Minggu, 26 Februari 2017

PANGERAN UNYENG-UNYENG 3 "MISTERI VITA (PART 3)"


            Nikmatnya kopi dihari sabtu yang agak mendung ini membuat semangat ku bertambah. Semangat mengerjakan kegiatan yaitu kegiatan yang pasti dilakukan semua manusia yaitu tidur. Ya, hari ini adalah hari sabtu. Biasanya aku masuk sekolah, tapi hari ini sekolah diliburkan. Entah mengapa tiba-tiba libur, hari libur seperti ini sangat jarang terjadi di sekolahku. Hingga hari seperti ini ditunggu-tunggu semua murid, kecuali aku. Saat seperti ini aku tak bisa bertemu dengan Vita. Tak bisa bercanda ria dengannya. Tak bisa ngobrol-ngobrol dengannya. Dan yang paling gak aku suka di liburan hari ini adalah aku tidak punya satu agenda pun yang aku kerjakan. Karena pengumuman hari libur yang memang mendadak, aku tidak mempersiapkannya dan akhirnya hanya duduk dan meminum secangkir kopi hitam ini.
            “Oh, Vita….. kenapa harus ada hari libur ? Aku jadi gak bisa bertemu kamu. Gak bisa ngobrol sama kamu. Gak bisa bercanda sama kamu. Andai aku bisa membuat tanggal merah menjadi hitam aku akan membuatnya supaya aku bisa bertemu denganmu. Andai aku harus masuk sekolah setiap hari tanpa libur, aku siap asalkan bisa bersamamu. “
            Kasmaran, itulah yang aku rasakan saat ini. Semua yang ada dibayanganku adalah Vita. Saat makan ku ingat Vita. Saat Tidur ku ingat Vita. Hanya satu hal yang aku tidak ingat Vita, yaitu ketika boker.
            Kegiatan hari ini adalah nonton tv, dengan acara-acara yang monoton dan tidak menghibur sama sekali, aku terpaksa menontonnya karena tidak ada hal lain yang seru untuk dilakukan. Mau pergi, takut hujan karena keadaan sedang mendung. Akhirnya tv menjadi temanku di akhir pecan ini.
            Krrriiinggg…. Krrriiinggg….Krrriiinggg….
            Kudengar suara sepeda yang tidak jauh dari rumah. Kupikir siapa yang berani mengganggu kenikmatanku menonton tv (padahal sungguh tidak mengenakan menonton tv pagi ini).
            “Mooooon !!!!” Suara keras yang tak asing lagi bagiku kudengar dari halaman rumahku.
            Aku keluar menghampiri suara itu. Dan kulihat beberapa begundal temanku telah berada disana dengan mengendarai sepeda ontel. Sudah seperti geng sepeda motor, hanya saja ini memakai sepeda ontel. Kulihat dengan jelas wajah-wajah temanku tampak bersemangat, sayang sedikit lusuh dengan keringat yang menetes. Ada Bahtor, Kepet, dan Rojek. Tidak kulihat Lukman dan Kuntet.
            “ Ada apa tor ?” Aku bertanya kepada Bahtor yang tadi meneriaki aku.
            “ Ayo sepedahan !” Ajak Kepet.
            “ Kemana ?” Aku bertanya lagi.
            “ Pokoknya keliling-keliling lah, daripada gak ada kerjaan Mon. “ Sahut Rojek.
            “ Kerumah Vita aja yuk !” Tiba-tiba Bahtor melayangkan kata-kata yang membuat jantungku berdebar.
            “ Mmmmmm, ngapain Tor ? Malu lah. “
            “ Biar tau rumahnya Mon. “
            “ Wes lah tenang ajaaa, yang penting happy ! ” Rojek menyela.
            Akhirnya aku mempersiapkan diri untuk berangkat menuju rumahnya Vita. Hatiku campur aduk antara senang dan takut juga. Bagaimana keluarganya nanti gimana disana. Gerogi harus berkata apa nanti.
            Sepeda “Jengki” kupersiapkan. Sepeda yang biasa menemaniku dari berangkat sekolah hingga pulang sekolah. Walau kadang menyusahkan. Kadang tiba-tiba kempes aku harus memompa terlebih dahulu. Kadang remnya tidak berfungsi. Yang palig menyusahkan adalah ketika rantainya copot. Aku harus berkorban memgang rantai yang banyak olinya.
            Lalu aku dan 3 begundal temanku berangkat menuju rumahnya Vita. Aku tidak yakin bahwa teman-temanku ini berani masuk rumahnya dan berincang-bincang dengannya. Aku tahu betul sifat-sifat teman-temanku ini. Tidak ada yang berani kalo berurusan dengan masalah-masalah seperti ini. Pasti mereka malu-malu dan akhirnya tidak jadi melakukannya.
            “ Tor, emang kamu tahu rumahnya Vita ?” Aku bertanya kepada Bahtor.
            “ Kira-kira aja Mon, kemarin kan pas di kelas dia bilang ancer-ancer rumahnya, kamu gak inget ?” Dia memperjelas.
            Oh iyaaa…. Aku baru ingat dia pernah bilang alamat rumahnya pas istirahat kemarin. Dia bilang dari Pondok A lurus terus sampai mentok, lalu belok kiri ada toko, nah disitulah rumahnya. Dan aku tau betul dimana letak rumahnya itu. Karena aku dulu sering jalan-jalan di daerah itu. 15 menit dari rumahku untuk menuju pondok A tersebut. Kini kami tinggal lurus hingga pentok.
            Sesampainya di pertigaan kami sudah bisa melihat rumah Vita. Kami bisa melihat dengan jelas rumahnya. Nampak ramai, tapi aku tak melihat Vita disana.
            “ Ayo kesana yuk !” Ajak Rojek.
            “ Gak mau ah ! Malu Jek ! Ramai kaya gitu kok. “ Sahut Kepet.
            “ Jangan malu-maluin lah. “ Aku membela Kepet karena aku belum punya keberanian untuk pergi kesana.
            “ Gimana kalo kita pergi kesana pura-pura beli apa gitu. Kan itu toko, jadi santai aja. “ Bahtor memberikan usul.
            “ Naaaah.. Mantap Tor ! Daripada jauh-jauh kesini gak dapet apa-apa” Imbuh Rojek.
            “ Yaudah, aku ngikut aja deh.” Jawabku sambil mengumpulkan keberanian.
            Lalu kami bergegas menuju toko itu. Toko itu letaknya persis di depan rumah Vita. Dan aku yakin toko itu adalah milik kelurganya. Dengan keberanian yang seadanya kami pergi kesana.
            “ Permisi !! “
            “ Iya dek ? ada yang bisa saya bantu ?” Tiba-tiba muncul bapak-bapak berkumis tebal dan terlihat sangar dengan suara yang besar dan garang. Hal itu menambah ketakutan kami.
            “ Mau beli roti pak “ Jawan Bahtor.
            “ Iya silakan dipilih “
            Lalu kami memilih beberapa roti, membayarnya dan pergi. Kami ketakutan. Kami mengira bahwa dia adalah Ayahnya Vita.
            “ Buset kaget banget “ Kepet berkata dengan nada ketakutan.
            “ Bapaknya sangar bener, gak berani-berani lagi deh kesini.” Tambah Rojek.
            “ Iya, garang kaya gitu. Padahal anaknya gak garang, tapi bapaknyaa…. Hiiiii ngeri. “ Bahtor ikut komentar.
            Gak kebayang nih ketemu bapaknya lagi. Kalo diajak bicara gimana nih. Kalo ngejekin Vita bisa dihajar habis-habisan sama bapaknya. Akhirnya kami pulang dengan mengetahui bahwa bapaknya Vita garang. Hal itu membuat kami kapok untuk mau pergi kesana lagi.
            Seninnya ketika ke sekolah aku jadi gimana gitu sama Vita. Aku merasa ada yang aneh dari Vita. Tiba-tiba dia datang dan menghampiriku dengan Bahtor.
            “ Kamu kemarin ke rumahku yaaa ? “ Tanyanya dengan nada yang agak mengejek.
            “ Iya Vit hehehe… kok kamu tau ? “ Aku balik nanya.
            “ Bapakku yang bilang.”
            “ Loh kok bapakmu tau ? tau darimana ?” Aku terheran-heran.
            “ Yaaaa… ada deh…”
            “ Ya iyalah pak Sarmin tau pasti lah…” Bahtor menyela.
            Pak Sarmin ? itukah nama bapaknya Vita ?
            “ Huuussssttt…… !!! “ Vita mencoba mendiamkan Bahtor.
            “ Sarimin pergi ke pasar… teng tong teng tong teng….” Bahtor mengejek Vita sambil memperagakan tingkah laku topeng monyet. Aku ikut tertawa dan ikut mengejek Vita. Lalu Vita pergi dengan muka yang merah. Aku pikir dia marah. Tapi aku tidak tau juga. Mungkin karena ejekan itu. Atau mungkin juga hal lain yang tidak aku mengerti.
          
Keesokan harinya aku menjumpai Vita dengan sikap yang aneh. Tidak seperti biasanya dia biasa datang ke bangku dekatku, ngobrol dan bercanda ria. Hari ini dia diam dan nampak menjauhiku. Aku tidak tau mengapa. Hari itu aku merasa sedih.


            Sore harinya, aku
mencoba sms dia. Tapi tak ada balasan darinya. Aku bingung, apakah aku sudah memperlakukan salah kepada dia ? apakah aku menyakiti hatinya ? Apakah aku…? Apakah aku…? Aku bingung. Hari berikutnya, sikap Vita selalu sama. Sikapnya begitu dingin terhadapku. Kini aku sudah tidak pernah berbincang-bincang dengannya, bercanda ria dengannya.
            Hari ini, yaitu dimana aku sudah kelas 3 SMP, sikapnya masih tetap dingin terhadapku. Semenjak kejadian itu aku tidak pernah berbincang dan bercanda dengannya lagi. Entah perbuatan apa yang aku lakukan hingga sampai mengakibatkan kejadian seperti ini. Aku kangen. Aku kangen Vita yang dulu, yang biasa bercanda ria bersamaku. Menjalani kehidupan sekolah yang menyenangkan bersamanya. Kini aku sudah mendengar bahwa dia sudah punya seorang pacar dari kelas non regular. Aku berharap semoga dia bahagia dengannya. Aku berharap dia akan senang. Hanya saja aku ingin tau apa salahku hingga dia bersikap seperti ini. Sampai sekarang aku tidak pernah tau apa penyebabnya. Yang bisa aku lakukan adalah memendam rasa ini sedalam mungkin. Tidak mungkin dia menyukaiku lagi tidak mungkin aku bisa mendapatkan cintanya. Harapanku aku bisa tau kesalahanku dan mampu memperbaikinya hingga membuatmu bisa kembali lagi seperti Vita yang aku kenal dulu.
THE END

Minggu, 12 Februari 2017

Pangeran Unyeng-unyeng 3 “Misteri Vita (part 2)”


Vita, perempuan manis tanpa kumis. Matanya yang menebarkan pesona tersendiri ditambah senyum indahnya tak ada yang menduga bahwa ku telah jatuh cinta. Lesung pipitnya menambah kesempurnaanya. Sikapnya yang lembut, penuh dengan kepedulian membuat dia menjadi sosok yang istimewa bagiku. Dan tak pernah ku menduga akan menjadi cerita panjang seperti ini.
            Berawal dari sms ku, hingga membuat mading (majalah dinding) serta puisi buatanku, membuatku semakin dekat dengan Vita. Hari-hari ku kini hanya untuk memikirkannya. Tidak ada tujuanku selain terus dekat dengannya. Ketika sekolah bubar, aku ingin segera masuk kembali hanya untuk melihat senyumnya. Semua hal aku lakukan supaya terus dekat dengannya. Seperti halnya mengikuti ekstra kulikuler (Ekskul) yang sama dengannya.
            Vita adalah seorang yang pandai bermain volley. Ketika SD, dia sering mengikuti turnamen dan kejuaraan. Bahkan dia mengikuti salah satu klub volley di daerahnya. Tubuhnya yang tinggi menambah keunggulannya dalam bermain volley. Di sekolah pun dia ikut ekskul volley. Karenanya aku juga mengikuti eksul volly. Meskipun aku jarang mengikuti kompetisi volly, aku juga lumayan dalam bermain volly. Namun, karena tubuhku yang kurang tinggi untuk ukuran seorang laki-laki, membuatku jarang dipanggil untuk mengikuti kompetisi. Dan saat ini, aku tidak peduli tentang masalah itu, sekarang yang penting adalah bagaimana caranya aku bisa terus dekat dengan vita.
            Di sekolahku biasanya selesai pukul 13.00 dan dilanjutkan dengan tambahan materi sampai pukul 15.00. Lalu setelah itu, baru ada kegiatan ekskul. Maklum, sekolahku akan memasuki jenjang internasional sehingga sekolah pun harus lebih produktif dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Ekskul volly diadakan setiap hari selasa dan kamis. Dan di hari itu aku selalu senang karena bisa melihat Vita lebih lama. Dan selama ini, aku selalu memperhatikan dia, setiap pulang ekskul, dia selalu menunggu ayahnya menjemput, kadang sampai hampir maghrib dia menunggu. Suatu ketika aku mencoba untuk menemaninya hingga pulang. Dan mulailah perbincangan diantara kami.
            “Masih belum pulang Vit ?” Tanya ku membuka pembicaraan.
            “Iya Off, masih nunggu jemputan.” Jawabnya.
            “La biasanya di jemput juga ?” Tanyaku lagi.
            “Kalo hari-hari biasanya naik bis, kan kalo udah sore begini gak ada bis yang lewat, jadi aku minta ayahku jemput.” Jelasnya.
            “Owalah….” Lalu aku terdiam. Disana hanya ada kami berdua, semua sudah pulang, di tempat itu tepatnya di depan sebuah toko di dekat sekolah.
            “Kok, kamu belum pulang juga Off ?” Tanyanya kepadaku.
            “Aku juga nunggu jemputan juga Vit.” Jawabku, memang sengaja aku meminta dijemput supaya bisa menemani Vita.
            “Tumben gak naik sepeda?” Tanyanya lagi.
            “Ehhhh hhhmmmmm….. itu ban sepedaku bocor.” Jawabku sekenanya, supaya dia tidak menduga bahwa aku hanya ingin menemaninya.
            “Ooh…”
            Sampai hampir maghrib akhirnya ayahnya Vita datang.
            “Eh, aku duluan ya Off, itu Ayahku sudah datang.”
            “Ii…yaa Vit, hati-hati.”
            “Iya Off.”
            Sore itu begitu senang bisa seharian memandangi Vita. Aku merasa hari ini adalah hari paling dekat dengannya. Dimana aku bisa bercakap-cakap. Dari pagi sampai siang di kelas, ketika tambahan kelas, dan ketika kegiatan ekskul. Begitu terbayang-bayang dirinya dibenakku. Hingga aku tak bisa berkonsentrasi lagi.
            Setelah hari itu, aku merasa semakin dekat dengan Vita. Semakin lama aku semakin intensif dalam berkomunikasi. Baik itu bercanda di dalam kelas maupun lewat sms. Ada saja yang kami bahas, mulai dari mengerjakan PR, hingga candaan-candaan yang menggelitik. Aku semakin senang dengan keadaan ini. Dan aku berpikir bahwa dia memiliki rasa yang sama denganku. Semoga saja cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.
            Suatu ketika di sore hari yang lumayan cerah, Bahtor mendatangiku dirumah. Dia mengendarai sebuah sepeda gunung yang sudah lumayan reyot. Ditambah badannya yang tinggi besar membuat sepeda itu seperti tidak kuat mengankat tubuh Bahtor. Entah apa gerangan dia datang ke rumahku sore-sore begini.
            “Off, ayo ikut aku !” Ajaknya tanpa basa-basi terlebih dahulu.
            “Ngapain ? Kemana ?” Aku bertanya kebingungan, seribu pertanyaan mengantri di otakku.
            “Ayo udah ikut aja ! “ Bahtor bersikeras mengajakku.
            “Kemana dulu ? Ntar kamu ajak aku ke rumah orang gila kaya kemaren ?” Aku berusaha supaya dia buka mulut.
            “Ayo aku ajak ketemuan dengan Wiyan, di jembatan situ.” Bahtor menjawab pelan, supaya tidak ada yang mendengar walaupun disini tidak ada siapa-siapa kecuali aku.
            “Yaelah, modus ini namanya. Obat nyamuk lah aku ini.” Aku mencoba menghindar
            “Ada Vita lo.” Dia berbisik sambil memperlihatkan mukanya yang komyol itu.
            “Hmmmmmm….. bentar aku pikir dulu.” Aku berlagak sok jual mahal.
            “Ayolaaaaah.” Dia memelas.
            “Yaudah deeh ayo, aku gak tega lihat wajahmu yang konyol kaya orang gila yang memelas gini.”
            Aku pun bergegas menuju jembatan dekat rumahku. Jembatan yang cukup besar dan angker kalau malam hari. Jaraknya tidak cukup jauh, sekitar 5 menit dari rumahku dengan menaiki sepeda.
            Sesampainya disana, tidak ada siapa-siapa. Aku menunggu disana sekitar 10 menit. Lalu muncullah 2 orang cewek mengendarai sepeda motor. Wiyan mengendarai motor matic dengan model jadul dan penampakan yang kotor, mungkin habis dipakai di sawah kali ya. Lalu Vita mengendarai sepeda motor tua, yang mengeluarkan asap begitu banyak dibelakangnya, menandakan bahwa motor itu masih memakai mesin 2 tak.
            Sejujurnya aku tidak tau apa tujuan Bahtor bertemu dengan mereaka. Aku hanya diajak saja dan aku mengiyakan, supaya aku bisa bertemu dengan Vita. Di jembatan sana kami hanya berbincang basa-basi, bercanda, dan ngobrol biasa. Tidak ada sesuatu yang aneh. Mungkin ini adalah taktiknya Bahtor untuk mendapatkan perhatian Wiyan, yang dia sukai tapi kayaknya Wiyan gak suka sama dia. Setelah kami berbincang-bincang cukup lama, sekitar 30 menit, mereka mengajak untuk pulang.
            “Yaudah yaa aku sama Vita balik dulu.” Daaaaa
            “Yaudah hati-hati yaaaa.” Sambut kami.
            Brreeeekkkkkk…. Breeeeekkkkkk…… Breeeeekkkkkk……
            Motornya Vita mogok dan gak bisa dinyalain. Wah masalah nih kalo kaya gini. Gimana Vita pulangnya. Kulihat wajahnya juga kelihatan panic.
            “Aduuuuuhhhh….. kenapa juga ini motor.” Dia kebingungan.
            “Waduh  gak tau nih.” Bahtor menjawab.
            “Businya mungkin.” Jawabku sekenanya.
            “Yaudah Off coba dicek.”
            Modyaaaar. Aku hanya menjawab sekenanya dan sebenarnya aku tidak tau apa-apa. Dengan gaya sok tau aku mencoba mengecek motornya.
            “Udah bener ini, coba kamu nyalain tor, kayaknya Vita gak kuat tadi.” Aku meminta Bahtor menyalakan motor.
            Grreeeeengggg….. Grreeeeengggg….. Grreeeeengggg…..
            Alhamdullillah…… akhirnya bisa juga, dengan gaya sok cool aku menghampiri Vita.
            “Makasih ya tor, Off. Aku pamit dulu yaaa.” Dia langsung minta pamit supaya motornya gak mogok lagi.
            “Iya Vit, hati-hati yaa, kalo motornya mogok lagi, telpon aku aja hehehe.”
Candaku.
            Vita dan Wiyan pun pulang. Dengan kepulangan mereka aku menjadi tau, apa sebenarnya tujuan dari Bahtor. Bahwa dugaanku sebelumnya tepat, dia hanya mencari perhatian Wiyan.
            Setelah kejadian disore itu, aku semakin hari semakin intensif berkomunikasi. Sering bercanda, dan bahkan Vita sering curhat masalah keluarganya dan teman-temannya. Bagaimana kesehariannya. Dan akhirnya aku tau seluk-beluknya. Kini aku sudah paham apa yang dia rasakan. Dan mungkin saja apa yang dia rasakan adalah sama seperti apa yang aku rasakan, semoga saja……

Kamis, 09 Februari 2017

Trommol Screen



Trommel Screen adalah alat screening yang digunakan dalam industri skala besar terutama pada pertambangan dan juga industri. Trommel Screen merupakan screening yang berbeda bentuknya dari vibrating screen, bentuknya mirip tabung ( drum ).Pada bagian outletnya merupakan tempat keluaran untuk material oversize. Kapasitas yang direncanakan sebenarnya sangat tergantung dari jumlah material yang masuk. Misalnya kita menginginkan material kurang dari 30 mm yang keluar sebagai output produk maka jumlah tersebut harus cukup terkandung pada raw materialnya. Atau dengan kata lain kapasitas terencana (TPH) yang diinginkan tidak akan tercapai apabila material yang masuk 70 % berukuran lebih besar dari 30 mm. Unit Trommel screen ini seperti juga Unit yang biasa dipakai pada Coal Crushing Plan atau Stone Crushing Plan biasanya juga bukan merupakan unit yang terpisah dari unit yang lainnya. Mungkin ada interkoneksi dengan bagian lain misalnya untuk bagian inlet digunakan conveyor, sedangkan untuk stockpile produk dihubungkan lagi dengan conveyor stacking untuk membentuk ketinggian stockpile yang cukup.
            Trommel merupakan sebuah saringan silinder yang berputar, umumnya aliran material bergerak menurun. Permukaan saringan berupa jalinan kawat teratur atau plat dengan lubang teratur. Perputaran trommel meningkatkan efektifitas dari proses pemilahan, karena bisa memisahkan material yang saling menyatu/melekat ataupun memisahkan material dari wadahnya. Trommel ukuran besar (diameter 8-10ft, panjang 50ft) banyak digunakan untuk memisahkan wadah/kardus besar dan ataupun kertas koran dari campuran kertas-kertas ataupun dari wadah-wadah yang bercampur (terutama dari kardus-kardus kaca). Trommel ukuran kecil (diameter 1-2ft, panjang 2-4ft) digunakan untuk pemilahan label dan tutup botol dari pecahan gelas. Untuk ukuran kecil kadang-kadang menggunakan tambahan hembusan udara untuk membantu proses pemilahan (Peer Consultants, P.C., 1991).
            Trommel dengan 2 tahap biasa digunakan untuk proses pemilahan. Pada tahap pertama (ujung bagian awal/depan-tengah dari panjang keseluruhan trommel) menggunakan lubang-lubang dengan ukuran kecil (diameter sekitar 1 inch), digunakan untuk pemilahan material-material yang berukuran kecil seperti pecahan kaca dan pasir. Pada tahap berikutnya (tengah-ujung akhir) menggunakan lubang-lubang dengan ukuran besar (diameter sekitar 5 inchi), digunakan untuk memisahkan kaca, alumunium, dan wadah plastik. Lebih jelasnya mengenai trommel dapat dilihat pada Gambar 2-6










Gambar 2‑6. Trommel (Peer Consultants, P.C., 1991).
Faktor yang mempengaruhi efisiensi pemilahan dari trommel:
§  Karakteristik dan jumlah sampah.
§  Ukuran dan kemiringan trommel.
§  Kecepatan putaran.
§  Ukuran dan jumlah lubang.

Gambar site plan yang menggunakan Trommel Screen

Cara Kerja :
 Contoh Cara Kerja Trommel Screen
Keterangan :
A. Shovel
B. Input ( Feed )
C. Sikat ( Sweaper )
D. Screening ( Ayakan )
E. Produk Samping
F. Produk Utama
Trommel Screen yang berbentuk seperti tabung besar, dimana tabung tersebut terdapat lubang – lubang. Trommel Screen terdiri dari input dan output, dimana feed masuk ke dalam input. Didalam input, feed tersebut diputar oleh screen dengan kecepatan yang ditentukan. Feed yang tidak diinginkan akan keluar dengan sendirinya melalui lubang yang melalaui output. Feed yang diinginkan akan masuk dalam penampung / storage kemudian dialirkan melalui belt conveyor. Feed yang tidak masuk / lolos atau di reycle.
Kelebihan & Kekurangan
1.    Kelebihan
Harga lebih murah dari vibrating screen
- Biaya perawatan tinggi, terutama pada dinamo motor dan sikat
- Tidak dapat menghasilkan produk yang uniform seperti Vibrating. S
- Kebutuhan tempat / ruangan relative besar
Note:
Trommol berasal dari bahasa jerman yang berarti drum. Trommol Screen berbentruk silinder yang diletakkan secara horizontal dan digunakan untuk memisahkan material padat berdasarkan ukurannya. Misalnya, untuk memisahkan sampah kota seperti kaleng atau padatan lainnya bisa juga untuk memisahkan berbagai macam ukuran bebatuan yang sudah dihancurkan di pertambangan.
Misalnya saja, penggalian.Seorang kontraktor biasanya menggunakan alat pemisah ini untuk memisahkan puing - puing dari lokasi penggalian yang digolongkan menjadi dua macam.Tanah bagian atas yang dapat dijual kembali untuk pertanian, perkebunan, atau lokasi perkantoran. Tanah yang sudah di screen dapat dimanfaatkan sebagai dasar dari dasar bangunan karena komposisinya yang tidak terkandung bebatuan. Tentu saja proses screen ini menjadi hal yang menguntungkan bagi kontraktor karena material limbah dapat dijual kembalidan juga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk transportasi material ke tempat pembuangan.
Dengan konsep yang sama, diterapkan pula untuk proses produksi kompos, pasir/gravel,  produk penambangan kayu, dan limbah kota.

Portable Trommol Screen
Portabel Trommol Screen adalah jenis trommol screen yang saat ini cukup populer dan banyak digunakan oleh berbagai instansi. Portable trommol screen ini sering digunakan pada proses produksi bahan organik dari berbagai macam limbah.
Kapasitas mencapai 150 ton/ jam
Ukuran Screen dari ½ inch sampai 2 ½ inch.
Kegunaan :
1. pemisahan individual produk
2. produksi tanah lapisan atas
3. jerami
4. pemisahan gravel dan produk

 Keuntungan
1. mudah dalam hal transportasi (dapat menggunakan truk)
2. kemudahan pengoperasian
3. dapat dengan mudah diganti - ganti produk yang akan di screen
4. terdapat high discharge conveyor yang memudahkan untuk pembersihan
5. kecepatan operasional dapat dengan mudah disetting sesuai kapasitas
6. dapat diatur kemiringan dari trommol screen
7. dapat dimodifikasi dengan feed hopper
Spesifikasi.
1.            Trommol Screen
·                     Diameter 5 ft x panjang 16 ft
·                     Screen dapat di set dengan ukuran mesh yang berbeda
·                     Kecepatan dapat di set
2.            Oversize Chute
·                     Digunakan untuk eksternal konveyor
·                     Tahan tubrukan
3.            Diesel Drive Unit
·                     Power Unit Diesel 25 Hp

4.            Hidraulic Power Unit
·                     Di desain dengan berat yang sangat ringan
·                     Mudah di akses
·                     Perawatannya murah dan mudah
5.            Discharge Conveyor
·                     Kecepatan dapat di atur
·                     Tingkat discharge tinggi
·                     Transport menggunakan hidraulik fold
·                     Heavy duty belt.
6.            Chassis
·                     Tandem axle dual tire
·                     Baut penguat
·                     Kaki hidraulik dapat di set

Aplikasi di Bidang Industri
·        Diterapkan pula untuk proses produksi kompos
·        Proses produksipasir/gravel
·        Produk penambangan kayu
·        Penanganan limbah kota




DAFTAR PUSTAKA