Minggu, 26 Februari 2017

PANGERAN UNYENG-UNYENG 3 "MISTERI VITA (PART 3)"


            Nikmatnya kopi dihari sabtu yang agak mendung ini membuat semangat ku bertambah. Semangat mengerjakan kegiatan yaitu kegiatan yang pasti dilakukan semua manusia yaitu tidur. Ya, hari ini adalah hari sabtu. Biasanya aku masuk sekolah, tapi hari ini sekolah diliburkan. Entah mengapa tiba-tiba libur, hari libur seperti ini sangat jarang terjadi di sekolahku. Hingga hari seperti ini ditunggu-tunggu semua murid, kecuali aku. Saat seperti ini aku tak bisa bertemu dengan Vita. Tak bisa bercanda ria dengannya. Tak bisa ngobrol-ngobrol dengannya. Dan yang paling gak aku suka di liburan hari ini adalah aku tidak punya satu agenda pun yang aku kerjakan. Karena pengumuman hari libur yang memang mendadak, aku tidak mempersiapkannya dan akhirnya hanya duduk dan meminum secangkir kopi hitam ini.
            “Oh, Vita….. kenapa harus ada hari libur ? Aku jadi gak bisa bertemu kamu. Gak bisa ngobrol sama kamu. Gak bisa bercanda sama kamu. Andai aku bisa membuat tanggal merah menjadi hitam aku akan membuatnya supaya aku bisa bertemu denganmu. Andai aku harus masuk sekolah setiap hari tanpa libur, aku siap asalkan bisa bersamamu. “
            Kasmaran, itulah yang aku rasakan saat ini. Semua yang ada dibayanganku adalah Vita. Saat makan ku ingat Vita. Saat Tidur ku ingat Vita. Hanya satu hal yang aku tidak ingat Vita, yaitu ketika boker.
            Kegiatan hari ini adalah nonton tv, dengan acara-acara yang monoton dan tidak menghibur sama sekali, aku terpaksa menontonnya karena tidak ada hal lain yang seru untuk dilakukan. Mau pergi, takut hujan karena keadaan sedang mendung. Akhirnya tv menjadi temanku di akhir pecan ini.
            Krrriiinggg…. Krrriiinggg….Krrriiinggg….
            Kudengar suara sepeda yang tidak jauh dari rumah. Kupikir siapa yang berani mengganggu kenikmatanku menonton tv (padahal sungguh tidak mengenakan menonton tv pagi ini).
            “Mooooon !!!!” Suara keras yang tak asing lagi bagiku kudengar dari halaman rumahku.
            Aku keluar menghampiri suara itu. Dan kulihat beberapa begundal temanku telah berada disana dengan mengendarai sepeda ontel. Sudah seperti geng sepeda motor, hanya saja ini memakai sepeda ontel. Kulihat dengan jelas wajah-wajah temanku tampak bersemangat, sayang sedikit lusuh dengan keringat yang menetes. Ada Bahtor, Kepet, dan Rojek. Tidak kulihat Lukman dan Kuntet.
            “ Ada apa tor ?” Aku bertanya kepada Bahtor yang tadi meneriaki aku.
            “ Ayo sepedahan !” Ajak Kepet.
            “ Kemana ?” Aku bertanya lagi.
            “ Pokoknya keliling-keliling lah, daripada gak ada kerjaan Mon. “ Sahut Rojek.
            “ Kerumah Vita aja yuk !” Tiba-tiba Bahtor melayangkan kata-kata yang membuat jantungku berdebar.
            “ Mmmmmm, ngapain Tor ? Malu lah. “
            “ Biar tau rumahnya Mon. “
            “ Wes lah tenang ajaaa, yang penting happy ! ” Rojek menyela.
            Akhirnya aku mempersiapkan diri untuk berangkat menuju rumahnya Vita. Hatiku campur aduk antara senang dan takut juga. Bagaimana keluarganya nanti gimana disana. Gerogi harus berkata apa nanti.
            Sepeda “Jengki” kupersiapkan. Sepeda yang biasa menemaniku dari berangkat sekolah hingga pulang sekolah. Walau kadang menyusahkan. Kadang tiba-tiba kempes aku harus memompa terlebih dahulu. Kadang remnya tidak berfungsi. Yang palig menyusahkan adalah ketika rantainya copot. Aku harus berkorban memgang rantai yang banyak olinya.
            Lalu aku dan 3 begundal temanku berangkat menuju rumahnya Vita. Aku tidak yakin bahwa teman-temanku ini berani masuk rumahnya dan berincang-bincang dengannya. Aku tahu betul sifat-sifat teman-temanku ini. Tidak ada yang berani kalo berurusan dengan masalah-masalah seperti ini. Pasti mereka malu-malu dan akhirnya tidak jadi melakukannya.
            “ Tor, emang kamu tahu rumahnya Vita ?” Aku bertanya kepada Bahtor.
            “ Kira-kira aja Mon, kemarin kan pas di kelas dia bilang ancer-ancer rumahnya, kamu gak inget ?” Dia memperjelas.
            Oh iyaaa…. Aku baru ingat dia pernah bilang alamat rumahnya pas istirahat kemarin. Dia bilang dari Pondok A lurus terus sampai mentok, lalu belok kiri ada toko, nah disitulah rumahnya. Dan aku tau betul dimana letak rumahnya itu. Karena aku dulu sering jalan-jalan di daerah itu. 15 menit dari rumahku untuk menuju pondok A tersebut. Kini kami tinggal lurus hingga pentok.
            Sesampainya di pertigaan kami sudah bisa melihat rumah Vita. Kami bisa melihat dengan jelas rumahnya. Nampak ramai, tapi aku tak melihat Vita disana.
            “ Ayo kesana yuk !” Ajak Rojek.
            “ Gak mau ah ! Malu Jek ! Ramai kaya gitu kok. “ Sahut Kepet.
            “ Jangan malu-maluin lah. “ Aku membela Kepet karena aku belum punya keberanian untuk pergi kesana.
            “ Gimana kalo kita pergi kesana pura-pura beli apa gitu. Kan itu toko, jadi santai aja. “ Bahtor memberikan usul.
            “ Naaaah.. Mantap Tor ! Daripada jauh-jauh kesini gak dapet apa-apa” Imbuh Rojek.
            “ Yaudah, aku ngikut aja deh.” Jawabku sambil mengumpulkan keberanian.
            Lalu kami bergegas menuju toko itu. Toko itu letaknya persis di depan rumah Vita. Dan aku yakin toko itu adalah milik kelurganya. Dengan keberanian yang seadanya kami pergi kesana.
            “ Permisi !! “
            “ Iya dek ? ada yang bisa saya bantu ?” Tiba-tiba muncul bapak-bapak berkumis tebal dan terlihat sangar dengan suara yang besar dan garang. Hal itu menambah ketakutan kami.
            “ Mau beli roti pak “ Jawan Bahtor.
            “ Iya silakan dipilih “
            Lalu kami memilih beberapa roti, membayarnya dan pergi. Kami ketakutan. Kami mengira bahwa dia adalah Ayahnya Vita.
            “ Buset kaget banget “ Kepet berkata dengan nada ketakutan.
            “ Bapaknya sangar bener, gak berani-berani lagi deh kesini.” Tambah Rojek.
            “ Iya, garang kaya gitu. Padahal anaknya gak garang, tapi bapaknyaa…. Hiiiii ngeri. “ Bahtor ikut komentar.
            Gak kebayang nih ketemu bapaknya lagi. Kalo diajak bicara gimana nih. Kalo ngejekin Vita bisa dihajar habis-habisan sama bapaknya. Akhirnya kami pulang dengan mengetahui bahwa bapaknya Vita garang. Hal itu membuat kami kapok untuk mau pergi kesana lagi.
            Seninnya ketika ke sekolah aku jadi gimana gitu sama Vita. Aku merasa ada yang aneh dari Vita. Tiba-tiba dia datang dan menghampiriku dengan Bahtor.
            “ Kamu kemarin ke rumahku yaaa ? “ Tanyanya dengan nada yang agak mengejek.
            “ Iya Vit hehehe… kok kamu tau ? “ Aku balik nanya.
            “ Bapakku yang bilang.”
            “ Loh kok bapakmu tau ? tau darimana ?” Aku terheran-heran.
            “ Yaaaa… ada deh…”
            “ Ya iyalah pak Sarmin tau pasti lah…” Bahtor menyela.
            Pak Sarmin ? itukah nama bapaknya Vita ?
            “ Huuussssttt…… !!! “ Vita mencoba mendiamkan Bahtor.
            “ Sarimin pergi ke pasar… teng tong teng tong teng….” Bahtor mengejek Vita sambil memperagakan tingkah laku topeng monyet. Aku ikut tertawa dan ikut mengejek Vita. Lalu Vita pergi dengan muka yang merah. Aku pikir dia marah. Tapi aku tidak tau juga. Mungkin karena ejekan itu. Atau mungkin juga hal lain yang tidak aku mengerti.
          
Keesokan harinya aku menjumpai Vita dengan sikap yang aneh. Tidak seperti biasanya dia biasa datang ke bangku dekatku, ngobrol dan bercanda ria. Hari ini dia diam dan nampak menjauhiku. Aku tidak tau mengapa. Hari itu aku merasa sedih.


            Sore harinya, aku
mencoba sms dia. Tapi tak ada balasan darinya. Aku bingung, apakah aku sudah memperlakukan salah kepada dia ? apakah aku menyakiti hatinya ? Apakah aku…? Apakah aku…? Aku bingung. Hari berikutnya, sikap Vita selalu sama. Sikapnya begitu dingin terhadapku. Kini aku sudah tidak pernah berbincang-bincang dengannya, bercanda ria dengannya.
            Hari ini, yaitu dimana aku sudah kelas 3 SMP, sikapnya masih tetap dingin terhadapku. Semenjak kejadian itu aku tidak pernah berbincang dan bercanda dengannya lagi. Entah perbuatan apa yang aku lakukan hingga sampai mengakibatkan kejadian seperti ini. Aku kangen. Aku kangen Vita yang dulu, yang biasa bercanda ria bersamaku. Menjalani kehidupan sekolah yang menyenangkan bersamanya. Kini aku sudah mendengar bahwa dia sudah punya seorang pacar dari kelas non regular. Aku berharap semoga dia bahagia dengannya. Aku berharap dia akan senang. Hanya saja aku ingin tau apa salahku hingga dia bersikap seperti ini. Sampai sekarang aku tidak pernah tau apa penyebabnya. Yang bisa aku lakukan adalah memendam rasa ini sedalam mungkin. Tidak mungkin dia menyukaiku lagi tidak mungkin aku bisa mendapatkan cintanya. Harapanku aku bisa tau kesalahanku dan mampu memperbaikinya hingga membuatmu bisa kembali lagi seperti Vita yang aku kenal dulu.
THE END

0 komentar: