Rabu, 15 November 2017

PANGERAN UNYENG-UNYENG 3 "BENTROK"

         Hari ini adalah hari sabtu, hari yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua murid di SMP N 1 Jetis. Bahkan seluruh murid di Indonesia tercinta. Di hari sabtu, disekolah-sekolah lain pulang maksimal pukul 12.00 sedangkan di sekolahku, mentok pukul 13.00. Aku juga heran, kenapa sekolah ini bikin peraturan yang seperti ini. Kayaknya yang bikin peraturan betah banget tinggal disekolah. Mungkin yang bikin peraturan adalah pak Sam. Bukan paman Sam lo ya, ingat pak Sam, bukan paman Sam. Pak Sam adalah penjaga sekolah yang setia berada disekolah dari pagi sampai pagi lagi.
            Sedikit cerita dengan beliau. Beliau adalah penjaga sekolahku. Rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolahku, hanya 10 menit kalo jalan kaki. Tapi beliau lebih sering berada berada di sekolah ini untuk menjaga sekolah ini dari amukan atau diserang oleh musuh, juga menjaga sekolah ini supaya tidak kabur dari murid-murid macam kami ini. Pak Sam ini memiliki seorang istri yang sudah cukup tua ya sepantaran umur beliau juga. Mereka mempunyai anak cantik yang umurnya sekitar 20 tahun. Di tempat tinggal di SMP ini ada juga seorang satpam yang setia menemani beliau, namanya Mukhlis. Istri pak Sam membangun kantin disekolah ini, kantinnya bersebelahan dengan kantin mbak Tengah. Kantin ini biasanya dikunjungi oleh kakak kelas dan jarang anak kelas 1 berkunjung disini. Kembali ke pak Sam. Beliau ini humoris, sering kami bercanda dengan beliau. Cerita-cerita murid-murid yang nakal dulu, ada yang dikeluarkan, ada yang di skors. Banyak pokoknya. Aku mendapat kabar bahwa sekitar tahun 2013 beliau menderita sakit stroke. Mari kita doakan sejenak supaya beliau cepat sembuh. Dan setahun berlalu, ada yang menyebutkan bahwa beliau telah berpulang. Mari kita doakan supaya arwah beliau tenang dan mendapat tempat yang terbaik di alam sana. Aamiin.
            Kembali ke cerita ya gaes…
            Hari sabtu ini cukup berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pukul 11.15 ada suara yang muncul dari pojok atas ruangan kelas kami. Ya, disana ada speaker.
            “ Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Pengumuman !
Hari ini adalah hari sabtu tanggal 4 Oktober 2008 !
Pasti kalian mau pulang kaannn, Hayooo ngakuuu. (Suara konyol terdengar dari kelas kami, serentak kami langsung tertawa)
Yasudah, hari ini kalian diperbolehkan pulang pukul 11.30 dengan catatan kelas sudah harus bersih. Dan apabila orang tua kalian bertanya kenapa sudah pulang, kalian harus menjawab, karena guru-guru sedang ada rapat.
Sekian pengumuman di hari sabtu yang kalian tunggu-tunggu,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

            Mendengar pengumuman itu keadaan di kelas yang semula ramai sekarang berubah menjadi ricuh. Nampak semua orang mengemasi barang-barang mereka, bersiap-siap untuk pulang. Tapi kegiatan mereka itu langsung dicegah oleh Hafizh ketua kelas yang berbadan tinggi besar tapi o’on. Dia adalah saingan terberat Bahtor untuk mendapatkan cinta Wiyan, dan nampaknya Bahtor memang sudah kalah darinya.
            “ Teman-teman, sebelum pulang mari kita bersihkan kelas kita dulu !” Dia mengkomando teman-teman supaya membersihkan kelas dulu. Tapi semua tidak ada yang menggubrisnya. Keadaan terlanjur ricuh oleh kegiatan kemas mengemas barang dan aksi kejar-kejaran pinjam-meminjam buku. Alhasil, sia-sia saja Hafizh memberikan perintah. Aku dan Bahtor langsung pergi ke parkiran menunggu Rojek, Kepet, dan Kuntet. Tidak memperdulikan keadaan kelas yang benar-benar ricuh.



