggil aku Hermin. Dan sampai sekarang nama panggilan itu masih melekat padaku. Entah sampai kapan nama itu akan selalu terngiang di telinga ini. Apalagi dengan nada batak itu, aduuuuh jadi pusing pala ente. Yah semoga aja cepet kelar orang-orang ini supaya nama keren pemberian bapakku gak meleneng jadi Hermin. Dan pesan satu lagi buat para pembaca, namaku bukan Herman atau Hermin, tapi HIRMAN. Ingat!

Senin, 29 Agustus 2016

PROSES MEMBUAT NATA DE COCO


Proses membuat nata de coco - Nata de coco termasuk bahan pangan sebagai minuman produk penerapan bioteknologi konvensional. Di samping tempe yang sudah dibahas sebelumnya, bahan pangan yang satu ini juga memanfaatkan mikroorganisme jamur dan bakteri sebagai agen biologi yang menghasilkan enzim untuk melakukan metabolisme.

Enzim yang diperlukan adalah selulase dengan agen biologi acetobacter xylinum dan bahan dasar yang digunakan adalah air kelapa.
Nah, sebagai kelanjutan materi bioteknologi konvensional dalam produksi pangan, kali ini Matra Pendidikan akan menyajikan proses pembuatan nata de coco. Nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum, yang berbentuk padat, berwarna putih transparan, berasa manis dan bertekstur kenyal.

A.Cara Membuat:
1. Air kelapa mentah di saring, dan dimasukkan ke dalam panci stenless ukuran 5 liter di masak sampai mendidih 100 derajat celcius.
2. Setelah mendidih masukkan gula putih 250 gr, za 0,5 gr, cuka 50 cc.
3. Campuran air kelapa yang sudah mendidih dimasukan ke dalam baki plastik yang bersih atau steril. 
4. Tutuplah baki-baki tersebut dengan kertas koran steril yang sudah dijemur dengan panas matahari. 
5. Baki-baki ditutup rapat dan disusun di atas rak baki secara rapi dan ditiriskan sampai dingin untuk diberi bibit nata de coco
6. Pembibitan dilakukan pada pagi hari dan hasil pembibitan ditutup kembali
Baki hasil pembibitan tidak boleh terganggu atau tergoyang.
7. Biarkan baki pembibitan itu selama satu minggu dan jangan terganggu atau tergoyang oleh apapun.
8. Buka hasil pembibitan setelah berumur satu minggu.

B.Cara Panen:
1. Nata yang terbentuk diambil dan dibuang bagian yang rusak (jika ada),lalu dibersihkan dengan air (dibilas). Kemudian direndam dengan air bersih selama 1 hari.
2.Pada hari kedua rendaman diganti dengan air bersih dan direndam lagiselama 1 hari.
3.Pada hari ketiga nata dicuci bersih dan dipotong bentuk kubus (ukuransesuai selera) kemudian direbus hingga mendidih dan air rebusan yang pertama dibuang.
4.Nata yang telah dibuang airnya tadi, kemudian direbus lagi danditambahkan dengan satu sendok makan asam sitrat.

C.Cara Mengolah:
1.Bila diolah sebagai campuran es buah, nata de coco ditambah dengan gula dan sirup.
2.Bila tak sempat mengolahnya, maka disimpan saja dalam lemari es.
Demikian proses pembuatan nata de coco, mudah-mudahan bermanfaat bagi semua khususnya siswa yang sedang melakukan praktik di sekolah.

Kamis, 21 Januari 2016

OSPEK


            Hari itu terlihat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Masih terlalu pagi untukku berdandan dan siap untuk berangkat kuliah untuk kali pertama. Dengan kemeja putih dan celana putih serta almamater yang ku kenakan, terasa sudah siap untuk berangkat menuju kampus baruku.
            Ya, hari itu adalah hari dimana aku menjalani ospek. Aku sendiri tidak paham dengan yang namanya ospek. Apa sih sebenarnya gunanya ospek itu ? Yang aku lihat hanya per-ploncoan, orang marah-marah, dan tugas yang aneh-aneh yang menurutku tidak terlalu bermanfaat bagiku. Namun, apalah dayaku sebagai mahasiswa baru ? Hanya melakukan apa yang telah ditugaskan saja lah, itu sudah untung tidak dimarahi.
            Jam ditanganku menunjukkan pukul 5.25, itu tandanya aku harus segera berangkat menuju kampus, karena di pengumuman kemarin, kumpul di lapangan pukul 6.30. Lalu aku segera bergegas memacu kendaraanku berharap semoga tepat waktu sesampainya disana.
            Sesampainya disana tepat pukul 6.30, lalu aku segera bergabung dengan para mahasiswa baru dari berbagai daerah dan jurusan. Kulirik kanan dan kiri namun tak ada satu orangpun yang ku kenal. Aku mencoba mencari temanku yang satu jurusan denganku D3 Teknik Kimia.
            “Alex !!” Teriak seseorang dari kerumunan.
            Aku terdiam sejenak mencari dari arah mana suara itu berasal. Lalu tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Akupun menoleh ke belakang dan melihat orang itu, sejenak aku terdiam dan berfikir, siapa ya dia ?? Setelah beberapa detik, akhirnya aku tau siapa orang ini.
            “Loh, Akbar !” Teriakku dengan kaget.
            “Baru datang ?” Tanyanya.
            “Iya nih, aku baru datang, mana yang lainnya ?” Tanyaku balik.
            “Nggak tau lex, tapi fakultas kita tempatnya disini, jadi kita disini aja.”
            “Oh, Oke Oke.”
            Akbar ini adalah salah satu temanku yang berasal dari bekasi. Dia orangnya mudah akrab dengan yang lain jadi gak heran jika sekarang dia sudah cukup banyak teman disini sedangkan aku baru beberapa teman saja.
            Setelah upacara selesai, kami digiring menuju auditorium untuk menjalani kuliah umum untuk kali pertama. Sesampainya disana aku sudah kenal dengan beberapa orang yang satu jurusan denganku, ada Udin, Deni, Arman, Dani, Nurul, Laras, Cindy, Tia, ya itulah beberapa orang telah ku kenal. Di auditorium kami hanya mendengarkan ceramah dari rektor sampai pukul 12.00.
            Ketika mendengarkan ceramah aku sempat berfikir apa yang akan terjadi setelah ini, yaa karena ospek sesungguhnya akan terjadi setelah ini. Benar saja ketika kami telah selesai mendengarkan ceramah, kami meuju fakultas masing-masing. Sesampainya di fakultas, kami memasuki ruangan, di dalam ruangan sudah terdapat bebrapa orang yang duduk didepan dengan wajah yang garang.
            “ waaaah ini mulai ini adegan marah-marahanya.” Pikirku.
            “Dek ! Kondusif dek !!!” teriak salah seorang laki-laki yang berwajah garang.
            Aku hanya diam saja dan segera mencari tempat duduk yang agak tersembunyi supaya tidak terlihat oleh kakak-kakaknya. Disampingku ada Akbar dan Laras, tampak wajah mereka juga di selimuti ketakutan. Wajar kami adalah mahasiswa baru yang belum tau apa-apa tentang bangku perkuliahan. Tiba-tiba terdengar suara yang keras dari belakang.
            “Hey kamu yang pake kaos kaki hitam !! Berdiri !!!” Teriak seseorang.
            Aku tidak tahu siapa yang dimaksud orang tersebut, aku hanya terdiam saja.
            “Kamu !! Heee !!! Malah diam saja !! Cepat kedepan sana !!”
            Aku kaget sekali ternyata yang dimaksud kakaknya adalah aku. Dengan wajah yang terlihat bodoh dan kaki yang gemetar aku berjalan menuju kedepan. Sesampainya didepan kulihat wajah semua teman-teman memperhatikanku, seolah-olah memang benar-benar salah.
            “Kamu itu bisa baca apa nggak ?! sudah jelas di pengumuman bertuliskan paki kaos kaki putih !!
            “Kamu itu mahasiswa teknik !! Harus jeli gak boleh keliru sedikitpun !!
            “Kalo gak tahu Tanya temennya !! Ngerti nggak ??!!” Bentaknya begitu keras
            “Iya kak” Jawabku lirih.
            “Jawab yang keras !!” teriaknya lagi     
            “Iya kak !”
            “Iya apanya ??!! Jangan cuma iya iya saja !! “ bentaknya lagi
            “Iya harus teliti kak.” Jawabku
            “Oke, ini hukuman buat kamu. Tulis 200 mimpi mu di selembar kertas folio, dikumpulkan besok ke saya jam 07.00. Mengerti ?! “
            “Siap, mengerti kak” Jawabku.
            Sial betul pikirku hanya gara-gara memakai kaos kaki hitam jadi kena hukuman. Aku memang benar-benar tidak tahu tentang peraturan itu. Mungkin ini yang dinamakan jatuh ketiban tangga, udah jatuh, ketiban tangga pula, sakit. Sudah malu maju sendirian dan di marah-marahin pula, lengkap sudah penderitaanku hari ini.
            “Hmmmm…..200 mimpi ??” Pikirku dalam hati
            Setelah kegiatan hari itu selesai aku segera pulang ke kosan untuk ngerjain tugas-tugas dan hukuman yang di berikan kakaknya tadi padaku. Jam dinding menunjukkan pukul 17.15 tandanya sudah beranjak petang dan aku harus buru-buru ngerjain tugas kalau tidak ingin kena marah lagi.
            Tanpa basa basi ku kerjakan semua tugas-tugas. Walaupun rasanya capek banget karena seharian penuh dengan kegiatan.
            “Fiiiuuuh, akhirnya selesai juga.” Kataku
            Kulihat jam tanganku ternyata keadaan sudah larut, dan aku belum ngerjain hukuman dari kakaknya tadi. Ku cari selembar kertas folio dan kucoba menulis beberapa kalimat dan bleeeekkk…… aku tertidur.
            Krrrriiiiiingggg……krrrrriiiiinngggg…..krrrrrriiiiinngggg”
            Ku coba buka mataku yang masih terpejam, ku raba-raba dan mencari darimana sumber suara itu. Ternyata hpku berada di atas meja. Ku buka mataku dan terhenyak.
            “Buusseeetdaah udah jam segini ??” Kataku panik.
            Benar saja jam menunjukkan pukul 05.00 dan aku masih menyisakan tugas hukumanku yang baru beberapa saja ku isi. Langsung saja kutulis apa adanya tanpa memikirkan apakah itu memang akan aku jalani atau hanya sekadar tuliusan saja. Sampai akhirnya aku selesai menulis 200 mimpi itu. Lalu kucepat-cepat mandi dan siap-siap untuk berangkat agar tak kena hukuman lagi. Sesampainya di kampus kulihat sudah ramai berkumpul di lapangan basket. Akupun segera menuju kesana.
            “Semuanya berkumpul !!! Siiiiaaaap grraaak !!
            “Siap deek !! Siaap !! Bisa baris gak ??!!
            “Udah pada gede baris aja gak bisa, malu dek ! malu !!
            “Siapa yang kemarin dapat hukuman ?! Cepat maju !
            “Gak ada yang ngaku ?! Cepat maju dek !!”
            Lalu aku maju dan nyerahin tugas hukmanku pada kakaknya.
            “Baca keras-keras dek di depan teman-temanmu !!”
            “Waduh gawat nih “ Kataku dalam hati.
            “Cepat baca !!”
            “Iya kak”
            “200 impianku 1. Membahagiakan orang tua 2. Jadi orang sukses 3. Jadi orang kaya 4. Dapat istri yang solehah 5. Jadi presiden RI……”
            “Sudah cukup. Semuanya bilang “Amiin”!”
            “Amiin” Serentak
            Malu banget sumpah dikerjain habis-habisan. Tapi, gapapa lah, itung-itung dapat do’a dari teman-teman semoga dapat terwujud semua 200 mimpiku. Setelah kejadian itu entah kenapa hari-hari ospekku beralan lancer tanpa hukuman apapun. Mungkin kakaknya sudah bosen karena yang kena hukuman hanya aku terus, hehehe. Akhirnya kegiatan ospek pun berakhir dan akhirnya bisa bebas tanpa tugas dan hukuman yang konyol lagi.