Vita, perempuan manis tanpa kumis.
Matanya yang menebarkan pesona tersendiri ditambah senyum indahnya tak ada yang
menduga bahwa ku telah jatuh cinta. Lesung pipitnya menambah kesempurnaanya.
Sikapnya yang lembut, penuh dengan kepedulian membuat dia menjadi sosok yang
istimewa bagiku. Dan tak pernah ku menduga akan menjadi cerita panjang seperti
ini.
Berawal
dari sms ku, hingga membuat mading (majalah dinding) serta puisi buatanku,
membuatku semakin dekat dengan Vita. Hari-hari ku kini hanya untuk
memikirkannya. Tidak ada tujuanku selain terus dekat dengannya. Ketika sekolah
bubar, aku ingin segera masuk kembali hanya untuk melihat senyumnya. Semua hal
aku lakukan supaya terus dekat dengannya. Seperti halnya mengikuti ekstra
kulikuler (Ekskul) yang sama dengannya.
Vita
adalah seorang yang pandai bermain volley. Ketika SD, dia sering mengikuti
turnamen dan kejuaraan. Bahkan dia mengikuti salah satu klub volley di
daerahnya. Tubuhnya yang tinggi menambah keunggulannya dalam bermain volley. Di
sekolah pun dia ikut ekskul volley. Karenanya aku juga mengikuti eksul volly.
Meskipun aku jarang mengikuti kompetisi volly, aku juga lumayan dalam bermain
volly. Namun, karena tubuhku yang kurang tinggi untuk ukuran seorang laki-laki,
membuatku jarang dipanggil untuk mengikuti kompetisi. Dan saat ini, aku tidak
peduli tentang masalah itu, sekarang yang penting adalah bagaimana caranya aku
bisa terus dekat dengan vita.
Di
sekolahku biasanya selesai pukul 13.00 dan dilanjutkan dengan tambahan materi
sampai pukul 15.00. Lalu setelah itu, baru ada kegiatan ekskul. Maklum,
sekolahku akan memasuki jenjang internasional sehingga sekolah pun harus lebih
produktif dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Ekskul volly diadakan setiap
hari selasa dan kamis. Dan di hari itu aku selalu senang karena bisa melihat
Vita lebih lama. Dan selama ini, aku selalu memperhatikan dia, setiap pulang
ekskul, dia selalu menunggu ayahnya menjemput, kadang sampai hampir maghrib dia
menunggu. Suatu ketika aku mencoba untuk menemaninya hingga pulang. Dan
mulailah perbincangan diantara kami.
“Masih
belum pulang Vit ?” Tanya ku membuka pembicaraan.
“Iya
Off, masih nunggu jemputan.” Jawabnya.
“La
biasanya di jemput juga ?” Tanyaku lagi.
“Kalo
hari-hari biasanya naik bis, kan kalo udah sore begini gak ada bis yang lewat,
jadi aku minta ayahku jemput.” Jelasnya.
“Owalah….”
Lalu aku terdiam. Disana hanya ada kami berdua, semua sudah pulang, di tempat
itu tepatnya di depan sebuah toko di dekat sekolah.
“Kok,
kamu belum pulang juga Off ?” Tanyanya kepadaku.
“Aku
juga nunggu jemputan juga Vit.” Jawabku, memang sengaja aku meminta dijemput
supaya bisa menemani Vita.
“Tumben
gak naik sepeda?” Tanyanya lagi.
“Ehhhh
hhhmmmmm….. itu ban sepedaku bocor.” Jawabku sekenanya, supaya dia tidak menduga
bahwa aku hanya ingin menemaninya.
“Ooh…”
Sampai
hampir maghrib akhirnya ayahnya Vita datang.
“Eh,
aku duluan ya Off, itu Ayahku sudah datang.”
“Ii…yaa
Vit, hati-hati.”
“Iya
Off.”
Sore
itu begitu senang bisa seharian memandangi Vita. Aku merasa hari ini adalah
hari paling dekat dengannya. Dimana aku bisa bercakap-cakap. Dari pagi sampai
siang di kelas, ketika tambahan kelas, dan ketika kegiatan ekskul. Begitu
terbayang-bayang dirinya dibenakku. Hingga aku tak bisa berkonsentrasi lagi.
Setelah
hari itu, aku merasa semakin dekat dengan Vita. Semakin lama aku semakin
intensif dalam berkomunikasi. Baik itu bercanda di dalam kelas maupun lewat
sms. Ada saja yang kami bahas, mulai dari mengerjakan PR, hingga candaan-candaan
yang menggelitik. Aku semakin senang dengan keadaan ini. Dan aku berpikir bahwa
dia memiliki rasa yang sama denganku. Semoga saja cintaku tidak bertepuk
sebelah tangan.
Suatu
ketika di sore hari yang lumayan cerah, Bahtor mendatangiku dirumah. Dia mengendarai
sebuah sepeda gunung yang sudah lumayan reyot. Ditambah badannya yang tinggi
besar membuat sepeda itu seperti tidak kuat mengankat tubuh Bahtor. Entah apa
gerangan dia datang ke rumahku sore-sore begini.
“Off,
ayo ikut aku !” Ajaknya tanpa basa-basi terlebih dahulu.
“Ngapain
? Kemana ?” Aku bertanya kebingungan, seribu pertanyaan mengantri di otakku.
“Ayo
udah ikut aja ! “ Bahtor bersikeras mengajakku.
“Kemana
dulu ? Ntar kamu ajak aku ke rumah orang gila kaya kemaren ?” Aku berusaha
supaya dia buka mulut.
“Ayo
aku ajak ketemuan dengan Wiyan, di jembatan situ.” Bahtor menjawab pelan,
supaya tidak ada yang mendengar walaupun disini tidak ada siapa-siapa kecuali
aku.
“Yaelah,
modus ini namanya. Obat nyamuk lah aku ini.” Aku mencoba menghindar
“Ada
Vita lo.” Dia berbisik sambil memperlihatkan mukanya yang komyol itu.
“Hmmmmmm…..
bentar aku pikir dulu.” Aku berlagak sok jual mahal.
“Ayolaaaaah.”
Dia memelas.
“Yaudah
deeh ayo, aku gak tega lihat wajahmu yang konyol kaya orang gila yang memelas
gini.”
Aku
pun bergegas menuju jembatan dekat rumahku. Jembatan yang cukup besar dan
angker kalau malam hari. Jaraknya tidak cukup jauh, sekitar 5 menit dari
rumahku dengan menaiki sepeda.
Sesampainya
disana, tidak ada siapa-siapa. Aku menunggu disana sekitar 10 menit. Lalu
muncullah 2 orang cewek mengendarai sepeda motor. Wiyan mengendarai motor matic
dengan model jadul dan penampakan yang kotor, mungkin habis dipakai di sawah
kali ya. Lalu Vita mengendarai sepeda motor tua, yang mengeluarkan asap begitu
banyak dibelakangnya, menandakan bahwa motor itu masih memakai mesin 2 tak.
Sejujurnya
aku tidak tau apa tujuan Bahtor bertemu dengan mereaka. Aku hanya diajak saja
dan aku mengiyakan, supaya aku bisa bertemu dengan Vita. Di jembatan sana kami
hanya berbincang basa-basi, bercanda, dan ngobrol biasa. Tidak ada sesuatu yang
aneh. Mungkin ini adalah taktiknya Bahtor untuk mendapatkan perhatian Wiyan,
yang dia sukai tapi kayaknya Wiyan gak suka sama dia. Setelah kami
berbincang-bincang cukup lama, sekitar 30 menit, mereka mengajak untuk pulang.
“Yaudah
yaa aku sama Vita balik dulu.” Daaaaa
“Yaudah
hati-hati yaaaa.” Sambut kami.
Brreeeekkkkkk….
Breeeeekkkkkk…… Breeeeekkkkkk……
Motornya
Vita mogok dan gak bisa dinyalain. Wah masalah nih kalo kaya gini. Gimana Vita
pulangnya. Kulihat wajahnya juga kelihatan panic.
“Aduuuuuhhhh…..
kenapa juga ini motor.” Dia kebingungan.
“Waduh gak tau nih.” Bahtor menjawab.
“Businya
mungkin.” Jawabku sekenanya.
“Yaudah
Off coba dicek.”
Modyaaaar.
Aku hanya menjawab sekenanya dan sebenarnya aku tidak tau apa-apa. Dengan gaya
sok tau aku mencoba mengecek motornya.
“Udah
bener ini, coba kamu nyalain tor, kayaknya Vita gak kuat tadi.” Aku meminta
Bahtor menyalakan motor.
Grreeeeengggg…..
Grreeeeengggg….. Grreeeeengggg…..
Alhamdullillah……
akhirnya bisa juga, dengan gaya sok cool
aku menghampiri Vita.
“Makasih
ya tor, Off. Aku pamit dulu yaaa.” Dia langsung minta pamit supaya motornya gak
mogok lagi.
“Iya
Vit, hati-hati yaa, kalo motornya mogok lagi, telpon aku aja hehehe.”
Candaku.
Vita
dan Wiyan pun pulang. Dengan kepulangan mereka aku menjadi tau, apa sebenarnya
tujuan dari Bahtor. Bahwa dugaanku sebelumnya tepat, dia hanya mencari
perhatian Wiyan.
Setelah
kejadian disore itu, aku semakin hari semakin intensif berkomunikasi. Sering
bercanda, dan bahkan Vita sering curhat masalah keluarganya dan teman-temannya.
Bagaimana kesehariannya. Dan akhirnya aku tau seluk-beluknya. Kini aku sudah
paham apa yang dia rasakan. Dan mungkin saja apa yang dia rasakan adalah sama
seperti apa yang aku rasakan, semoga saja……
0 komentar:
Posting Komentar