            Sesampainya diparkiran, ternyata mereka sudah berada disana. Kalau masalah libur dan pulang pagi, mereka sangat semangat. Giliran ada tugas dan PR, sudah bisa ditebak bagaimana sikap mereka. Tapi kulihat disana mereka tidak sendirian. Mereka ditemani salah satu kakak kelas kami, namanya Sigit. Kebetulan rumahnya searah dengan kami, jadi kami pulang bersama. Tanpa basa basi lagi kami menggayuh sepeda kami menuju keluar sekolah.
            Jarak antara sekolahku dan rumahku lumayan jauh sekitar 7 km. jika ditempuh dengan sepeda, membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Untuk mencapai rumah, kami perlu melewati sawah yang lumayan luas. Disana berhembus anggin yang sangat kencang, sehingga perlu tenaga lebih untuk menggayuh sepeda ini. Oh ya, setelah melewati sawah yang cukup luas, kami akan melewati SMP N 2 Jetis.
            Siang itu terasa cukup panas, apalagi melewati luasnya sawah ini. Pohon yang hanya di pinggir jalan tak cukup untuk menjadi peneduh bagi kami. Kulihat gerombolan SMP N 2 Jetis juga sudah pulang. Sangat jarang kami berpapasan jika pulang, karena kami selalu pulang lebih sore. Beberapa gerombolan itu sudah melewati kami. Tapi ada 6 gerombolan laki-laki yang menaiki sepeda sedikit ke tengah jalan, disana tepat di tengah jembatan dia mencoba menghadang kami. Sigit yang berada di depan tak pikir panjang langsung saja menabraknya.
            Brrrraaaraaaaakkkkkkk……..
            Dia terjatuh dengan seorang murid laki-laki yang mencoba menghadang kami.
            “ Woooyyy !!!! ANJING !! MATAMU KEMANA ???!!!!“ Teriak salah satu seorang anak laki-laki itu.
            “ GOBLOK !! EMANG JALAN INI PUNYA MBAHMU ??!!” Balas Sigit.
            Kami semua berhenti mendadak dan membantu Sigit bangun.
            “ GAK USAH NYOLOT CUK ! “ Balasnya.
            Kami terfokus pada jatuhnya Sigit. Kami tidak mau ada perkelahian disini. Karena disini adalah wilayahnya SMPN 2. Jika kami salah bertindak, kami bisa dihajar habis-habisan. Sigitpun menyadari hal itu. Tanpa membalas celotehannya lagi, dia bangkit dan langsung menaiki sepedanya lalu pegi meninggalkan 6 gerombolan laki-laki yang kulihat salah satu orangnya terdapat jahitan dimukanya.
            “ Kamu gapapa Git ? “ Tanyaku
            “ Gapapa, gak ada yang lecet justru yang aku tabrak tadi mungkin lecet-lecet.” Jawabnya.
            “ Kamu ada masalah sama dia Git ? Kenapa gak kita hajar aja ?” Tanya Rojek dengan nada gak terima.
            “ Jangan, disini bukan wilayah kita, kalo kita nekat lawan mereka, massa kita gak cukup, pasti bakal kalah kita.
            Aku gak ada msalah sebenarnya, emang biasa orang sini emang sering cari gara-gara, ati-ati aja kalo kalian pulang sendiri.” Imbuhnya
            Setelah kejadian itu, di hari-hari berikutnya kami selalu terlibat cekcok dengan orang tersebut yang aku ketahui namanya adalah Ibnu. Menurut kabar yang kami terima, bahwa dia adalah premannya sekolah sana. Dan memang ditakuti semua murid disana. Tampangnya yang menyeramkan ditambah bekas luka jahitan di wajahnya, menambah seram wajahnya. Tapi hal itu tidak membuat aku, Rojek, ataupun yang lainnya gentar. Setiap pagi apabila kami berpapasan dengannya pasti ada saja perkataannya.
            “ Woooyyy !!! Kalo berani Berhenti ! Banci !” Katanya
            “ Cuuuuiiiihhh !!! “ Rojek meludahinya.
            “ ANJING ! Woooyyy !!! “ Balasnya.
            Kegiatan seperti itu selalu saja terjadi setiap hari, namun kami masih bisa menahan diri untuk tidak bentrok. Karena akan bermasalah besar jika kami terlibat masalah seperti itu. Hingga kami kelas 3 dan sampai lulus pun hal tersebut masih sering terjadi. Entah apa motovasinya melakukan hal tersebut. Masih menjadi pertanyaan besar bagiku.

0 komentar: